MAKALAH KOLOID
Monday, April 22, 2013
Makalah tentang Koloid
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga
makalah, “KOLOID” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan
materi – materi yang ada. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar mengenai koloid. Serta siswa juga
dapat memahami nilai – nilai dasar
yang direfleksikan dalam berpikir dan
bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar Teknologi Infomasi dan Komunikasi. Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester untuk bidang
study kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan seputar Sistem Koloid. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Garut,
27 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
......................................................................... ..............................................................
Daftar Isi
..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... ..............
1.2 Rumusan Masalah..........................................................
1.3 Tujuan Penulisan .
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................................
BAB II Jenis-jenis Koloid .....................................................................................................................
2.1 Definisi Koloid........................................................................................................................
2.2 Perbedaan antara Larutan
Suspensi dan Koloid.............................................
2.3 Jenis-jenis Koloid..................................................................................................................
2.4 Sifat-sifat Koloid....................................................................................................................
2.5 Koloid dalam kehidupan
sehari-hari.......................................................................
2.6 Cara membuat Koloid........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kasimpulan
3.2 Saran ..............................................................................
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keberadaannya terletak antara
suspesi
danlarutan. Contohnya susu kental manis. Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu
cara kondensasi dan cara dispensi. Pada cara kondensasi partikel melokeler
dikondensasikan menjadi partikel dengan ukuran koloid. Pada cara dispersasi
bahan dalam bentuk kasar dihaluskan kemudian didispersasikan kedalam medium
perdispersinya. Contohnya pada pembuatan agar-agar dan pencampuran larutan
detergen dengan air dan minyak tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk meningkatkan motivasi belajar khususnya bagi siswa, banyak faktor
yangmempengaruhinya dan beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
1.3
Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud penelitian ini
adalah untuk mengetahui pentingnya motivasi belajar bagi siswa.Dan tujuannya
untuk menjelaskan apa itu motivasi, belajar, pentingnya motivasi
belajar,faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar.
1.4
Manfaat Penulisan
Metode yang kami pakai dalam penyusunan
karya ilmiah ini adalah:- Mencari sumber baik Buku, Koran, ataupun Internet-
Mancari keterangan-keterangan lain dari orang-orang terdekat
BAB II
JENIS-JENIS KOLOID
2.1Pengertian Koloid
Koloid adalah
suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid
merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam
suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu
nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).
Jika kita
campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh.
Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran
ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata
masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air.
Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jadi, koloid
tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada
campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium
dispersinya adalah air.
2.2 Perbedaan antara larutan
Suspensi dan Koloid
Perbedaan yang paling mendasar ada pada ukuran molekul zat terlarut.
Jika ukuran molekul zat terlarutnya di bawah 1 nanometer, maka itu disebut
larutan di mana zat terlarutnya tidak terlihat dan pelarut hampir tidak
mengalami perubahan karakteristik visual (warna, transparansi, difusivitas
cahaya, absorptivitas cahaya, dsb).
Jika ukurannya antara 1 nanometer hingga 1 mikrometer, maka yang terbentuk adalah koloid di mana seluruh molekul zat terlarut mengubah seluruh karakteristik visual pelarutnya dan terdispersi. Dapat dikatakan bahwa antara pelarut dan zat terlarut benar-benar tercampur.
Ukuran lebih dari 1 mikrometer berarti terjadi suspensi, di mana molekul2 zat terlarut tidak terlarutkan dan tidak terdispersi melainkan mengendap di dasar wadah. Hampir tidak mengubah karakteristik visual pelarutnya.
Sesungguhnya ukuran 1 nanometer atau 1 mikrometer itu tidak pasti, hal ini tergantung pada kapasitas pelarutnya apakah mampu menampung zat terlarutnya hingga menjadi kondisi campuran tertentu (larutan, koloid, atau suspensi). Kapasitas pelarut yang dimaksud adalah ukuran molekul pelarut dan hubungan antar molekul antara pelarut dan zat terlarut. Itulah yang membedakan mengapa hidrokarbon tidak larut dalam air namun larut dalam alkohol.
Jika ukurannya antara 1 nanometer hingga 1 mikrometer, maka yang terbentuk adalah koloid di mana seluruh molekul zat terlarut mengubah seluruh karakteristik visual pelarutnya dan terdispersi. Dapat dikatakan bahwa antara pelarut dan zat terlarut benar-benar tercampur.
Ukuran lebih dari 1 mikrometer berarti terjadi suspensi, di mana molekul2 zat terlarut tidak terlarutkan dan tidak terdispersi melainkan mengendap di dasar wadah. Hampir tidak mengubah karakteristik visual pelarutnya.
Sesungguhnya ukuran 1 nanometer atau 1 mikrometer itu tidak pasti, hal ini tergantung pada kapasitas pelarutnya apakah mampu menampung zat terlarutnya hingga menjadi kondisi campuran tertentu (larutan, koloid, atau suspensi). Kapasitas pelarut yang dimaksud adalah ukuran molekul pelarut dan hubungan antar molekul antara pelarut dan zat terlarut. Itulah yang membedakan mengapa hidrokarbon tidak larut dalam air namun larut dalam alkohol.
2.3 Jenis-jenis koloid
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada
jenis fase pendispersi dan fase terdispersi
· 1.
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau
cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi
berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan
knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair.
Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
· 2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang
terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur,
tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan,
permata (gem).
