GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Saturday, November 10, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.I.
Latar Belakang
Salah satu
fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik
untuk hidup di kemudian hari. Dikatakan bahwa bentuk paling sederhana dari
kurikulum adalah merupakan himpunan pengalaman, sistem nilai, pengetahuan,
keterampilan dan pola sikap yang ingin dihantarkan kepada peserta didik dengan
harapan bahwa keseluruhan yang dihantarkan tersebut merupakan bekal para
peserta didik dalam mengembangkan diri di dalam masyarakat dikemudian hari.
Pengembangan
kurikulum pada dasarnya berkisar pada hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal
berikut :
1.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melaju terlalu cepat.
2.
Pendidikan
merupakan proses transisi
3.
Manusia
dalam keadaan terbatas kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah
informasi.
Atas dasar
inilah, maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang merupakan
suatu masalah pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan antara lain pendekatan atas dasar keperluan pribadi. Untuk
merealisasikannya, maka diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan
pendekatan yang sesuai.
I.II.
Rumusan Masalah
Apa saja
model-model atau bentuk-bentuk dalam pengembangan kurikulum ?
I.III.
Tujuan
Untuk
pengetahuan kepada mahasiswa PAI mengetahui model-model dalam pengembangan PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
Ulasan
teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi.
Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu
proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu
komponen kurikulum. Ulasan teoritis tersebut menetapkan titik berat ulasan yang
berbeda-beda, ada yang menitikberatkan pada organisasi kurikulum, ada pula yang
menitikberatkan pada hubungan antar pribadi dalam pengembangan kurikulum.
Banyak model
dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam pelaksanaannya. Namun
ada hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan model pengembangan
kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut adalah bahwa penerapan
model-model tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor yang konstan,
sehingga ulasan tentang model-model yang dibahas dapat terungkapkan secara
konsisten. Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
a.
The
Administrative Model
Model
pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisiatif dan
gagasan pengembangan dating dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi. Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model
dari atas ke bawah (top-down).
Cara kerja
model ini adalah : pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah yang biasanya
terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti.
Panitia pengarah ini bertugas merencanakan, member pengarahan tentang garis
besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
Selesai
pekerjaan tersebut, mereka menunjuk kelompok-kelompok kerja sesuai dengan
keperluan anggota-anggota. Kelompok kerja umunya terdiri atas staf pengajar dan
spesialis kegiatan belajar. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi dan
kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila
dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji coba
untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi
lainnya yang ditunjuk oleh panitia pengarah dan anggotanya terdiri atas sebagian
besar kepala-kepala sekolah. Setelah selesai, maka pekerjaan itu diserahkan
kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah sekali lagi kemudian
diimplementasikan.
b.
The
Grass – Roots Model
Model
pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan dating dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model ini didasarkan pada pandangan bahwa implementasi
kurikulum akan lebih berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksana sudah sejak
semula diikutsertakan dalam pengembangan kurikulum.
Kegiatan
pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerja sama dengan orang
tua, peserta didik dan masyarakat. Kerja sama diantara sesame pengajar dengan
sendirinya merupakan bagian yang penting dalam model ini. Kedudukan
administrator hanyalah cukup memberikan bimbingan dan dorongan saja dan staf
pengajar akan melaksanakan tugas pengembangan kurikulum secara demokratis.
Biasanya
pada langkah-langkah tertentu diselenggarakan lokakarya untuk membahas langkah-langkah
selanjutnya. Lokakarya akan melibatkan staf pengajar, kepala sekolah, orang tua
peserta didik, orang awam lainnya, para konsultan dan narasumber lainnya.
c.
The
Demonstration Model
Model
demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, dating dari bawah. Pembaharuan
kurikulum dilakukan oleh sejumlah staf pengajar dalam satu sekolah yang
terorganisasi. Jika hasil pembaharuan tersebut berhasil maka sekolah lainnya
mengadopsinya. Selain secara formal ini dapat pula dilaksanakan secara tidak
formal. Hal ini berarti, staf pengajar bekerja dalam bentuk organisasi
terstruktur atau bekerja sendiri-sendiri. Dalam model ini pembaharuan kurikulum
dicontohkan dalam skala kecil oleh para pengajar lainnya.
d.
