Makalah Tentang Poligami dalam Islam
Friday, November 18, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia merupakan
makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam
dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya
sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum
ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti
dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo
economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Agama islam sebagai
agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok
binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan
semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia
tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad manusia akan
turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.
B. Rumusan masalah
Untuk
mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian manusia menurut islam?
2. Bagaimana
penciptaan manusia dalam islam?
3. Apa
hakikat manusia menurut islam?
4. Apa
kelebihan manusia dari makhluk lain?
5.
Apa fungsi dan tanggung jawab manusia
dalam islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Manusia
Menurut Tinjauan Islam
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang
menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah,
gaib, tidak dapat ditangkap dengan
panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu,
dan sebagainya.
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara
biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
a. Pengertian manusia menurut para
ahli
·
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah
bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
·
ABINENO J. I
Manusia adalah
"tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana"
·
UPANISADS
Manusia adalah
kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan
fisik
· I WAYAN WATRA
Manusia adalah
mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
·
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah
mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia
adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
·
ERBE SENTANU
Manusia adalah
mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
·
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah
mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab
atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan
dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
B. Pengertian manusia menurut agama
islam
Dalam Al-Quran manusia
dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan
bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau
makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti
manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal
dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran
dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan
memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani
kehidupan di dunia dan akhirat.
2. Penciptaan
Manusia dalam
Agama Islam
Sebagaimana yang telah Allah firmankan:

“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5)
Terdapat dua ayat Al Qur’an yang setidaknya dapat
mewakili untuk menunjukkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia itu dari
tanah. Ayat itu adalah dari surat Shad ayat 71
yang artinya “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.” dan surat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menentukan tahapan-tahapan penciptaan manusia. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
“Wahai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)
Ayat-ayat di atas menerangkan
tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang
menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula penggambaran
penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari
tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.”
Setelah Allah SWT menciptakan nabi
Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya :
“Dia menciptakan kamu dari
seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)
“Dialah yang menciptakan kamu
dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa
senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam
inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani
yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari
kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
C.
Hakikat
Manusia
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati
tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang
bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di
otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini
memiliki potensi pokok yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain
yang menjadi hakikat manusia adalah mereka berkecenderungan beragam. Sebagai
makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi pokok paling banyak, manusia
menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang sebagai subjek kajian mengkaji manusia sebagai
objek kajiannya dalam hal karya, dampak karya terhadap dirinya sendiri,
masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai sekarang manusia terutama
ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang manusia.
Manusia diberi Allah
potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu, kalbu, jiwa,
raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia dengan makhluk
ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan akal/pemikiran. Manusia
memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki nafsu. Manusia yang
cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan akal dan berbagai
potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka manusia akan
menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran tidak
menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan Allah
dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) :

Mereka
(jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat
ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda tanda
keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar (ayat ayat Allah). Mereka
(manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah
(lagi) dari binatang.
D.
Kelebihan
Manusia dari Makhluk Lain
Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan,
dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Pada
prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan
taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa
alasan yang mendukung pernyataan tsb.
Pertama,
Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada Adam
as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;
“Dan
ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka
sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah
termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).
Kedua,
malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama ilmu
pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah
SWT.
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu
berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan
yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda
itu, Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)
Ketiga,
kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena
sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa
nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat
melawan hawa nafsu dan godaan syetan.
Keempat, manusia
diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah
ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)
E. Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia
Menurut Islam
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di
Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai
agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah
tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia di Bumi.
1. Peran Manusia Menurut Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor
dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi
menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada
orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang
khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
Ø
Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin
:54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah
mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
Ø
Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
Ø
Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang
telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
2. Tanggung Jawab Manusia Menurut
Islam
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan
amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang
dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang
memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang
berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan
kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada
landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah
dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci
(al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan
kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35
(Faathir : 39) yang artinya adalah :
“Dia-lah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir,
maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai
khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan,
melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah
realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini
tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi
ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat
yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua
hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia
wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan
tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan
penuh makna.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia dalam agama
islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang
arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat
rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena
pada manusia terdapat daya
berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan,
dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Fungsi utama
manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah
sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar,
mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai
khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi,
mengelola dan memelihara bumi.
Sebenarnya Al
Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga
dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo
Persada : Jakarta.
Shihab, M. Quraish.
2007. Wawasan Al-Quran. PT Mizan
Pustaka : Bandung.
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/31/mengetahui-bagaimana-proses-penciptaan-manusia/