kepemimpinan
Friday, October 19, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Manusia adalah makhluk social yang
tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan
sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok
besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang
paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan
untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana
yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan
masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan
baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah
yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan
tsb antara lain :
Bagaimana hakikat
menjadi seorang pemimpin?
Adakah teori –
teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Bagaimana hubungan
kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
· Melatih mahasiswa
menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
· Agar mahasiswa
lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis
menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak
hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke
warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih
praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data –
data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis
miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai
kepemimpinan dan kearifan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli
berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
· Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
· Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu,
Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga
akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun
Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi
pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani
: Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan
di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai
Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin
harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi
dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Ø Teori Kepemimpinan
Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan
tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan
dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
kepribadian.
Ø Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan
tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan
teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
pula.
Ø Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang
baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat
kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat
diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya
kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya
lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral
tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah
mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni
model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi
antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut,
tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin
dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture),
dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan
oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut,
variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada
posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan
situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan
Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang
sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang
terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari
sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~ Directing
Gaya tepat apabila
kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman
dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang
harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating
(penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan
waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan
dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil
yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
~ Supporting
Sebuah gaya dimana
pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas.
Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung
jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini
akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka
dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka
mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah gaya dimana
seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada
bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah
paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang
disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah
dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf /
individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan
keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah
disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan analitis
(analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan
motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk
fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Q Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan
di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus
dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan
(decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan
mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi
untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi
perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta
kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang –
orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance
Handler ® Mampu mengatasi
masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources
Allocator ® Mengawasi alokasi
sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan,
memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 :
156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi
sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang
dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan
pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang
lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh,
megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan
diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah
sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan
hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari
hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang
melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi
dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari
dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang
diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak
pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak
memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan
ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah
duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin
memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya
sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan
seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang –
orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung
pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah
organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin,
organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih
dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk
kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang
dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari
mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat
mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam
keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang pemimpin
tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki
serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang
efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau
kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan
kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah
proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu
tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi
inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar
serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai
beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan,
kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu
aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun
tantangan yang dihadapi.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya
(performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi,
mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk
rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb),
melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode
kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø Pemimpin tidak hanya sekedar
memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan
senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan
dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin focus pada hal – hal
spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang
dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin sejati senantiasa mau
belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan,
keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating )
dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani
menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan
yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku
Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur
kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya
ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi.
Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu
menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan
selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang
lain.
II.4
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. ” I don’t think you have to
be waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to
raise his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General
Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak
berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang
ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep pemikiran
seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para
pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor
& praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji
bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin.
Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan
hati (humble).
Pelajaran mengenai
kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup
Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya
dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama
penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan
dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau
memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter
adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari
dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas
yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi
yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
Ø Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
Ø Q leader berarti
kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun
aspek manajerial.
Ø Q leader berarti
seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang
berarti kehidupan).
Ø Q keempat adalah
qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh –
sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya
(self management atau qolbu management).
Menjadi seorang
pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh
senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter
dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas
(clear vision).
· Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin
yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara
internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan
kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John
Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day
I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always
it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan
local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan
rumit,
Dalam
suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi
dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang
teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana
kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa
kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia
di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul
dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali,
seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia
tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya
sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong.
Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada
pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27
desember 2007
BAB
III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki
dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2
SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap
pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko T. Hani , Manajemen
Edisi 2, BPFE – Yogyakarta, 1984.
James K. Van Fleet, 1973, 22 manajemen kepemimpinan,
Jakarta:Mitra