Tentang Konjungtivitis virus Lengkap
Friday, November 4, 2016
BEBERAPA
minggu terakhir ini, ketika terjadi perubahan cuaca yang dirasakan ekstrem,
sering kita jumpai teman sekerja atau anggota keluarga dengan mata merah,
berair, dan banyak "belek"-nya. Selain itu, beberapa anak menderita
mata merah yang disertai perasaan gatal, berair, dan merasa silau, serta berulang.
Dalam istilah kedokteran, keadaan ini sering disebut dengan penyakit
konjungtivi-tis, atau radang pada konjung-tiva (selaput lendir mata). Penyakit
ini merupakan penyebab sering mata merah, bisa diakibatkan karena bakteri,
virus, alergi, dan sebab lainnya. Pada artikel ini, penulis akan membahas
secara singkat dua dari beberapa jenis konjungtivitis tersebut.

Konjungtivitis virus
Konjungtivitis
yang diakibatkan karena virus, bersifat akut, menyerang semua kelompok usia.
Pada umumnya, bisa disertai dengan ip-feksi saluran pernapasan atas akut,
seperti influenza, ada juga yang disertai dengan salat kepala, demam.Akibat
mata merah ini, ada beberapa orang "diusir" dari tempat kerjanya,
karena rekan lain takut ketularan. Memang dan ini perlu diperhatikan, tipe
konjungtivitis ini sangat menular dan mudah menjadi | wabah.
Orang
yang terkena biasanya mengeluh satu atau kedua matanya merah, pedih,silau, dan
tidak nyaman. Seringnya disertai "belek" cair yang jernih seperti
menangis. Timbulnya mata merah dan "belek" dikarenakan selaput lendir
mata terdapat banyak pembuluh darah dan kelenjar penghasil air mata, di mana
pada keadaan peradangan, ukuran pembuluh darah menjadi lebih besar, dan
kelenjar selaput lendir menghasilkan sekret yang banyak.Pada keadaan yang lebih
lanjut, bisa karena progresivitas penyakitnya atau adanya riwayat pengobatan
"disuruh teman atau kata teman". Ini bisa menyebabkan terjadinya,
keburaman pada penglihatan. Akan tetapi, keburaman penglihatan ini juga dapat
terjadi, akibatnya banyaknya air mata yang hilang, setelah penderita mengedip.
Pada
umumnya penyakit konjungtivitis yang dikarenakan virus, dapat sembuh sendiri. Akan
tetapi, pada beberapa kasus ada yang bisa berlangsung sampai berming-gu-minggu
bergantung dari beberapa faktor, salah satunya daya tahan tubuh orang tersebut.
Beberapa penderita membutuhkan pengobatan spesifik, untuk meredakan gejalanya.
Seringnya pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa supervisi dari dokter, dapat
menyebabkan penyakit yang tadinya ringan menjadi berat.
Namun,
tidak benar hanya dengan melihat orang salat konjungtivitis, seseorang yang
sehat bisa tertular langsung. Penularan terjadi karenaadanya kontak langsung
dari penderita kepada orang lain, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun,
mirip seperti penularan sakit influenza. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan terutama penderita, yaitu sering mencuci tangan, membuang
tisu bekas pada tempatnya, hindari berkendaraan bersama orang sehat, dengan
pendingin ruangan atau menggunakan alat-alat sehari-hari secara bersamaan,
seperti handuk, sapu tangan. Untuk orang yang sehat tidak ada pencegahan, yang
paling penting selain kebugaran tubuh harus tetap terjaga.
Konjungtivitis alergi
Mungkin
beberapa orang tua mengeluh ketika datang ke dokter mata, kenapa anaknya sering
berkedip, menggosok matanya, karena gatal atau matanya kemudian menjadi kotor
atau lebih cokelat. Hal ini dapat terjadi, karena penyakit mata yang seringnya
adalah radang selaput lendir mata karena alergi, salah satunya adalah
konjungtivitis vemalis.