· 3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari
zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat
terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
· 4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi
dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi
dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji
logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream),
busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
· 5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat
terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar,
semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan
sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :
N
|
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
1
|
Gas
|
Cair
|
Busa/Buih
|
Buih sabun, krim kocok
|
2
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apaung, karet busa
|
3
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Awan, kabut
|
4
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan
|
5
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega, mutiara
|
6
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Asap, debu
|
7
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, kanji, tinta
|
8
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Kaca berwarna, paduan logam
|
2.4 Sifat-sifat koloid
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan
suatu campuran merupakan larutan, koloid, atau suspensi adalah menggunakan
sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu
sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu
disebabkan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti
itulah yang disebut efek Tyndall koloid.
Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall
(1820-1893) seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan
bahwa langit berwarna biru disebabkan karena penghamburan cahaya pada daerah
panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen dan nitrogen di udara.
Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan, nyatanya berkas cahaya
seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut dilewatkan
melalui suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi
tersebut.
2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra
(mikroskop optik yang digunakan untuk melihat partikel yang sangat kecil)
partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah
(zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak
Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris,
Robert Brown ( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan
yang tidak seimbang antara partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul
pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid
makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang
bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau
tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat
bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan
listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel
koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan
partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode).
Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode
disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan
muatannya dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk
menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam
industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan sarung
tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan secara
elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara
yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama
dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode
ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi
dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa lempengan logam
yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan partikel-partikel koloid
dalam asap buangan.
4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan
listrik apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut.
Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H +
sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3
akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu
zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi
pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan
suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu
terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat
absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai
berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna
coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam
air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori
atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau
arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan
dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan
dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1
2 (SO 4) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat
warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan
menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4
) 3 ) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3
yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan
kotoran-kotoran dalam air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam
bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan
cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang
mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan
sakit perut.
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci
memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan
yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang
dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid
humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah
proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi
akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut
bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid
tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut
menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan cara
menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut.
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan
ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya,
lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal.
Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan
koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah
koloid bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4
daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3
adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2
daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut
akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga
terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As
2 S 3 .
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di
atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan
dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji
dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em kanji.
Di bawah ini beberapa contoh koagulasi
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.
a) Pembentukan delta di muara sungai.
Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air laut.
b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat
ke dalam lateks.
c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi
keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan
menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi
(dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal
dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol
yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol
liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak
mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
medium, maka kedua jenis koloid tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob.
Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan
gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol
belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya
dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu,
koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk
menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab
selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan
terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita
lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika zat
mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata
lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat
yang berlawanan dengan koloid liofil.
7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu
kestabilan koloid pada proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion
tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan
ion-io n pengganggu dengan cara
menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis .
Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam
sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat
melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak
dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah
tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput
bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian
darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi
lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil,
perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar
tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau membentuk lapisan
di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering
digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar
partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi
untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya,
susu yang merupakan emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah kasein (suatu
protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga termasuk koloid
pehindung dari emulsi antara minyak dengan air
2.5
koloid pada kehidupan sehari-hari
Sistem koloid banyak digunakan pada
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang
masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon.
Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel
koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah
koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut
dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di
protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah
dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat
ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai
partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ +
3H2O Ã Al(OH)3 +
3H+
Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur
dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama
tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap:
2.6
Cara membuat koloid
Jika kita
atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan
bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel
berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1.
Kondensasi
Kondensasi
adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel
koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui
reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian
pelarut.
1) Reaksi
Redoks
Contoh
a.
Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H2S dengan
larutan SO2
Persamaan
reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq)
→2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b.
Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer
formalin (HCHO).
Persamaan
reaksinya:
2 AuCl
3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au
(s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq) sol emas
2) Reaksi
Hidrolisis
Contoh,
pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3
Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l)
→
Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a)
Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H
2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan
reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g)
→
As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
sol As
2 S 3
b)
Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan
reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s)
+ NaNO 3 (aq) Sol AgCl
4) Reaksi
Pergantian Pelarut
Contoh,
pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol
ditambah
dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
2.
Dispersi
Dispersi
adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan
koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan
ultrasonik.
1) Proses
Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau
penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk
zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran
koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh,
pembuatan sol belerang.
2)
Peptisasi
Peptisasi
adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit)
untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses
pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur
Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid
dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan
membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi
sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan
listrik di antara kedua ujung kawat.
Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol
logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara
Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama
untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik
tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan
frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
|
||||||||||||||
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat
penting baik motivasi dari dalam maupundari pihak luar.
3.2.
Saran
Sebaiknya sebagai calon guru harus mempelajari
motivasi – motivasi apa saja yang dapatdigunakan dalam
lingkungan pendidikan SMK. Guru dapat menempatkan diri sebagai fasilitator yang baik yang mampu membimbing anak didiknya agar senang dan
mau belajar karena dengan belajar yang efektif maka derajat
pendidikan Indonesia dapatterangkat.Penerapan motif yang
dapat dilakukan antara lain memberikan ranking,memberikan hadiah
sewajarnya, memberikan pujian, memberikan nilai penetapan dan masih banyak
lagi metode – metode yang dapat dilakukan
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
-
romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/Koloid.pdf
-
kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web