sejarah peradaban islam periode madinah
Sunday, January 6, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Madinah atau Madinah Al
Munawwarah: مدينة رسول الله
atau المدينه, (juga Madinat
Rasul Allah, Madīnah an-Nabī) adalah kota utama di Arab
Saudi. Merupakan kota yang ramai
diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi
yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslimin. Pada zaman Nabi
Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah,
pengajaran dan pemerintahan Islam.
Dari kota ini Islam menyebar ke seluruh jazirah Arabia
lalu ke seluruh dunia.
Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama
Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW
hijrah dari Mekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat
perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota
ini menjadi pusat kekhalifahan
sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota
ini yakni Abu Bakar,
Umar bin Khattab,
dan Utsman bin Affan.
Pada masa AlAli bin Abi Thalib
pemerintahan dipindahkan ke Kufah
di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah
Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota Madinah adalah
orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya. Namun
karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang
Ahzab, maka kaum Yahudi diusir ke luar
Madinah.
B.PERUMUSAN MASALAH
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2.Perkembangan
Islam masa Rasulullah di Madinah
3.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
3.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4.ciri-ciri
pokok pada periode ini
5.
Strategi dan metode dakwah di madinah
6.
peperangan yang terjadi pada periode madinah
C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana :
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana :
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2.
Islam masa Rasulullah di Madinah
3. Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
3. Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4.
ciri-ciri pokok pada periode ini
5.
Strategi dan metode dakwah di madinah
6.peperangan
yang terjadi pada periode madinah
D.METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet.
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA MASA
NABI MUHAMMAD SAW
NABI MUHAMMAD SAW
A.Rasullah
Hikrah ke Madinah
Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah membangun 4
masjid yang bersejarah.Beliau melakukan perjalanan menunggu tertidurnya pasukan
Quraisj yang mengepung rumah beliau, namun dengan beraninya Ali Bin Abu Tholib
menggantikan posisi tidurnya Rasulullah SAW.Akhirnya beliau bisa melaksanakan
perjalanan hijrah atas perintah Allah SWT.Tahu Muhammad tidak ada ditempat
pasukan Quraisj mengejar Rosulullah SAW.saat itu beliu berlindung bersama
sahabatnya Abubakar Assidiq r.a. di Jabal Tsur disebelah selatan dari Majidil
haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar Rosulullah Saw. tidak
menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat
menemukannya pula.
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah
Ketika beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair
dan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah
bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan
orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan
terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk
mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut,
sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali
mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW
melalui wahyu Allah SWT[1]
B. Perkembangan Islam masa Rasulullah di Madinah
Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan Para sahabat
selalu berdakwah kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus asa. Mereka
terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk
orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan. Mayoritas penduduk Madinah ,
terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan Nabi Muhammad
saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia membantu
beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal sebelum menerima ajaran
Islam,kedua suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad
saw dalam berdakwah.
Sementara , orang-orang Yahudi merasa
tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat mereka. Mereka merasa
tersingkir sejak kehadiran suku Aus dan Khazraj untuk
kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk
melemahkan umat Islam.
C.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Setiap musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke
Mekah.Begitu juga nabi Muhammad SAW. Dengan giat menyampaikan dakwah islam.
Diantara Kabilah yang menerima Islam adalah Khajraj dari Yatrib
(Madinah).Setelah kembali ke negerinya, mereka mengabarkan adanya Nabi
terakhir.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim berbondongbondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim berbondongbondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
1.Mendirikan Masjid
Setelah agama Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan, mengadiliperkara dan lain sebagainya.
2.Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
Orang-orang Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.
3.Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama terjamin buat semua orang-orang di Madinah”.
4.Melaksanakan dasar politik,
ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain. [2]
Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain. [2]
D. Ciri-ciri pokok pada periode ini
Di dalam periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah
pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan
islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya
antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan
yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah
menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa
mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada
hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran
tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut
Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah
sebagai berikut:
1.
Pembentukan
dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama
yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal.
Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor.
Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya
sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan
diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang
berbeda.]Oleh
karena itu Nabi
memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan
dan pengajaran.