Jika
kita simak dari literatur, penyakit ini merupakan suatu penyakit mata dengan
dasar alergi, lebih sering mengenai anak laki-laki, tetapi dengan usia kurang
dari sepuluh tahun dan jarang pada anak usia kurang dari tiga tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya menghilang setelah memasuki masa akil balig,
tetapi dapat pula menjadilama, dan pada keadaan yang sangat jarang dapat
menetap sampai melewati usia 25 tahun. Bahkan, pada penderita yang memiliki
riwayat penyakit alergi seperti asma, atau rinitis, gejala, dan keadaan klinis
tampak lebih berat.
Penyakit
ini memiliki sifat berulang, menyerang kedua mata dengan keluhan umumnya berupa
rasa gatal, sensasi benda asing pada mata, berair, serta silau yang hebat.
Biasanya mata anak terlihat lebih kemerahan atau berwarna cokelat. Hal ini
diakibatkan frekuensi seringnya anak menggosok matanya akibat perasaan gatal
tersebut. Perasaan silau yang hebat juga menjadikan anak enggan untuk bermain
di luar ruangan. Gejala penyakit ini biasanya timbul berhubungan dengan musim,
terutama pada musim panas. Sementara di daerah dengan empat musim, dapat juga
timbul pada musim semi. Bahkan, pada daerah dengan iklim tropis, gejala dapat
timbul sepanjang tahun.
Data
yang diperoleh dari poliklinik Anak Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
didapatkan penyakit ini diderita sebanyak enam belas persen dari seluruh pasien
anak usia kurang dari empat belas tahun sepanjang 2003-2004. Dari literatur
lain dikatakan, insi-densi di Moroko, India, dan Senegal enam persen dan
sembilan puluh persen, di antaranya berusia kurang dari lima belas tahun.
Kemudian di Afrika, India, dan Timur Tengah, konjungtivitis vemalis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena mencapai tiga persen dari seluruh penyakit
mata yang serius. Bahkan, di Afrika Selatan konjungtivitis vemalis mengenai
delapan-sebelas persen anak usia sekolah.
Pengobatan
Pengobatan
konjungtivitis vemalis ini, sangat bergantung dari tingkat keparahan gejala dan
gambaran klinis. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis, yang bertujuan untuk pencegahan; dan pengobatan
simptomatik, yang bertujuan untuk meredakan gejala, sepeti gatal, berair, dan
silau. Pengobatan yang diberikan harus dengan supervisi dokter mata, apalagi
pengobatan dengan menggunakan obat steroid.
Selain
itu, pengendalian faktor lingkungan, misalnya mempertahankan suhu ruangan tetap
dingin dan lembab serta menyarankan anak-anak untuk memakai topi dan kacamata
pelindung saat berada di luar rumah bisa merupakan terapi tambahan.Hal yang
terpenting untuk penatalaksanaan dua penyakit mata di atas bagi kita adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati, (dr. Angga Kar-tiwa, Sp.M., M.Kes./sfa/
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNPAD - Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung)""
BEBERAPA
minggu terakhir ini, ketika terjadi perubahan cuaca yang dirasakan ekstrem,
sering kita jumpai teman sekerja atau anggota keluarga dengan mata merah,
berair, dan banyak "belek"-nya. Selain itu, beberapa anak menderita
mata merah yang disertai perasaan gatal, berair, dan merasa silau, serta berulang.
Dalam istilah kedokteran, keadaan ini sering disebut dengan penyakit
konjungtivi-tis, atau radang pada konjung-tiva (selaput lendir mata). Penyakit
ini merupakan penyebab sering mata merah, bisa diakibatkan karena bakteri,
virus, alergi, dan sebab lainnya. Pada artikel ini, penulis akan membahas
secara singkat dua dari beberapa jenis konjungtivitis tersebut.
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis
yang diakibatkan karena virus, bersifat akut, menyerang semua kelompok usia.
Pada umumnya, bisa disertai dengan ip-feksi saluran pernapasan atas akut,
seperti influenza, ada juga yang disertai dengan salat kepala, demam.Akibat
mata merah ini, ada beberapa orang "diusir" dari tempat kerjanya,
karena rekan lain takut ketularan. Memang dan ini perlu diperhatikan, tipe
konjungtivitis ini sangat menular dan mudah menjadi | wabah.
