AHLAK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ISLAM
Saturday, June 8, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan, atau
hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak
ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat
semua aspek manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat
diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitnah, kedamaian, akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan
bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana pengertian akhlak ?
2. Seperti apa akhlak dalam pendidikan islam
?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap akhlak
?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulis dalam makalah adalah untuk mengetahui lebih jauh seperti apa
pandangan islam terhadap akhlak dan makalah dan makalah ini disusun untuk
mmenuhi tugas mata kuliah filsafat islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlah
Akhlak
(Ar.: al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai, tabiat, dan agama).
Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan
telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam
Al-Quran dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan
konsiderans pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah[1]. Dijelaskan dalam
Al-Quran sebagai berikut :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad)
benar-benar berbudi pengerti yang agung (QS Al-Qalam, 68 :4)
Beberapa
istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa arab
kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk. Akhlak
yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu
tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar
mereka.
Ulamah
akhlak brbeda pendapat tentang apa kah akhlak yang lahir dari manusia merupakan
hal pendidikan dan latihan ataukah pembawah sejak lahir. Sebagian mengatakan
bahwa akhlak merupakan pembawah sejak lahir orang yang bertingkah laku baik
atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah
melalui pendidikan atau latihan. Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah,
salah satu aliran dalam teologi islam. Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak
merupakan hasil pendidikan. Karenanya, akhlak bisa diubah melalui pendidikan,
dan itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak”
(HR. Malik). Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih,
ketika mengeritik pandangan pertama, mengatakan bahwa pandangan negatif
tersebut antara lain akan memebuat segalah bentuk normal dan bimbingan jadi tertolak,
orang jadi tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta nak-anak jadi liar karena
tubuh dan perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.
Menurut
Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, ada
issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada kebajikan.
Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam durhaka kepada
Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak melakukan
sesuatu yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian
bertobat kepada tuhan sehingga kembali kepada kesuciannya.
Ukuran
Baik dan Bururk. Ulama berbeda pendapat tentang ukuran baik dan buruk akhlak.
Mereka terbagi menjadi tiga golongan
Golongan
pertama, Muktazilah (aliran teologi islam rasional dan liberal pada abad ke-8,
didirikan oleh wasil bin ata [80 H/699 M-131 H/748 M]), berpendapat bahwa
ukuran baik dan buruk akhlak adalah esensinya. Untuk ini mereka membagi akhlak
yang menuntut esensinya adalah buruk dan Allah SWT pasti melarangnya, seperti
besikap jujur dan adil. Ada akhlak yang menurut esensinya bisa baik dan buruk,
seperti membunuh.
Golongan
kedua. Maturidiah (aliran yang didirikan oleh abu Abu Mansur Muhammad
al-maturidi [w. 333H/944 M]) dan mashab *Hanafi, sependapatdengan golongan Muktazilah.
Hanya saja mereka, berbeda pendapat tentang tanggung jawab terhadap akhlak
tersebut. Menurut mereka, akal tidak dapat menetapkan kewajiban, yang
menetapkan kewajiban adalah syarak. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban
hanya atas dasar kesadaran etisnya yang diperoleh melalui syarak.
Golonga
ketiga, Asy’ariyah (aliran yang didirikan oleh Abu Hasan Ali bin
Ismailal-Asy-ari [260H/873 M-324 H/935 M]) dan jumlah ulamah usul fikih,
berpendapat bahwa baik dan buruk akhlak ditentukan olej syarak. Apa yang
diperintahkan adalah baik dan yang dilarangnya adalah baik dan apa yang
dilrangnnya adalah buru. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban diperoleh
melalui syarak.
Al-Quran
meberi kebebasan kepada manusia untuk memilih bertingkah laku baik atau buruk
sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia
dan diminta pertanggung jawabannya diakherat atas segalah tingkah lakunya.
Allah SWT berfirman.
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pkön=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY/u w !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY/u wur ö@ÏJóss? !$uZøn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã úïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ/u wur $oYù=ÏdJysè? $tB w sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù n?tã ÏQöqs)ø9$# úïÍÏÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka
tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Sumber
Akhlak. Akhlak orang muslim merujuk pada dua sumber utama pada ajaran islam.
Sumber pertama diterangkan oleh *Aisyah binti Abu Bakar ketika ditanya para
sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW Aisyah berkata adalah : “Akhlak
Rasulullah SAW adalah Al-Quran”(H.R Ahmad bin Hanban). Adapun sumber kedua
adalah keteladanan yang dicontohkan oelh Rasulullah SAW kepada umatnya,
sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
21. Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.
Sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak
manusia mencangkup tiga sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama
manusia, dab terhadap lingkungannya.
Akhlah terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish
Shihab, akhlak manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat
terpuji dan sempurna.
a.
Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
b. Bertaqwa
(berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
c. Berbaik
sangka kepada Allah SWT
Akhlak Terhadap
Sesama Manusia
a. Akhlak
terhadap Oran Tua diantaranya sebagai berikut :
1.
Memelihara keridaan orang tua
2. Berbakti
kepada orang tua
3.