Beauchamps
Model
Model
pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum.
Beauchamp mengemukakan lima langkah kritis dalam pengambilan keputusan mengenai
pengembangan kurikulum, yaitu :
1.
Pekerjaan
yang harus dilakukan adalah menemukan “arena” pengembangan kurikulum. Arena ini
berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional maupun nasional.
2.
Memilih
dan mengikutsertakan pengembangan kurikulum, yang terdiri atas spesialis
kurikulum, perwakilan kelompok yang professional, staf pengajar, penyuluh, orang
awam. Penentuan orang tersebut tergantung pada penentuan arena.
3.
Pengorganisasian
dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum meliputi penentuan tujuan, materi
dan kegiatan belajar. Untuk keperluan itu ditempuh :
a.
Penentuan
Dewan Kurikulum sebagai koordinator umum penyusunan kurikulum.
b.
Penilaian
praktek kurikulum yanga sedang berjalan.
c.
Pemilihan
alternatif materi pelajaran baru.
d.
Penentuan
kriteria dan pemilihan alternatif bagian kurikulum.
e.
Penulisan
secara menyeluruh tentang kurikulum yang dikehendaki.
4.
Mengimplementasikan
kurikulum secara sistematis.
5.
Menyelenggarakan
evaluasi kurikulum. Hall yang dievaluasi meliputi :
a.
Penggunaan
kurikulum oleh staf pengajar
b.
Rencana
kurikulum
c.
Hasil
belajar peserta didik, dan
d.
Sistem
kurikulum
e.
Taba’s
Inverted Model
Menurut cara
yang bersifat tradisional dan lazim dilakukan, pengembangan kurikulum ditempuh
atau dilakukan secara deduktif. Dalam model Hilada Taba ini hal iatu ditempuh
secara induktif, sehingga model Hilda Taba ini dikenal dengan nama model
terbalik Hilda Taba/ Taba’s Inverted Model. Taba berpendapat model deduktif ini
kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi baru. Menurutnya
pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru
adalah yang bersifat deduktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari
model tradisional.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam model ini meliputi lima langkah, yaitu :
1.
Sejumlah
staf pengajar terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum yang akan
dieksperimenkan dengan jalan :
a.
Mendiagnose
kebutuhan
b.
Memformulasikan
isi
c.
Memilih
isi
d.
Mengorganisasikan
isi
e.
Memilih
pengalaman belajar
f.
Menilai
g.
Mengecek
perimbangan kedalaman dan keluasan materi pelajaran
2.
Mengujicoba
unit-unit dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan belajar-mengajarnya.
3.
Merevisi
hasil yang diujicobakan serta mengkonsultasikannya.
4.
Mengembangkan
kerangka teoritis.
5.
Langkah
yang paling akhir adalah mengasembling dan mendiseminasikan hasil yang telah
diperoleh. Pada tahap ini perlu dipersiapkan staf pengajar dalam penataran,
program lokakarya dan lain sebagainya.
f.
Model
Hubungan Interpersonal dari Rogers (Roger’s Interpersonal Relations Model)
Rogers
adalah seorang psikolog yang juga berminat dalam bidang pendidikan. Ia
mendasarkan pendangannya pada kurikulum yang diperlukan dalam rangka
pengembangan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap situasi
perubahan. Menurut Roger’s manusia berada dalam proses perubahan, sesungguhnya
ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu
memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak lain
merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut.
Guru serta peserta didik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan
anak, mereka hanyalah pendorong dan pelancar perkembangan anak.