Orang
yang terkena biasanya mengeluh satu atau kedua matanya merah, pedih,silau, dan
tidak nyaman. Seringnya disertai "belek" cair yang jernih seperti
menangis. Timbulnya mata merah dan "belek" dikarenakan selaput lendir
mata terdapat banyak pembuluh darah dan kelenjar penghasil air mata, di mana
pada keadaan peradangan, ukuran pembuluh darah menjadi lebih besar, dan
kelenjar selaput lendir menghasilkan sekret yang banyak.Pada keadaan yang lebih
lanjut, bisa karena progresivitas penyakitnya atau adanya riwayat pengobatan
"disuruh teman atau kata teman". Ini bisa menyebabkan terjadinya,
keburaman pada penglihatan. Akan tetapi, keburaman penglihatan ini juga dapat
terjadi, akibatnya banyaknya air mata yang hilang, setelah penderita mengedip.
Pada
umumnya penyakit konjungtivitis yang dikarenakan virus, dapat sembuh sendiri. Akan
tetapi, pada beberapa kasus ada yang bisa berlangsung sampai berming-gu-minggu
bergantung dari beberapa faktor, salah satunya daya tahan tubuh orang tersebut.
Beberapa penderita membutuhkan pengobatan spesifik, untuk meredakan gejalanya.
Seringnya pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa supervisi dari dokter, dapat
menyebabkan penyakit yang tadinya ringan menjadi berat.
Namun,
tidak benar hanya dengan melihat orang salat konjungtivitis, seseorang yang
sehat bisa tertular langsung. Penularan terjadi karenaadanya kontak langsung
dari penderita kepada orang lain, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun,
mirip seperti penularan sakit influenza. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan terutama penderita, yaitu sering mencuci tangan, membuang
tisu bekas pada tempatnya, hindari berkendaraan bersama orang sehat, dengan
pendingin ruangan atau menggunakan alat-alat sehari-hari secara bersamaan,
seperti handuk, sapu tangan. Untuk orang yang sehat tidak ada pencegahan, yang
paling penting selain kebugaran tubuh harus tetap terjaga.
Konjungtivitis alergi
Mungkin
beberapa orang tua mengeluh ketika datang ke dokter mata, kenapa anaknya sering
berkedip, menggosok matanya, karena gatal atau matanya kemudian menjadi kotor
atau lebih cokelat. Hal ini dapat terjadi, karena penyakit mata yang seringnya
adalah radang selaput lendir mata karena alergi, salah satunya adalah
konjungtivitis vemalis.
Jika
kita simak dari literatur, penyakit ini merupakan suatu penyakit mata dengan
dasar alergi, lebih sering mengenai anak laki-laki, tetapi dengan usia kurang
dari sepuluh tahun dan jarang pada anak usia kurang dari tiga tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya menghilang setelah memasuki masa akil balig,
tetapi dapat pula menjadilama, dan pada keadaan yang sangat jarang dapat
menetap sampai melewati usia 25 tahun. Bahkan, pada penderita yang memiliki
riwayat penyakit alergi seperti asma, atau rinitis, gejala, dan keadaan klinis
tampak lebih berat.
Penyakit
ini memiliki sifat berulang, menyerang kedua mata dengan keluhan umumnya berupa
rasa gatal, sensasi benda asing pada mata, berair, serta silau yang hebat.
Biasanya mata anak terlihat lebih kemerahan atau berwarna cokelat. Hal ini
diakibatkan frekuensi seringnya anak menggosok matanya akibat perasaan gatal
tersebut. Perasaan silau yang hebat juga menjadikan anak enggan untuk bermain
di luar ruangan. Gejala penyakit ini biasanya timbul berhubungan dengan musim,
terutama pada musim panas. Sementara di daerah dengan empat musim, dapat juga
timbul pada musim semi. Bahkan, pada daerah dengan iklim tropis, gejala dapat
timbul sepanjang tahun.
Data
yang diperoleh dari poliklinik Anak Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
didapatkan penyakit ini diderita sebanyak enam belas persen dari seluruh pasien
anak usia kurang dari empat belas tahun sepanjang 2003-2004. Dari literatur
lain dikatakan, insi-densi di Moroko, India, dan Senegal enam persen dan
sembilan puluh persen, di antaranya berusia kurang dari lima belas tahun.