E.
Strategi dan metode dakwah di madinah
Strategi
Dengan terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat
sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga
dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.[3]
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.[3]
Metode Dakwah
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para
sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah
serta mengatur berbagai urusan ummat.Sekaligus memutuskan perkara yang ada di
antara mereka.Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya.Beliau
bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”Dengan
demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima
militer.Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk
Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke
luar Madinah.Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan
masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan
militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah.Setelah seluruh
persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan
militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam.
Wallah’alam.
Skema
Metode Dakwah Rasulullah
PERIODE MADINAH
Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam
al Islam)
1.
Membangun Masjid
2.
Membina Ukhuwah Islamiyah
3.
Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.
Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.
Menyusun strategi politik dan militer
6.
Jihad
TAHAPAN DA’WAH RASULULLAH SAW
1. Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)
Nabi
mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah
semata dan meninggalkan berhala.Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara
rahasia untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik
terhadap kemusyrikan dan paganismenya. Nabi saw tidak menampakan da’wah di
majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali
kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang
pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin
Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqash dan lainnya.
Mereka
ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin
melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya
bersembunyi dari pandangan orang Quraisy.
Ketika
orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah
memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam,
sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada
tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut
Islam.Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang
Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.
Dakwah
Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq
menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian
pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga
tahun.
2. Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut manusia,
wanita dan lelaki, memeluk Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah
dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan Rasul-Nya
menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terang-terangan, setelah
selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian
Allah berfirman kepadanya:
“Maka
siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan janganlah kamu pedulikan orang
musyrik.”(al-Hijr : 94)
“Dan
berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.” (Asy-Syu’ara: 214-215)
Dan
katakanlah, “sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan.” (al-Hijr: 89)
Pada
waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian
menyambut perintah Allah, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu
dan janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan pergi ke atas
bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“ sehingga
mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang untuk
melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika
aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang
akan menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum
pernah melihat kamu berdusta. “ kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah
seorang pemberi peringatan kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab
memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu
mengumpulkan kami. “Lalu turunlah firman Allah:
”Binasalah
kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”
Kemudian
Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, ”Dan berilah peringatan
kepada kerabatmu yang terdekat” dengan mengumpulkan semua keluarga dan
kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai Bani Ka’b bin Lu’ai,
selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah
dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah dirimu dari api
neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai
Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa
dapat membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali
kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”
Da’wah
Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy,
dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah
mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi
kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya
membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya di
jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat
memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek moyang
mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:
Dan
apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,”mereka menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti
juga,) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak
mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Ketika
Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan
taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka
menentang dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang
membelanya.[4]
PRINSIP-PRINSIP DA’WAH RASULULLAH
Prinsip
dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan
Muhammad saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam
beberapa fase, yakni fase pertamaMuhammad saw sebagai pedagang, fase
kedua Muhammad saw sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung
dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw sebagai politisi dan
negarawan, danfase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga dan
keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari
keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam
menegakan amanat risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup
penting, strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang
gemilang, terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan
terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan
perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru
dunia.
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan
dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw
sebagai figur pemimpin umat, yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai
peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai pendidik
masyarakat,ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun
masyarakat.
Rasulullah
saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang.
Ketika itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara
jazirah Arab. Dalam perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai
ragam orang dari berbagai bangsa, suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan,
dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau berinteraksi dan berkomunikasi
dengan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu Yahudi, Nasrani,
Majusi, dan orang-orang Romawi.
Dalam
perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan
fakta) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa.Hal ini
menjadi pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis,
etnografis, religius, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari
berbagai bangsa.Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat
dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.
Dari
data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw
sering mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi
(tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat
inilah beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan
yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan
strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan
validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena
beliau termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil
penelitian dan perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari
jurang kehancuran serta membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras
Rasulullah saw dalam mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya itu,
kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya wahyu pertama, lima ayat
surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia inilah, dimulai kegiatan dakwah
dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk
disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang
berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah
saw mulai berfungsi sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social
educator), melalui perombakan dan revolusi mental masyarakat Arab dari
kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat kemanusiaan dan tidak
menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak memiliki peri kemanusiaan dan
menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sikap mental yang mengangkat derajat
kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya menyembah dan memohon
perlindungan kepada Allah SWT.
