Makalah Mengenal Dunia Investasi
Friday, November 18, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia Globalisasi
merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua. Dunia globalisasi
telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal yang baik dan
buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia perekonomian
biasanya berupa penanaman
modal pada suatu sektor industri. Setiap
individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap
orang dapat mempertahankan dan memperluas basis kekayaannya yang dapat
digunakan sebagai jaminan sosial di masa depannya. Seseorang sering tidak
menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya dengan menabung dan
sebagainya. Agar tak terjebak melakukan investasi ke dalam portofolio ‘sampah’,
atau bahkan ditipu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dengan iming-iming
menarik, Anda harus mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko
yang dihadapi dalam berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi
tersebut .Jangan sampai terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi
uang Anda habis sia-sia. Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus
pandai melihat ke sektor mana kita akan menanamkan saham kita. Peran penting
sekali dari beberapa pihak baik dari pemerintah dan tiap individu . peran
individu sangatlah penting dalam berperan aktif karena dapat mencegahnya harga barang yang tak
terkontrol. Pemerintah sebaiknya mengatur beberapa aturan tentang peraturan
penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat
terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal karena banyaknya
kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di daerah,
khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor
seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan yang cukup
besar.
B.
Rumusan Masalah
- Definisi Dan Arti Investasi
2. Fungsi Investasi
3. Kriteria Investasi
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Investasi
5. Ketuntasan Investasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Dan
Arti Investasi
Pada hakikatnya tabungan yang terdapat di masyarakat ada yang merupakan
simpanan sementara, yaitu sebelum digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi,
ada jiga merupakan tambahan modal yang sering disebut investasi.
a.
Investasi Di
bedakan menjadi dua macam, yakni :
o Investasi nyata (Real Investmen) melibatkan asset berwujud, pembelian asset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, dsb.
o Investasi keuangan (deposito, Commercial paper, dan surat berharga pasar
uang)dan pasar modal (saham, obligasi, opsi dsb).
b.
Investasi
menurut penggunaannya terdiri dari tiga macam yaitu :
o
Konstruksi
o
Rehabilitasi
o
Perluasan
c.
Investasi
menurut jenisnya
o
Investasi
otonomi
o
Investasi
terimbas
o
Investasi
public
Investasi, yang lazim disebut
juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen
kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah
investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanam-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal
ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa
di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang barang modal yang lama Yang telah haus dan perlu
didepresiasikan Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman
modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai
investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi
pengeluaran/perbelanjaan yang
berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu
mesin-mesin dan peralatanproduksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum
terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis
komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu ia meliputi
investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti
barang modal yang sudah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh
nilai apresiasi maka akan didapat investasi neto. Dalam teori ekonomi
makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka
definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang
meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah barang modal
dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
a. Investasi Dalam Bentuk
Barang Modal dan Bangunan
tercakup dalam investasi
barang modal dan bangunan adalah pengeluaranpengeluaran untuk pembelian pabrik,
mesin, peralatan produksi, bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal
dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut
sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixedinvestment). Di
Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan modal
tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu
diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDB dikurangi penyusutan.
b. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi
barang lebih banyak daripada target penjualan. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan
meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan barang tersebut dikatakan
sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah
direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam bentuk
persediaan barang baku dan setengah jadi.
B.
Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan
di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi
investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ia
sejajar dengan sumbu datar, atau bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan
(yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi
atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi
otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional
meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya
dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter
investasi otonom (autonomous investment,) dipengaruhi oleh
perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam jangka panjang seperti :
o Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan
diperoleh.
o Tingkat bunga.
o Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
o Kemajuan teknologi.
o Tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya.
o Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
C.
Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang
dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek,
proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus
berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang
baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost
Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang
lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh.
Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal investasi
dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru
diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value (NPV).
Perhitungan dengan menggunakan nilai
nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang.
Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan
dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih
nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah
yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV
> 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai
sekarang dari biaya
total.
d.
Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat
pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan
menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR
dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
1.
Tingkat
Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
a. Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi internal
adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol Perusahaan,
seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangka
faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli,
kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi eksternal
yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi utama
adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic
maupun internasional.