Kemudian di Afrika, India, dan Timur Tengah, konjungtivitis vemalis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena mencapai tiga persen dari seluruh penyakit
mata yang serius. Bahkan, di Afrika Selatan konjungtivitis vemalis mengenai
delapan-sebelas persen anak usia sekolah.
Pengobatan
Pengobatan
konjungtivitis vemalis ini, sangat bergantung dari tingkat keparahan gejala dan
gambaran klinis. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis, yang bertujuan untuk pencegahan; dan pengobatan
simptomatik, yang bertujuan untuk meredakan gejala, sepeti gatal, berair, dan
silau. Pengobatan yang diberikan harus dengan supervisi dokter mata, apalagi
pengobatan dengan menggunakan obat steroid.
Selain
itu, pengendalian faktor lingkungan, misalnya mempertahankan suhu ruangan tetap
dingin dan lembab serta menyarankan anak-anak untuk memakai topi dan kacamata
pelindung saat berada di luar rumah bisa merupakan terapi tambahan.Hal yang
terpenting untuk penatalaksanaan dua penyakit mata di atas bagi kita adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati, (dr. Angga Kar-tiwa, Sp.M., M.Kes./sfa/
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNPAD - Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung)""
BEBERAPA
minggu terakhir ini, ketika terjadi perubahan cuaca yang dirasakan ekstrem,
sering kita jumpai teman sekerja atau anggota keluarga dengan mata merah,
berair, dan banyak "belek"-nya. Selain itu, beberapa anak menderita
mata merah yang disertai perasaan gatal, berair, dan merasa silau, serta berulang.
Dalam istilah kedokteran, keadaan ini sering disebut dengan penyakit
konjungtivi-tis, atau radang pada konjung-tiva (selaput lendir mata). Penyakit
ini merupakan penyebab sering mata merah, bisa diakibatkan karena bakteri,
virus, alergi, dan sebab lainnya. Pada artikel ini, penulis akan membahas
secara singkat dua dari beberapa jenis konjungtivitis tersebut.
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis
yang diakibatkan karena virus, bersifat akut, menyerang semua kelompok usia.
Pada umumnya, bisa disertai dengan ip-feksi saluran pernapasan atas akut,
seperti influenza, ada juga yang disertai dengan salat kepala, demam.Akibat
mata merah ini, ada beberapa orang "diusir" dari tempat kerjanya,
karena rekan lain takut ketularan. Memang dan ini perlu diperhatikan, tipe
konjungtivitis ini sangat menular dan mudah menjadi | wabah.
Orang
yang terkena biasanya mengeluh satu atau kedua matanya merah, pedih,silau, dan
tidak nyaman. Seringnya disertai "belek" cair yang jernih seperti
menangis. Timbulnya mata merah dan "belek" dikarenakan selaput lendir
mata terdapat banyak pembuluh darah dan kelenjar penghasil air mata, di mana
pada keadaan peradangan, ukuran pembuluh darah menjadi lebih besar, dan
kelenjar selaput lendir menghasilkan sekret yang banyak.Pada keadaan yang lebih
lanjut, bisa karena progresivitas penyakitnya atau adanya riwayat pengobatan
"disuruh teman atau kata teman". Ini bisa menyebabkan terjadinya,
keburaman pada penglihatan. Akan tetapi, keburaman penglihatan ini juga dapat
terjadi, akibatnya banyaknya air mata yang hilang, setelah penderita mengedip.
Pada
umumnya penyakit konjungtivitis yang dikarenakan virus, dapat sembuh sendiri. Akan
tetapi, pada beberapa kasus ada yang bisa berlangsung sampai berming-gu-minggu
bergantung dari beberapa faktor, salah satunya daya tahan tubuh orang tersebut.
Beberapa penderita membutuhkan pengobatan spesifik, untuk meredakan gejalanya.
Seringnya pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa supervisi dari dokter, dapat
menyebabkan penyakit yang tadinya ringan menjadi berat.