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan
Rasulullah saw adalah sistim kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat.
Kemudian para sahabat ini mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia.Dimulai
dari Khulafa Ar-Rasyidin, kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan
dan kaderisasi di Mekah yang agak terbatas, kemudian dikembangkan di Madinah
dengan membentuk komunitas muslim di tengah-tengah masyrakat Madinah yang cukup
heterogen. Pembinaan dan pendidikan di Mekah lebih dioerientasikan pada
pembinaan ketauhidan sehingga ayat Al-Qur’an yang turun dalam periode ini lebih
ditekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun
biasanya pendek-pendek dan diawalii ungkapan “Ya ayyuha an-nasa”.
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw
lebih banyak ditekankan pada pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah
masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di periode ini lebih
ditekankan pada masalah muamalah, sistim kemasyarakatan, kenegaran,
hubungan sosial, hubungan antaragama (toleransi), ta’awun, ukhuwah, dan
sebagainya.Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasanya panjang-panjang dan diawali
ungkapan “Ya ayyuha al-ladzina amanu”.
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang
monumental dan sangat penting sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan
bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian
dan kerja sama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang
kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah
Di
Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat,
dan kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi
negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state
builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah
menjadi sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran,
bersikap saling tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama
antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal
dengan sebutan masyarakat madani.
Pada
masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai
masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan
manusia.Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam
ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang.
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran
Rasulullah saw, baik di Mekah atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan
sebagai model masyarakat ideal dalam level masyarakat Arab yang masih sangat
sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang diperlihatkan masyarakat Islam
pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah: memiliki akidah yang kuat dan
konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang
penuh wibawa.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu
sebagai berikut:
1.Mengetahui
medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2.Melalui
perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan
masyarakat.
3.Bertahap,
diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka
(marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian
masyarakat secara umum.
4.Melalui
cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk
menguasai suasana yang lebih positif.
5.Melalui
syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat
berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6.Melalui
musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan
Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7.Melalui
cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8.Melalui
nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9.Menggunakan
bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri
uqulihim).
10.Melalui
surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu,
seperti pada Heraklius.
11.Melalui
uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan
motivasi (tarhib wa targhib).
12.Melalui
Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para
pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian.Begitu pula isi
hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin
membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut.
ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong
untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya.Seketika
Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut.Ia yang
berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya
dan kebenciannya mulai surut.Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan
tangan kanan tepat di dadanya.Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang
Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah.Kedengkian dan
kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam.
KAIDAH-KAIDAH DA’WAH RASULULLAH
Dari
prinsip dan langkah-langkah perjuangan Rasulullah saw di atas, dapat
diturunkan kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:
1)
Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak
menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah
SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk
membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat
dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan
kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi
al-Allah, dan ila Allah).
2)
Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya
kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban
sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang
erat dan mesra, dan terjalin pula kasih sayang, perasaan senasib
sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain, seperti
mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap
individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan dari segala
penyakit jiwa lainnya.
3)
Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak
saling merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling
tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat
prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
4)
Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak
menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk
meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah
saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat
yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S.
Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.
5)
Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam
menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang
dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah:
2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.
6)
Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan,
kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam
kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S.
Al-Baqarah:195.
7)
Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius
menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang
dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
8)
Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan,
pada berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S.
Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
9)
Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak,
mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai
perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan
kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. Al-Baqarah: 256, Q.S.
Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.
10)
Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di
atas ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat
dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30,
32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.[5]
KEBERHASILAN DAN PENGARUH DA’WAH
ISLAM
Sebelum
kita melangkah untuk melihat masa-masa terakhir kehidupan Rasulullah saw,
sepatutnya kita memberikan perhatian sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi
inti kehidupan beliau dan yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul,
sehingga Allah mengangkat beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun
orang-orang di kemudian hari.