Atas dasar
itulah, maka kurikulum yang seduai akan terwujud jika disusun dan diterapkan
oleh pendidik yang luwes, terbuka dan berorientasi pada proses. Untuk itu
diperlukan pengalaman kelompok dalam latihan sensitif. Kelompok latihan
sensitif ini seharusnya terdiri atas 10-15 orang dengan seorang pengajar
sebagai fasilitator. Kelompok ini tidak berstruktur dan diharapkan dapat
merupakan lingkungan yang memungkinkan orang secara individual berekspresi
secara bebas dan dapat berkomunikasi secara interpersonal secara bebas.
Langkah-langkah
dalam pengembangan kurikulum model ini adalah :
1.
Pemilihan
target dari sistem pendidikan
2.
Partisipasi
peran guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
3.
Pengembangan
pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4.
Partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok
Selain
pertemuan-pertemuan tersebut Rogers juga menyarankan diadakan pertemuan
vertikal yang menghilangkan hierarki birokrasi dan status sosial. Jadi model
pengembangan kurikulum Rogers ini mendukung adanya perubahan tingkah laku dalam
hal bagaimana merasakan dan bagaimana memandang sesuatu. Dengan demikian
diharapkan agar keputusan-keputusan dalam pengembangan kurikulum akan lebih
realistis karena diselenggarakan dalam suasana bebas tanpa tekanan.
g.
Model
Systematic Action-Recearch Model
Model
kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan
perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian
orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu ada 3 faktor yang
dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini, yaitu :
1.
Adanya
hubungan antara manusia
2.
Organisasi
sekolah dan masyarakat
3.
Otoritas
ilmu
Kurikulum
dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh
masyarakat, pengusaha, siswa, guru dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang
bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar dan bagaimana peranan kurikulum
dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukan pendangan
dan harapan-harapan masyarakat dan salah satu cara untuk mencapai hal itu
adalah dengan prosedur action research.
Langkah
pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum,
berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan mengidentifikasi
faktor-faktor kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil
kajian tersebut, dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara
mengatasi masalah tersebut serta tindakan pertama yang harus diambil.
Kedua,
menyelenggarakan atau mengimplementasikan rencana yang telah disusun. Usaha ini
diikuti dengan usaha pencarian fakta secara meluas sehubungan dengan persoalan
tersebut agar dapat diadakan penilaian tentang kelebihan dan kekurangannya.
h.
Model
Teknologis (Emerging Technical Models)
Perkembangan
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektifitas
dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh
kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya :
1.
The
Behavioral Analysis Model, memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan
peserta didik dari yang sederhana sampai yang kompleks secara bertahap.
2.
The
System Analysis Model, memulai kegiatannya dengan menjabarkan tujuan khusus
kemudian menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannya dan dalam
pada itu mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penyelenggaraannya.
3.
The
Computer-Based Model, memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi
sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan intruksional khusus.
Kemudian pengajar dan siswa diwawancarai tentang pencapaian tujuan-tujuan
tersebut dan data itu disimpan dalam komputer. Data komputer tersebut
dimanfaatkan dalam menyusun isi materi pelajaran untuk peserta didik.
BAB III
PENUTUP
III.I.
Kesimpulan
Ulasan teoritis
tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi. Pengembangan
kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen
kurikulum.
Model-model
pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
1.
The
Administrative Model
2.
The
Grass-Roots Model
3.
The
Demonstration Model
4.
Beauchamp’s
Model
5.
Taba’s
Inverted Model
6.
Roger’s
Interpersonal Relations Model
7.
The
Systematic Action-Research Model
8.
Emerging
Technical Models
a.
The
Behavioral Analysis Model
b.
The
System Analysis Model
c.
The
Computer-Based Model
III.II.
Saran
Sebagai
mahasiswa IAID-Fakultas Tarbiyah-Prodi PAI, kita sebaiknya mengenal berbagai
macam model-model dalam pengembangan kurikulum guna menambah wawasan kita
sebagai mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Idi,
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media.
Subandijah.
1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.