Namun,
tidak benar hanya dengan melihat orang salat konjungtivitis, seseorang yang
sehat bisa tertular langsung. Penularan terjadi karenaadanya kontak langsung
dari penderita kepada orang lain, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun,
mirip seperti penularan sakit influenza. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan terutama penderita, yaitu sering mencuci tangan, membuang
tisu bekas pada tempatnya, hindari berkendaraan bersama orang sehat, dengan
pendingin ruangan atau menggunakan alat-alat sehari-hari secara bersamaan,
seperti handuk, sapu tangan. Untuk orang yang sehat tidak ada pencegahan, yang
paling penting selain kebugaran tubuh harus tetap terjaga.
Konjungtivitis alergi
Mungkin
beberapa orang tua mengeluh ketika datang ke dokter mata, kenapa anaknya sering
berkedip, menggosok matanya, karena gatal atau matanya kemudian menjadi kotor
atau lebih cokelat. Hal ini dapat terjadi, karena penyakit mata yang seringnya
adalah radang selaput lendir mata karena alergi, salah satunya adalah
konjungtivitis vemalis.
Jika
kita simak dari literatur, penyakit ini merupakan suatu penyakit mata dengan
dasar alergi, lebih sering mengenai anak laki-laki, tetapi dengan usia kurang
dari sepuluh tahun dan jarang pada anak usia kurang dari tiga tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya menghilang setelah memasuki masa akil balig,
tetapi dapat pula menjadilama, dan pada keadaan yang sangat jarang dapat
menetap sampai melewati usia 25 tahun. Bahkan, pada penderita yang memiliki
riwayat penyakit alergi seperti asma, atau rinitis, gejala, dan keadaan klinis
tampak lebih berat.
Penyakit
ini memiliki sifat berulang, menyerang kedua mata dengan keluhan umumnya berupa
rasa gatal, sensasi benda asing pada mata, berair, serta silau yang hebat.
Biasanya mata anak terlihat lebih kemerahan atau berwarna cokelat. Hal ini
diakibatkan frekuensi seringnya anak menggosok matanya akibat perasaan gatal
tersebut. Perasaan silau yang hebat juga menjadikan anak enggan untuk bermain
di luar ruangan. Gejala penyakit ini biasanya timbul berhubungan dengan musim,
terutama pada musim panas. Sementara di daerah dengan empat musim, dapat juga
timbul pada musim semi. Bahkan, pada daerah dengan iklim tropis, gejala dapat
timbul sepanjang tahun.
Data
yang diperoleh dari poliklinik Anak Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
didapatkan penyakit ini diderita sebanyak enam belas persen dari seluruh pasien
anak usia kurang dari empat belas tahun sepanjang 2003-2004. Dari literatur
lain dikatakan, insi-densi di Moroko, India, dan Senegal enam persen dan
sembilan puluh persen, di antaranya berusia kurang dari lima belas tahun.
Kemudian di Afrika, India, dan Timur Tengah, konjungtivitis vemalis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena mencapai tiga persen dari seluruh penyakit
mata yang serius. Bahkan, di Afrika Selatan konjungtivitis vemalis mengenai
delapan-sebelas persen anak usia sekolah.
Pengobatan
Pengobatan
konjungtivitis vemalis ini, sangat bergantung dari tingkat keparahan gejala dan
gambaran klinis. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis, yang bertujuan untuk pencegahan; dan pengobatan
simptomatik, yang bertujuan untuk meredakan gejala, sepeti gatal, berair, dan
silau. Pengobatan yang diberikan harus dengan supervisi dokter mata, apalagi
pengobatan dengan menggunakan obat steroid.
Selain
itu, pengendalian faktor lingkungan, misalnya mempertahankan suhu ruangan tetap
dingin dan lembab serta menyarankan anak-anak untuk memakai topi dan kacamata
pelindung saat berada di luar rumah bisa merupakan terapi tambahan.Hal yang
terpenting untuk penatalaksanaan dua penyakit mata di atas bagi kita adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati, (dr. Angga Kar-tiwa, Sp.M., M.Kes./sfa/
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNPAD - Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung)""
BEBERAPA
minggu terakhir ini, ketika terjadi perubahan cuaca yang dirasakan ekstrem,
sering kita jumpai teman sekerja atau anggota keluarga dengan mata merah,
berair, dan banyak "belek"-nya. Selain itu, beberapa anak menderita
mata merah yang disertai perasaan gatal, berair, dan merasa silau, serta berulang.