Dikatakan
kepada Rasulullah saw: “Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk
shalat), di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (al-Muzzamil: 1-2)
“Wahai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah
peringatan!” (al-Muddatstsir: 1-2)
Maka,
beliau pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban
amanat ````` besar di bumi ini, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan
jihad di berbagai medan.
Beliau
memikul beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam
dalam angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia
dan syahwat. Ketika perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda
jahiliyah dan kehidupan dunia, mulailah peperangan lain di medan yang lain
pula, bahkan peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu, peperangan melawan
musuh-musuh da’wah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan da’wah ini
sampai ke akarnya sebelum berkembang dan kokoh akarnya.Peperangan di jazirah
Arab hampir saja berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi
umat yang baru ini serta menghadangnya di perbatasan bagian utara.
Ketika
semua ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah
berhenti, karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan.
Sesaat pun syaithan tidak akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati
manusia. Di sanalah, Muhammad saw bangkit menyerukan da’wah Allah, dan
melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di berbagai medan. Beliau
berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di hadapannya.Beliau
berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mu’min beristirahat
menikmati ketenangan dan ketentraman.Semua itu beliau lakukan dengan semangat
yang tak pernah kendor dan kesabaran tinggi.Beliau berjuang dalam melakukan
qiyamul lail dan beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Qur’an, dan bermunajat
kepada-Nya sebagaimana yang diperintah-Nya.
Demikianlah,
beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan yang tiada henti-hentinya lebih
dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah melalaikan suatu urusan karena
sibuk dengan urusan yang lain. Sehingga, da’wah meraih suatu keberhasilan yang
gemilang, sulit dicerna oleh akal manusia.Jazirah Arab tunduk kepada da’wah
Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan lagi di kawasan jazirah Arab, dan
akal yang menyimpang telah lurus kembali.Sehingga, berhala-berhala
ditinggalkan, bahkan dihancurkan.Udarapun dipenuhi oleh gema suara tauhid.
Suara adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah padang pasir yang telah
dihidupkan oleh iman yang baru. Para da’i bertolak ke arah utara dan selatan
membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menegakkan hukum-hukum Allah.
Berbagai
bangsa dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu padu.Manusia pun keluar dari
penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan kepada Allah. Di sana, tidak ada
pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan dan hamba, penguasa dan rakyat,
orang yang zhalim dan terzhalimi. Semuanya adalah hamba Allah, bersaudara dan
saling mmencintai, dan melaksanakan hukum-hukum Allah.Allah telah menyingkirkan
penyaki-penyakit jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang dari diri
mereka. Di sana, tidaka ada kelebihan yang dimiliki oleh orang yang berkulit
merah atas orang berkulit hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah
anak keturunan Adam, dan adam tercipta dari tanah.
Berkat
da’wah Islam, terwujudlah kesatuan Arab, keadilan sosial, kebahagiaan manusia
dalam segala urusan dunia dan akhirat.Perjalanan hari dan wajah bumi pun
berubah, demikian garis sejarah dan pola pikir.
Sebelum
ada da’wah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan, sehingga
perasaannya memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan norma-norma
sosialnya jadi kacau, dipenuhi kezhaliman dan perbudakan, dirongrong oleh
gelombang kemewahan dan kemiskinan, diliputi oleh kekufuran, kesesatan dan
kegelapan, meskipun pada saat itu sudah terdapat agama-agama langit.
Namun, agama itu telah jauh diselewengkan oleh manusia, sehingga menjadi
lumpuh, tidak berdaya menguasai manusia dan berubah menjadi beku, tidak hidup
dan tidak memiliki ruh.
Setelah
da’wah Islam tampil dan memainkan perannya dalam kehidupan manusia, jiwa
manusia menjadi bersih dari khayalan dan khurafat, perbudakan, kerusakan dan
kebusukan, kekotoran dan kemerosotan.Masyarakat pun menjadi bersih dari
kezhaliman dan kesewenang-wenangan, perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas,
kediktatoran penguasa, dan pelecehan para dukun. Da’wah ini tampil membangun
dunia di atas kesucian dan kebersihan, hal-hal yang bersifat positip dan
membangun, kebebasan dan pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan,
keadilan, kehormatan, serta kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan
taraf kehidupan dan menjamin setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam
kehidupan.