2.
Biaya
Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah
tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi
makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun tidak jarang,
walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal
ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor yang mempengaruhi
adalah masalah kelembagaan.
3.
Marginal
Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of
Investement (MEI)
- Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.
E. Ketuntasan Investasi
1.
Keadaan
Investasi Nasional
Di tengah kondisi
perekonomian dunia (khususnya keuangan dan perbankan) yang terus diguncang oleh
krisis, ternyata Indonesia masih sanggup untuk bertahan. Setidaknya, masyarakat
umum tidak merasakan dampak signifikan seperti krisis moneter 1997-1998 lalu.
Pemerintah pun dinilai mampu mengatasi masalah krisis global ini dengan tidak
sampai mengeluarkan kebijakan yang wah, seperti kenaikan harga BBM, listrik,
atau pajak. Sehingga, PHK masal atau kenaikan harga masif pun urung dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri.
Mengutip dengan
artikel "Outlook" Investasi Reksa Dana Tahun 2012 bahwa kekuatan
perekonomian Indonesia masih ditopang oleh:
2.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
didukung oleh pertumbuhan ekonomi sektor konsumsi terutama konsumsi domestik
3.
Kebijakan makro ekonomi Indonesia yang
hati-hati
4.
Cadangan Devisa Indonesia yang kuat
Hal ini akan
membuat perekonomian Indonesia masih relatif aman untuk beberapa waktu ke
depan. Namun, bersikap santai dengan hanya bergantung pada ketiga hal tersebut
saja tanpa ada perencanaan dan kebijakan lebih baik akan sangat membahayakan
ekonomi Indonesia dalam jangka waktu yang panjang.
Entah teori apa
yang mendasari, namun analisis saya tentang ketiga sendi penopang tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama, memang
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, bahkan di ranking
dunia sekalipun. Namun perlu diingat, bahwa dasar dari pertumbuhan ekonomi
tersebut masih saja konsumsi masyarakat (C). Neraca perdagangan (ekspor dan
impor) kita masih di ambang batas BEP. Di tahun 2010.
Indonesia
sanggup mengekspor kira-kira 157.779,1 million USD dan melakukan impor sekitar
135.663,3 million USD. Memang masih positif dengan balance sebesar 22.115,8
million USD. Namun yang menjadi catatan adalah bahwa lebih dari 25% ekspor kita
masih ada minyak bumi dan gas alam yaitu kisaran 28.039,6 million USD. Intinya
kita semua tahu bahwa bergantung pada hal given seperti SDA yang tak terbarui
tersebut dapat menyebabkan Indonesia kelimpungan di masa mendatang karena kita
tahu cadangan sumber energi fosil dunia, termasuk Indonesia, semakin menipis.
Mengandalkan konsumsi berarti juga produksi kita belum cukup kuat menopang
perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan dalam negeri belum cukup bersaing
dengan perusahaan level global, ironisnya mungkin kecuali pabrik rokok. Di
tengah arus perdagangan global yang deras, budaya konsumsi tentu akan
menjadikan Indonesia pasar yang mewah bagi para pedagang manca (yang tentu
banyak di antaranya berskala besar). Hal ini tak bisa dipungkiri lagi akan
sangat mengancam kelangsungan bisnis para pengusaha di Indonesia, khususnya
usaha kecil dan menengah.
Kedua, kebijakan
ekonomi Indonesia yang tidak menerapkan asas “lebih cepat lebih baik” ini
dianggap oleh pengusaha modern sebagai sesuatu yang lambat. Kehati-hatian yang
dipilih oleh pemerintah sering membuat jengkel para pebisnis yang membutuhkan
kepastian dalam waktu secepatnya karena tiap detik dalam dunia bisnis adalah
sangat berharga. Belum lagi trust masyarakat kepada pemerintah akhir-akhir ini
terus melemah (entah memang pemerintah yang payah atau ada pihak-pihak yang memprovokasi)
dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan yang diambil itu sendiri.