Memelihara etika pergaulan kepada orang tua
b. Akhlak
terhadap kaum kerabat. Akhlak yang paling utama terhadap kaum kerabat ialah
mengadakan hubungan silaturahmi dan berbuat ihsan (baik) terhadap mereka, seperti
mencintai mereka serta turut merasakan suka dan duka mereka. Diatara ayat-ayat
yang berbicara tentang akhlak ini ialah surah an-Nisa (4) ayat 1 dan 36, surah
ar-ra’d (13) ayat 25, surah al-israh (17) ayat 26, dan surah Muhammad (47) ayat
22. Diantara hadist Nabi SAW yang berbicara tentang akhlak ini ialah “Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhirmaka hendaklah ia mengadakana hubungan
silaturrahmi” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
c. Akhlak
terhadap tantangan. Diantara akhlak seseorang terhadap tantangannya ialah
sebagai berikut.
1. Tidak
menyakiti tetangganya. Baik dengan perbuatan maupun denga perkataan
2. Berbuat
ihsan (kebaikan) kepada tentangga diataranya ialah melakukan *takziah ketika
tetangganya mendapatkan musibah, melakukan *tahnia ketika tetanggany mendapat
kegembiraan, menjenguknya ketika sakit, menolongnya ketika dimintai tolong.
Ahklah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan
lingkungan disini ialah segalah sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti
binatang, tumbuhan-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa.
Akhlak yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber daru fungsi manusia sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya
interaksi antara manusia dan alam. Khalifah mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuannya.
Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga. Al-Quran menggambarkan :
“dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu… ”(Q.S. 6:38).
Oleh sebab itu menurut Al-Qurtubi, makluk-mahluk itu tidak boleh diperlukan
secara aniayah.
Allah SWT menciptakan Ala mini dengan tujuan yang
benar, sesuai dengan firman-Nya. (Q.S. Al-Ahqaaf. 46:3)
$tB $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJßgoYøt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 4 tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. !$£Jtã (#râÉRé& tbqàÊÌ÷èãB ÇÌÈ
3. Kami tiada menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar
dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa
yang diperingatkan kepada mereka.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam
memanfaatkan alam manusia tidak hanya dituntut untuk tidak bersikap angkuh
terhadap sumber daya yang dimilikinya, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan
apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT, pemilik ala mini. Manusia
ditutntu tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompok saja
tetapi juga kemaslahatan semua pihak. Dengan demikian, manusia diperintahkan
bukan untuk mencari kemenagan, tetapi keselarasan dengan alam.
Kitab Tentang Akhlak. Disamping petunjuk
tentang akhlak dalam bentuk perbuatan seperti dikemukakan diatas, didalam islam
terdapat juga petunjuk untuk memiliki perangai seperti sabar, ramah, ikhlas,
pemaaf, jujur,dan kasih sayan, serta petunjuk untuk menghindari perangai yang
buruk sepertipemarah, pendendam, dan berdusta.
Pembahasan tentang petunjuk-petunjuk tersebut banyak
dimuat dalam kitab tasawuf dan akhlak antara lain sebagai berikut.
1.
Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah (risalah karya Qusyairi). Karya Abu Qasim
Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad Al-Qusyairi (376
H/986 M-465 H/1074 M). kitab ini membahas antara lain tingkah laku, prinsif dan
sifat sufi, serta kode etika para pelajar.
2. Ihya
Ulum Ad-Din (Menghidupkan Ilmu-Ilmu
Agama), karya Imam al-gazali. Kitab yang terdiri atas 4 jilid ini dibagi
menjadi 4 bagian. Bagian pertama mengupas masalah ibadah dengan segala
rahasianya. Bagian kedua membahas masalah adat dan muamalah. Bagian ketiga
menyajikan hal-hal yang dapat merusak diri, termasuk akhlak-akhlak tercela.
Bagian keempat menguraikan hal-hal yang menyelamatkan manusia dalam berbagai
kerusakan, termasuk akhlak terpuji.
3. Al-Azkar
(Zikir-zikir), karya imam an-Nawawi, kitab ini berkumpulan hadist dan doa
tentang aktivitas sehari-hari, latihan rohani, etika umum, dan lain-lain yang
mempererat hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.
4.
Al-Akhlaq al-Islamiyyah wa Ususuha (Akhlak Islamdan dasar-dasarnya).
Karya Ayekh Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidani (ahli ilmu akhlak konteporer asal
Suriah). Materinya antara lain dasarnya akhlak yang digalidari Al-Quran dan
hadis petunjuk praktis penerapan akhlak, dan pendidikan akhlak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengerian akhlak
Al-akhlak, jamak dari al-khulg yaitu kebiasaan, perangai, tabiat dan agama,
akhlak juga dikatakan tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja,
tidak berbuat-buat dan telah menjadi kebiasaan adapun sasaran akhlak dalam
islam secara garis besar akhlak manusia mencakup tiga sasaran yaitu akhlak
terhadap Allah SWT. Akhlak terhadap sasaran manusia.
Akhlak terhadap
lingkungan didalam pembentukan akhlak perlu adanya pendidikan islam yang
mengarahkan akhlak tersebut, karena didlam tujuan pendidikan islam yang sejalan
dengan misi islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga
mencapai akhlak al-karinah (al-syaibany 1979) faktor kemuliaan akhlak kunci
dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan islam berfungsi
menyiapkan manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera didunia dan
diakhirat. Akhlak yang diharapkan dapat dibentuk melalui pendidikan islam.
B. Kritik dan Saran
Apabila didalam penulis
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan maohon dimaafkan, penulis
sangat mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca demi perbaikan makalah ini
dan kmi ucapkan terima kasih.