Berkat
perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang
penuh berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas
jazirah tersebut.
F.Peperangan yang terjadi pada
periode madinah
Dalam perjalanan dakwahnya , Nabi Muhammad saw banyak
menemui rintangan. Rintangan itu muncul sebagai akibat adanya masyarakat
Madinah yang tidak dapat menerima kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Dibawah
pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, mereka menjalin hubungan rahasia
dengan kaum kafir Qurasiy di Mekkah. Mereka selalu melaporkan perkembangan umat
Islam di Madinah dengan Maksud menekankan kekuasaan Nabi Muhammad saw. Hal ini
merupakan awal terjadinya peperangan dengan kaum kafir quraisy.Peperangan yang
kemudian terjadi adalahPerang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.
1.perang
badar
Terjadinya Perang Badar dipicu
oleh rasa iri orang-orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan Nabi
Muhammad saw, menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah. Peperangan ini
terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke -2 H atau 8 Januari 623 M disalah satu sumber
mata air yaitu Badar.
Dalam Perang Badar kaum muslimin hanya berjumlah 313
orang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammadsaw, sedangkan pasukan kafir
Quraisy berjumlah 1.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Sebelum perang dimulai , terjadi perang tanding antara kedua belah pihak. Pihak
umat Islam diwakili Ubaidah bin Harits,Hamzah bin Abdul Muttalib dan Ali bin
Abi Thalib. Pasukan Quraisy diwakili Syaibah bin Rabi'ah dan Utbah
bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Dalam perang ini pasukan kaum
muslimin mengalami kemenangan dengan gemilang.Abu Jahal terbunuh dan 14
muslimin gugur sebagai syahid.
2.Perang uhud
Setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar , Abu
Sufyan menyiapkan pasukan dengan persenjataan lengkap. Bahkan mengundang
pasukan Badui untuk bergabung. Terbentuklah pasukan kafir Quraisy dengan
rincian 3.000 pasukan tempur yang didalamnya terdapat 700 pasukan
bertameng dan 200pasukan berkuda. Pada tahun 3 H, dibawah komando Abu
Sufyan,pasukan itu bergerak menuju Madinah. Pada hari Kamis 21
Maret 625 M,mereka berada dihilir Lembah Uhud. Pasukan Islam
berjumlah 1.000 orang,akan tetapi ditengah perjalanan, 300 orang
membelot dibawah pimpinan Abdullahbin Ubay bin Salul. Kedua pasukan bertemu
di BukitUhud , pada awal peperangan, tentara muslim memperoleh
kemenangan . Akan tetapi , ketika perang hampir selesai pasukan Pemanah umat
islam meninggalkan posisinya untuk mengambil harta rampasan. Akibatnya pasukan
Islam mendapat serangan dari pasukan kafir yang dipimpin oleh Khalid bin
Walid dari belakang. Akhirnya , pasukan Islam tidak mampu bertahan dan
mengundurkan diri dari medan perang. Akibat perang ini ,70 orang pasukan
Islam gugur, sedangkan 23 pasukan kafir tewas. Seusai perang ,Hindun
istri Abu Sufyan mengoyak-koyak isi perut Hamzah , paman Nabi Muhammad saw,
yang gugur dalam pertempuran itu. Ia melampiaskan dendam atas terbunuhnya
ayahnya, Utbah bin rabi'ah, oleh Hamzah bin Abdul Muttalib dalam perang
Badar.