Ketiga, kembali
lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik dibanding
negara-negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu penguatan. Landasan
utama Indonesia dalam cadangan devisa berbeda dengan China (yang mengandalkan
neraca perdagangan) adalah portofolio dan foreign direct investment (fdi). Hal
tersebut tentu saja akan membuat kolaps jika investasi-investasi tersebut
ditarik mendadak secara serentak.
Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang mencantolkan pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal dan perbankan, memang seakan menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat menolong Indonesia dalam berbagai masalah sekaligus sanggup menusuk balik kapan saja apabila tidak diatur dengan benar.
Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang mencantolkan pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal dan perbankan, memang seakan menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat menolong Indonesia dalam berbagai masalah sekaligus sanggup menusuk balik kapan saja apabila tidak diatur dengan benar.
Beralih dari sudut
pandang Investor bahwa investasi berupa reksa dana atau deposito dalam beberapa
segi akan lebih menguntungkan dibanding investasi langsung. Ini salah satu
sebabnya kinerja Reksa Dana (khususnya syariah) lebih optimal dibanding jika
investor harus berinvestasi sendiri.
a.
Likuiditas yang tinggi
Apabila investor ingin menarik investasinya dikarenakan membutuhkan dana untuk
keperluan yang lain ataupun ingin melakukan realisasi keuntungan maka bisa
dicairkan atau ditarik kapan saja.
b.
Biaya investasi cenderung rendah
Jika investor bertransaksi saham sendiri perhatikan biaya yang dibebankan oleh
sekuritas seperti biaya transaksi minimal kisarannya adalah Rp 10.000-Rp
15.000. Namun ada juga yang membebankan keseluruhan biaya transaksi dan ada
yang per saham. Selain itu jika kita menginginkan untuk melakukan transaksi
obligasi syariah (Sukuk) maka nilai yang investasi yang ditawarkan minimal Rp 1
miliar kalaupun ada Sukuk Ritel (SUKRI) maka pembelian 1 unit minimal Rp 5
juta. Pertanyaan selanjutnya bagaimana jika anda menginginkan investasi rutin
dibawah Rp 5 juta maka anda tidak bisa membeli Sukuk maupun Sukri. Untuk
Deposito jika dana anda dibawah Rp 500 juta maka anda hanya diberikan rate
counter yang saat ini ada dikisaran 5,5 persen-6,5 persen belum dipotong PPh
final 20 persen. Lalu bagaimana dengan Anda yang mempunyai dana sekitar Rp
100.000-Rp 1.999.900 maka Anda hanya bisa masuk tabungan dan tabungan berjangka
dengan bagi hasil 2 persen-3 persen (untuk tabungan) dan 4 persen untuk
tabungan berjangka sudah terkunci (lock) sekian tahun (tergantung kebijakan
bank) lagi-lagi terpotong PPh final 20 persen. Bandingkan dengan inflasi yang
saat ini ada dikisaran 4,61 persen. Untuk Deposito diatas Rp 500 juta bank bisa
memberikan bagi hasil 9 persen gross. Bandingkan jika yang mengelola adalah
manajer investasi maka biaya investasinya akan rendah dengan hasil yang
optimal.
c.
Transparansi Informasi
Semua informasi mengenai kinerja investasi harian bisa dipantau di media masa.
Setiap bulan nasabah akan diberikan laporan kinerja investasi seperti rekening
koran dan kinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet).
d.
Lebih Aman dan Stabil
Seperti telah dijelaskan diatas, rasio dengan batas 82 persen memberikan
jaminan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang sehat dengan perbandingan
utang tidak boleh lebih besar dari modal. Pada obligasi/sukuk mempunyai underlying
asset yang jelas sehingga resiko default kecil sekali atau bahkan sama sekali
tidak ada. Dengan demikian melalui mekanisme rasio kuantitatif, Reksadana
Syariah terselamatkan dari penurunan NAB yang tajam. Untuk Obligasi Syariah
dengan mekanisme underlying (ada nilai pokok yang dijadikan dasar penerbitan
obligasi), investor dengan sendirinya merasa yakin bahwa obligasi syariah
relatif aman sehingga banyak diinginkan oleh investor baik yang mengharuskan
portfolio investasinya di syariah maupun tidak (konvensional). Umumnya yang
memegang obligasi syariah adalah institusi syariah dan mereka pada umumnya
memegang sampai tanggal jatuh tempo (hold to maturity) sehingga gejolak
harganya (volatilitas) nya relatif stabil.
e.
Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Fungsi dari DPS adalah mengawasi dan memberikan pengarahan agar pengelolaan
Reksa Dana sesuai dengan prinsip syariah yaitu jujur, berkeadilan dan
bermanfaat bagi sesama.
f.
Membantu perekonomian bangsa
Pada penerbitan SUKRI, negara bisa memanfaatkannya sehingga biaya pemerintah
jadi lebih kecil, sedang pada perusahaan biasanya hasil penjualan sukuk dipakai
untuk modal kerja perusahaan.
2. Nilai investasi yang berhasil dihimpun Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) per Oktober 2012 sebesar US$24 miliar
"Dibandingkan dengan tahun 2011
total nilai investasi di Indonesia per Oktober 2011 hanya mencapai US$19
miliar. Sementara itu, pada bulan Oktober tahun 2012 nilai investasi di
Indonesia menembus US$25 miliar," ujar Kepala BKPM Chatib Basri di
Jakarta, Senin (12/11/2012). Dia juga optimistis target investasi di Indonesia
sebesar US$32 miliar sampai dengan akhir tahun ini bisa tercapai. "Sampai dengan September 2012 nilai
investasi di Indonesia sudah mencapai US$18,3 miliar atau Rp229 triliun, maka
kami yakin target hingga akhir tahun senilai US$32 miliar akan tercapai,"
katanya.
Selanjutnya, terkait dengan pencapaian
target investasi tahun 2013 senilai Rp390 triliun, Chatib mendorong agar
penyelenggara pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di bidang penanaman modal
baik di provinsi, kabupaten dan kota terbaik dapat meningkatkan realisasi nilai
investasi di Indonesia melalui efisiensi birokrasi dalam pelayanan perizinan. Sampai
dengan tahun ini menurut Chatib, sejumlah 105 kabupaten dan kota sudah menjadi
penyelenggara PTSP dan sebagian di antaranya sudah dilengkapi sertifikasi ISO,
dari total 450 kabupaten dan kota di Indonesia. Pada kesempatan ini, Chatib
turut mengapresiasi kenaikan peringkat Indonesia untuk investasi di peringkat
128 pada tahun ini, yang naik dari peringkat 129 di tahun 2011 menurut
International Finance Corporation (IFC).
Dia juga mendorong agar tahun depan
seluruh kabupaten dan kota di Indonesia bisa menjadi 'Regional Champion' dalam
penyelenggaraan PSPT untuk meningkatkan realisasi nilai investasi di Indonesia.
"PTSP kami harapkan berkompetisi antara pusat dan daerah, terutama melalui
sertifikasi ISO," tuturnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekonomi
Manajerial merupakan penerapan teori ekonomi (terutama Teori ekonomi mikro) dan
ilmu pengambilan keputusan untuk dunia bisnis. Titik berat pembahasannya adalah
teori perusahaan dimana diasumsikan tujuan perusahaan dalam jangka pendek
adalah memaksimumkan laba. Namun demikian orientasi pencapaian laba maksimum
tersebut bergeser karena perusahaan menghadapi ketidakpastian dalam. Jangka
panjang. Dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Memaksimumkan laba jangka pendek berbeda dengan
memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Baca Juga
DAFTAR PUSTAKA
Herjanto Eddy. 2001. Manajemenn Operasi
Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama
Sule Ernie Tisnawati. 2005.Pengantar
Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
Siswanto H. B. 2005. Pengantar Manajemen.
Bandung : PT. Bumi Aksara
Buhler Patricia. 2007. Alpha Teach
Yourself Management Skills Edisi kedua. Jakarta : Prenada Media Group
Taylor
III,Bernard W. 2008. Introduction To Management Science Edisi Kedelapan.
Jakarta : Salemba Empat
Webber, Ross A. 1981. To Be a Manager
Essentials of Managemet. United States : Richard Irwin, Inc
Bone, Louise E., David L. Kurtz. 1984. Principles of Management Second Edition. United States : Random house Inc