Dalam istilah kedokteran, keadaan ini sering disebut dengan penyakit
konjungtivi-tis, atau radang pada konjung-tiva (selaput lendir mata). Penyakit
ini merupakan penyebab sering mata merah, bisa diakibatkan karena bakteri,
virus, alergi, dan sebab lainnya. Pada artikel ini, penulis akan membahas
secara singkat dua dari beberapa jenis konjungtivitis tersebut.
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis
yang diakibatkan karena virus, bersifat akut, menyerang semua kelompok usia.
Pada umumnya, bisa disertai dengan ip-feksi saluran pernapasan atas akut,
seperti influenza, ada juga yang disertai dengan salat kepala, demam.Akibat
mata merah ini, ada beberapa orang "diusir" dari tempat kerjanya,
karena rekan lain takut ketularan. Memang dan ini perlu diperhatikan, tipe
konjungtivitis ini sangat menular dan mudah menjadi | wabah.
Orang
yang terkena biasanya mengeluh satu atau kedua matanya merah, pedih,silau, dan
tidak nyaman. Seringnya disertai "belek" cair yang jernih seperti
menangis. Timbulnya mata merah dan "belek" dikarenakan selaput lendir
mata terdapat banyak pembuluh darah dan kelenjar penghasil air mata, di mana
pada keadaan peradangan, ukuran pembuluh darah menjadi lebih besar, dan
kelenjar selaput lendir menghasilkan sekret yang banyak.Pada keadaan yang lebih
lanjut, bisa karena progresivitas penyakitnya atau adanya riwayat pengobatan
"disuruh teman atau kata teman". Ini bisa menyebabkan terjadinya,
keburaman pada penglihatan. Akan tetapi, keburaman penglihatan ini juga dapat
terjadi, akibatnya banyaknya air mata yang hilang, setelah penderita mengedip.
Pada
umumnya penyakit konjungtivitis yang dikarenakan virus, dapat sembuh sendiri. Akan
tetapi, pada beberapa kasus ada yang bisa berlangsung sampai berming-gu-minggu
bergantung dari beberapa faktor, salah satunya daya tahan tubuh orang tersebut.
Beberapa penderita membutuhkan pengobatan spesifik, untuk meredakan gejalanya.
Seringnya pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa supervisi dari dokter, dapat
menyebabkan penyakit yang tadinya ringan menjadi berat.
Namun,
tidak benar hanya dengan melihat orang salat konjungtivitis, seseorang yang
sehat bisa tertular langsung. Penularan terjadi karenaadanya kontak langsung
dari penderita kepada orang lain, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun,
mirip seperti penularan sakit influenza. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan terutama penderita, yaitu sering mencuci tangan, membuang
tisu bekas pada tempatnya, hindari berkendaraan bersama orang sehat, dengan
pendingin ruangan atau menggunakan alat-alat sehari-hari secara bersamaan,
seperti handuk, sapu tangan. Untuk orang yang sehat tidak ada pencegahan, yang
paling penting selain kebugaran tubuh harus tetap terjaga.
Konjungtivitis alergi
Mungkin
beberapa orang tua mengeluh ketika datang ke dokter mata, kenapa anaknya sering
berkedip, menggosok matanya, karena gatal atau matanya kemudian menjadi kotor
atau lebih cokelat. Hal ini dapat terjadi, karena penyakit mata yang seringnya
adalah radang selaput lendir mata karena alergi, salah satunya adalah
konjungtivitis vemalis.
Jika
kita simak dari literatur, penyakit ini merupakan suatu penyakit mata dengan
dasar alergi, lebih sering mengenai anak laki-laki, tetapi dengan usia kurang
dari sepuluh tahun dan jarang pada anak usia kurang dari tiga tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya menghilang setelah memasuki masa akil balig,
tetapi dapat pula menjadilama, dan pada keadaan yang sangat jarang dapat
menetap sampai melewati usia 25 tahun. Bahkan, pada penderita yang memiliki
riwayat penyakit alergi seperti asma, atau rinitis, gejala, dan keadaan klinis
tampak lebih berat.
Penyakit
ini memiliki sifat berulang, menyerang kedua mata dengan keluhan umumnya berupa
rasa gatal, sensasi benda asing pada mata, berair, serta silau yang hebat.