3..perang khandak
Perang yang terjadi berikutnya adalah
Perang Khandak. Setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud , pasukan
Islam sekarang lebih kuat . Pada tahun 327 M, orang-orang kafir Quraisy, Yahudi
dan Suku Badui mampu membentuk pasukan yang berkekuatan 10.000 personil.Diantaranya
600 pasukan berkuda yang dipimpin Abu Sufyan. Untuk menghadapi
musuh, Nabi Muhammad saw mengerahkan 3.000 pasukan tempur. Berdasarkan
saran dari SalmanAl Farisi, kaum muslimin membuat sistim pertahanan
berupa parit yang mengitari perbatasan Kota Madinah.Penggalian
dilakukan oleh pasukan Islam sendiri .Abu Sofyan sebagai pemimpin
pasukan Quraisy memutuskan mundur karena tidak sanggup lagi menghadapi perang.Peperangan
dimenangkan oleh Kaum muslimin. Kemenangan ini membuat nama umat Islam dan
Kota Madinah makin harum. Hali in menyebabkan para pembesar negara tetangga
tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Madinah.
Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji. Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab, bulan Zulkaidah diharamkan untuk mengadakan peperangan,kebencian telah membuat mereka mengabaikan tradisi itu.[6]
Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah,Perundingan sangat alot . Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah . Diantaranya isinya sebagai berikut :
Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji. Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab, bulan Zulkaidah diharamkan untuk mengadakan peperangan,kebencian telah membuat mereka mengabaikan tradisi itu.[6]
Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah,Perundingan sangat alot . Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah . Diantaranya isinya sebagai berikut :
1.
Kedua belah pihak mengadakan
gencatan senjata selama 10 tahun.
2.
Setiap orang diberi kebebasan untuk
memilih menjadi pengikut Nabi Muhammad saw atau kaum kafir quraisy.
3.
Kaum muslimin wajib mengembalikan
orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. di Madinah tanpa alasan
yang benar kepada walinya,sedangkan kaum kafir qurasiy tidak wajib
mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka.
4.
Kunjungan rombongan umat Islam untuk
menunaikan ibadah haji ditangguhkan pada tahun berikutnya. Lama kunjungan
paling lama adalah 3 hari dan tidak boleh membawa senjata.
Setelah perjanjian Hudaibiyah situasi
menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi Muhammad saw yang
semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orang bertambah menjadi hampir 10.000
orang. Hal ini disebabkan orang-orang Qurasisy banyak bersimpati terhadap Nabi
Muhammad saw. Sebelumnya,para sahabat tidak menyetujui isi perjanjian
Hudaibiyah. Mereka menganggap perjanjian itu hanya merugikan umat Islam.
Akan tetapi , Nabi Muhammad saw, menyikapi Perjanjian Hudaibiyah secara arif .
Nabi Muhammad saw memanfaatkan situasi aman dan damai setelah Perjanjian
Hudaibiyah.Beliau mengirimkan duta-dutanya ke negara tetangga untuk
mengajak mereka memeluk agama Islam. Ajakan itu diterima oleh beberapa
penguasa negeri tetangga dan ditolak oleh beberapa negeri tetangga
lainnya, Sebagian menolak ajaran itu adalah raja Persia. Penolakan itu
menyebabkan munculnya permusuhan dan peperangan yang besar antar kedua belah
pihak di kemudian hari.
G.AHIR HAYAT NABI
MUHAMMAD SAW
Sesudah melaksanakan hajji wada’ (hajji perpisahan)
Rosululloh kembali ke Madinah. Beliau mengatur kabilah-kabilah yang telah masuk
islam sampai habis sisa masa hidupnya. Beliau mengirim pada Da’i ke berbagai
daerah untuk mengajarkan agama Islam.Ia juga mengatur peradilan islam serta
mengatur cara-cara pemungutan zakat.
Salah satu mubaligh yang dikirim adalah Muaz bin Jabal ke negeri
Yaman, beliau terkenal sebagai ulama yang pertama kali menggunakan ijtihad jika
tidak ada dasar hukum di dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.
Nabi Muhammad Saw menyiapkan pasukan untuk memerangi orang Romawi di Balqa
(Yordania), yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Harisah yang baru
berusia 18 tahun. Akan tetapi tidak jadi berangkat karena Rosul mendadak sakit.
Rosululloh Saw, pada waktu itu juga menerima wahyu yang terakhir, yaitu: surat
al-Maidah ayat 3.
Artinya:....... pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu Jadi agama bagimu. ......
