Penyakit Hepatitis dan Kanker Hati
Friday, November 4, 2016
Virus Hepatitis E Paling Bandel
Selain
hepatitis A, B dan C, dunia medis juga mengenal istilah hepatitis D, E, F
maupun G. Meskipun masyarakat masih awam, namun keempat jenis virus hepatitis
ini tetap harus diwaspadai karena sama bahayanya.
Ahli
penyakit dalam RS Adi Husada Undaan Wetan, dr Sugiarto Widjaja SpPD,
mengatakan, penyakit hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D. Uniknya
penyakit ini hanya dapat terjadi bila tubuh seseorang juga kehadiran virus
lain, yaitu virus hepatitis B.
“Dapat
disimpulkan bahwa seorang penderita bisa terserang hepatitis D bila sebelumnya
pernah menderita hepatitis B,” kata Sugiarto.
Lebih
lanjut diungkapkan, munculnya virus hepatitis D berawal dari virus hepatitis B.
Virus ini hidup menumpang (parasit) di virus hepatitis B. Pengobatan penyakit
ini bisa dilakukan seperti kita mencegah hepatitis B. “Penularan virus ini juga
sama dengan virus hepatitis B, yaitu melalui cairan tubuh,” ujarnya.
Hepatitis
D menular di antaranya melalui darah yang terinfeksi. Orang-orang yang berisiko
terkena hepatitis D adalah pengguna narkoba yang sering memakai jarum suntik
bersama-sama.
Penderita
hepatitis B juga berisiko tertular jika berhubungan seks dengan orang yang
terinfeksi hepatitis D, atau jika mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi.
Untuk mencegahnya, tentu saja, adalah dengan menghindari serangan virus
hepatitis B, yaitu dengan cara imunisasi. Selain itu dengan menghindari terkena
darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi
penderita; seperti sikat gigi, pisau cukur, dan gunting kuku.
HEPATITIS E
Virus
hepatitis E kali pertama ditemukan di New Delhi, India. Umumnya virus ini
menyerang remaja hingga de wasa dengan rentang usia antara 15 40 tahun. Virus
hepatitis E mempunyai karakter seperti hepatitis A, yaitu bandel.
“Saking
bandelnya cuci tangan dengan sabun saja tidaklah cukup. Kita wajib cuci tangan
dengan air mengalir, sehingga dipastikan semua virus di tangan bisa hanyut
terbawa air,” jelas Sugiarto.
Diungkapkannya,
transmisi virus ini umumnya terjadi melalui air dan makanan yang tidak terjaga
kebersihannya. Sehingga seringkali epidemi hepatitis E terjadi setelah musim
hujan, di mana banyak air dan sampah menggenang. Virus hepatitis E juga lebih
mudah menyebar pada daerah yang mempunyai sanitasi buruk.”
“Pencegahan maupun pengobatan hepatitis E sama
dengan pencegahan dan pengobatan hepatitis A,” ungkapnya.
Tanda-tanda
orang yang terkena hepatitis E ini lebih sering terlihat pada orang dewasa
ketimbang anak-anak. Gejala yang biasanya muncul secara tiba- tiba misalnya
demam, rasa letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni
berwarna tua, serta warna kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit hepatitis E
terjadi lebih parah pada wanita hamil, terutama pada tiga bulan terakhir masa
kehamilan. “Masa inkubasi hepatitis E rata-rata 40 hari dengan rentang antara
15-60 hari,” jelas Sugiarto.
HEPATITIS F
Sugiarto
menjelaskan, identifikasi virus penyakit hepatitis F hingga sekarang masih
tidak jelas. Hepatitis F merupakan sebuah hipotesis, artinya apabila ada virus
hepatitis yang belum teridentifikasi dengan jelas untuk sementara akan
digolongkan sebagai virus hepatitis F.
Dia
bercerita, pada tahun 1994 pernah masuk laporan dari salah satu organisasi
kesehatan bahwa telah ditemukan sesuatu mirip virus dalam dalam darah pasien
yang menjalani transfusi. Virus tersebut bukan masuk virus HAV, HBV, HCV maupun
HEV. Tetapi
setelah
disuntikkan pada seekor kera, ternyata binatang tersebut mempunyai penyakit
hepatitis yang kemudian untuk sementara disebut sebagai hepatitis F atau virus
Toga.
“Tidak
tertutup kemungkinan saat itulah telah diketemukan virus hepatitis baru. Sampai
sekarang semua itu masih terus diteliti,” jelas Sugiarto.
HEPATITIS G
Virus
hepatitis terakhir yang ditemukan setelah hepatitis F dinamai hepatitis G atau
GB Virus C (GBV-C). Namanya memang agak beda karena diduga virus ini masih ada
hubungannya dengan virus hepatitis B maupun C.
Sugiarto
menjelaskan, sebenarnya virus hepatitis G ini tidak terbukti menyebabkan penyakit
pada manusia walaupun diketahui telah dapat menginfeksi manusia. Pada manusia
yang kondisi fisiknya normal (sehat), virus ini bisa hilang dengan sendirinya
setelah satu tahun.
“Namun
kadang-kadang pada beberapa orang dapat beberapa tahun, tergantung daya tahan
tubuh setiap orang yang terjangkit virus ini,” urainya.
Dari
penelitian yang dilakukan, sambung Sugiarto, diketahui bahwa virus GBV-C sering
didapati pada penderita HIV. Uniknya lagi, virus GBV-C ini ternyata dapat
memperlambat serangan HIV terhadap tubuh manusia. “Selama tidak menyebabkan
penyakit, mereka yang terinfeksi virus hepatitis G tidak perlu khawatir. Banyak
jenis virus yang menginfeksi tubuh kita, tetapi tidak semuanya mengganggu
kesehatan,” ingatnya.