Biasanya mata anak terlihat lebih kemerahan atau berwarna cokelat. Hal ini
diakibatkan frekuensi seringnya anak menggosok matanya akibat perasaan gatal
tersebut. Perasaan silau yang hebat juga menjadikan anak enggan untuk bermain
di luar ruangan. Gejala penyakit ini biasanya timbul berhubungan dengan musim,
terutama pada musim panas. Sementara di daerah dengan empat musim, dapat juga
timbul pada musim semi. Bahkan, pada daerah dengan iklim tropis, gejala dapat
timbul sepanjang tahun.
Data
yang diperoleh dari poliklinik Anak Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
didapatkan penyakit ini diderita sebanyak enam belas persen dari seluruh pasien
anak usia kurang dari empat belas tahun sepanjang 2003-2004. Dari literatur
lain dikatakan, insi-densi di Moroko, India, dan Senegal enam persen dan
sembilan puluh persen, di antaranya berusia kurang dari lima belas tahun.
Kemudian di Afrika, India, dan Timur Tengah, konjungtivitis vemalis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena mencapai tiga persen dari seluruh penyakit
mata yang serius. Bahkan, di Afrika Selatan konjungtivitis vemalis mengenai
delapan-sebelas persen anak usia sekolah.
Pengobatan
Pengobatan
konjungtivitis vemalis ini, sangat bergantung dari tingkat keparahan gejala dan
gambaran klinis. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis, yang bertujuan untuk pencegahan; dan pengobatan
simptomatik, yang bertujuan untuk meredakan gejala, sepeti gatal, berair, dan
silau. Pengobatan yang diberikan harus dengan supervisi dokter mata, apalagi
pengobatan dengan menggunakan obat steroid.
Selain
itu, pengendalian faktor lingkungan, misalnya mempertahankan suhu ruangan tetap
dingin dan lembab serta menyarankan anak-anak untuk memakai topi dan kacamata
pelindung saat berada di luar rumah bisa merupakan terapi tambahan.Hal yang
terpenting untuk penatalaksanaan dua penyakit mata di atas bagi kita adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati, (dr. Angga Kar-tiwa, Sp.M., M.Kes./sfa/
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNPAD - Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung)""
Konjungtivitis
yang diakibatkan karena virus, bersifat akut, menyerang semua kelompok usia.
Pada umumnya, bisa disertai dengan ip-feksi saluran pernapasan atas akut,
seperti influenza, ada juga yang disertai dengan salat kepala, demam.Akibat
mata merah ini, ada beberapa orang "diusir" dari tempat kerjanya,
karena rekan lain takut ketularan. Memang dan ini perlu diperhatikan, tipe
konjungtivitis ini sangat menular dan mudah menjadi | wabah.
Orang
yang terkena biasanya mengeluh satu atau kedua matanya merah, pedih,silau, dan
tidak nyaman. Seringnya disertai "belek" cair yang jernih seperti
menangis. Timbulnya mata merah dan "belek" dikarenakan selaput lendir
mata terdapat banyak pembuluh darah dan kelenjar penghasil air mata, di mana
pada keadaan peradangan, ukuran pembuluh darah menjadi lebih besar, dan
kelenjar selaput lendir menghasilkan sekret yang banyak.Pada keadaan yang lebih
lanjut, bisa karena progresivitas penyakitnya atau adanya riwayat pengobatan
"disuruh teman atau kata teman". Ini bisa menyebabkan terjadinya,
keburaman pada penglihatan. Akan tetapi, keburaman penglihatan ini juga dapat
terjadi, akibatnya banyaknya air mata yang hilang, setelah penderita mengedip.
Pada
umumnya penyakit konjungtivitis yang dikarenakan virus, dapat sembuh sendiri. Akan
tetapi, pada beberapa kasus ada yang bisa berlangsung sampai berming-gu-minggu
bergantung dari beberapa faktor, salah satunya daya tahan tubuh orang tersebut.
Beberapa penderita membutuhkan pengobatan spesifik, untuk meredakan gejalanya.
Seringnya pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa supervisi dari dokter, dapat
menyebabkan penyakit yang tadinya ringan menjadi berat.