Dua bulan setelah hajji wada’ kesehatan Rosululloh berangsur-angsur memburuk,
badannya panas. Walaupun demikian, ia tetap mengimami sholat. Dalam khotbahnya
yang terakhir beliau bersabda:”Akuu berwasiat kepada kalian untuk berbuat
baik terhadap orang Anshor. Sesungguhnya orang-orang Ansor adalah orang dekatku
dimana aku berlindung kepada mereka. Mereka telah melalui apa yang menjadi
beban mereka dan masih tersisa apa yang menjadi hak mereka. Oleh karena itu,
berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang berbuat baik dan maafkan
siapa saja diantara mereka yang berbuat kesalahan”.
Tiga hari menjelang wafat, beliau tidak dapat mengimami sholat, dan menunjuk Abu
Bakar As-Shidiq sebagai pengganti imam sholat.Sehari sebelum wafat beliau
memerdekakan para budak lelakinya; beliau juga menyedekahkan uang sisa sebanyak
7 Dinar.Beliau memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
Pada waktu dluha beliau memanggil putrinya (Fatimah); dan membisikan
kepadanya bahwa beliau akan segera dipanggil menghadap Alloh Swt. Menndengar
hal itu Fatimah menangis. Kemudian, beliau berbisik lagi bahwa anggota keluarga
yang pertama akan menyusulnya adalah Fatimah; kemudian Fatimah tersenyum.
Setelah itu Nabi memanggil cucunya (Hasan dan Husain); beliau juga memanggil
istri-istrinya dan anggota keluarga yang lain. Beliau memberikan wasiat yang
terakhir:”Ingatlah sholat dan Taubatlah”.Tidak berapa lama kemudian
beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.Beliau wafat pada hari Senin
tanggal 12 Rabi’ul awwal 11 H. Atau 8 Juni 632 M.
Rosululloh berdakwah mensyiarkan agama Islam selama 23 tahun.Ketika meninggal
beliau hanya mewariskan 2 harta pusaka yang besar yaitu al-Quran dan
al-Hadis.Beliau berjuang tak kenal lelah sehingga berhasil mendirikan
negara Islam yang pertama di Madinah; serta mampu menyatukan suku-suku Arab di
bawah naungan syariat Islam.[7]
Berita wafatnya Nabi Muhammad tersebar luas ke seluruh penjuru Madinah. Suasana
sedih, haru menyelimuti kota itu. Ketika Umar bin Khotob mendengar
berita kematian Rosul, beliau berdiri dan termenung seakan tidak bisa menerima
atas kematian Sang Rosul. Ia berkata:”Sesungguhnya beberapa orang munafiq
menganggap bahwa Nabi Muhammad Saw telah wafat. Sesungguhnya beliau tidak
wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imron
yang pergi dari kaumnya. Demi Alloh dia benar-benar akan kembali. Barang siapa
yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya akan kupotong”.[8]
Setelah mendengar berita wafatnya Nabi, Abu Bakar As-Shidiq segera
menemui Aisyah. Ia membuka kain kafan dan berkta:”Kalau kematian sudah
menjadi ketetapan Engkau, berarti engkau benar-benar telah meninggal dunia”.
Abu Bakar menerima atas kematian Sang Rosul; kemudian ia menemui Umar bin
Khotob dan berkata:”Barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad
sudah mati. Barang siapa menyembah Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Hidup dan
tidak mati”.
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan mengenai Perkembangan
Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan
yang diantaranya :
Pada
masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai
pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat
perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana.
Setibanya di Madinah,
Nabi Muhammad segera menyusun rencana pengembangan dakwah agar lebih efektif
dan cepat. Agama Islam harus segera menyebar keberbagai penjuru dunia,,
khususnya jazilah Arabia
Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang
memerintah dari kota ini yakni Abu
Bakar, Umar
bin Khattab, dan Utsman
bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib
pemerintahan dipindahkan ke Kufah
di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah
Utsman oleh kaum pemberontak.
Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
1.Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Islam II “Muamalah dan Akhlaq”, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999.Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2007.
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 1999.
Nasution, Harun : Filsafat Pendidikan Islam 1982 Jakarta.
Sejarah Peradaban Islam, Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII
http://ikhsanu.blogspot.com/2012/01/perkembangan-islam-pada-masa-nabi_muhammad