Namun,
tidak benar hanya dengan melihat orang salat konjungtivitis, seseorang yang
sehat bisa tertular langsung. Penularan terjadi karenaadanya kontak langsung
dari penderita kepada orang lain, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun,
mirip seperti penularan sakit influenza. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan terutama penderita, yaitu sering mencuci tangan, membuang
tisu bekas pada tempatnya, hindari berkendaraan bersama orang sehat, dengan
pendingin ruangan atau menggunakan alat-alat sehari-hari secara bersamaan,
seperti handuk, sapu tangan. Untuk orang yang sehat tidak ada pencegahan, yang
paling penting selain kebugaran tubuh harus tetap terjaga.
Konjungtivitis alergi
Mungkin
beberapa orang tua mengeluh ketika datang ke dokter mata, kenapa anaknya sering
berkedip, menggosok matanya, karena gatal atau matanya kemudian menjadi kotor
atau lebih cokelat. Hal ini dapat terjadi, karena penyakit mata yang seringnya
adalah radang selaput lendir mata karena alergi, salah satunya adalah
konjungtivitis vemalis.
Jika
kita simak dari literatur, penyakit ini merupakan suatu penyakit mata dengan
dasar alergi, lebih sering mengenai anak laki-laki, tetapi dengan usia kurang
dari sepuluh tahun dan jarang pada anak usia kurang dari tiga tahun.
Gejala-gejala yang timbul biasanya menghilang setelah memasuki masa akil balig,
tetapi dapat pula menjadilama, dan pada keadaan yang sangat jarang dapat
menetap sampai melewati usia 25 tahun. Bahkan, pada penderita yang memiliki
riwayat penyakit alergi seperti asma, atau rinitis, gejala, dan keadaan klinis
tampak lebih berat.
Penyakit
ini memiliki sifat berulang, menyerang kedua mata dengan keluhan umumnya berupa
rasa gatal, sensasi benda asing pada mata, berair, serta silau yang hebat.
Biasanya mata anak terlihat lebih kemerahan atau berwarna cokelat. Hal ini
diakibatkan frekuensi seringnya anak menggosok matanya akibat perasaan gatal
tersebut. Perasaan silau yang hebat juga menjadikan anak enggan untuk bermain
di luar ruangan. Gejala penyakit ini biasanya timbul berhubungan dengan musim,
terutama pada musim panas. Sementara di daerah dengan empat musim, dapat juga
timbul pada musim semi. Bahkan, pada daerah dengan iklim tropis, gejala dapat
timbul sepanjang tahun.
Data
yang diperoleh dari poliklinik Anak Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
didapatkan penyakit ini diderita sebanyak enam belas persen dari seluruh pasien
anak usia kurang dari empat belas tahun sepanjang 2003-2004. Dari literatur
lain dikatakan, insi-densi di Moroko, India, dan Senegal enam persen dan
sembilan puluh persen, di antaranya berusia kurang dari lima belas tahun.
Kemudian di Afrika, India, dan Timur Tengah, konjungtivitis vemalis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena mencapai tiga persen dari seluruh penyakit
mata yang serius. Bahkan, di Afrika Selatan konjungtivitis vemalis mengenai
delapan-sebelas persen anak usia sekolah.
Pengobatan
Pengobatan
konjungtivitis vemalis ini, sangat bergantung dari tingkat keparahan gejala dan
gambaran klinis. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis, yang bertujuan untuk pencegahan; dan pengobatan
simptomatik, yang bertujuan untuk meredakan gejala, sepeti gatal, berair, dan
silau. Pengobatan yang diberikan harus dengan supervisi dokter mata, apalagi
pengobatan dengan menggunakan obat steroid.
Selain
itu, pengendalian faktor lingkungan, misalnya mempertahankan suhu ruangan tetap
dingin dan lembab serta menyarankan anak-anak untuk memakai topi dan kacamata
pelindung saat berada di luar rumah bisa merupakan terapi tambahan.Hal yang
terpenting untuk penatalaksanaan dua penyakit mata di atas bagi kita adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati, (dr. Angga Kar-tiwa, Sp.M., M.Kes./sfa/
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNPAD - Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung)""