Makalah Suku Bunga Sebagai Harta
Sunday, October 30, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini kita telah
membicarakan secara panjang lebar mengenai bekerjanya pasar uang serta berbagai
teori mengenai permintaan akan uang. Salah satu dimensi utama dari pasar uang
yaitu tingkat bunga, apa sebenarnya maksud dari ;bunga ‘ itu? Mengapa ada
‘bunga’ ? Teori-teori apa saja yang menjelaskan tentang adanya bunga? Apa
unsure-unsur yang membentuk tingkat
bunga itu? Apakah pengaruh dari perubahan nilai uang (inflasi) terhadap tingkat
bunga? Apakah hubungan antar tingkat bunga untuk hutang-piutang jangka panjang
dan hutang-piutang jangka panjang?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Tingkat
bunga sebagai “harga “ uang.
Pengertian dasar dari tingkat bunga ,
yait sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Tingkat
bunga sebesar 18% setahun berarti bahwa apabila saya meminjam Rp. 100,-
sekarang maka setahun lagi kita harus mengembalikan Rp. 118,- . Pengertian
tingkat bunga sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus
dibayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu
rupiah nanti (misalnya setahun lagi). Hutang-Piutang timbul karena terjadi
“pertukaran” semacam ini. Pembeli dari satu rupiah sekarang sekaligus juga
penjual dai satu rupiah sekarang dan sekaligus juga pembeli satu rupiah nanti,
maka orang yang meminjamkan (krediur). Debitur harus membayar kepada kreditur
harga dari pertukaran tersebut, dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur
(dan yang diterima kreditur).
2. Mengapa
ada bunga ?
A. Klasik
: Leonable Funds
Bunga
adalah harga dari (penggunaan) leonable funds. Terjemahan langsung dari istilah
tersebut adalah ‘ dana yang tersedia untuk dipinjamkan’. Terjemahan bebasnya
mungkin lebih baik kita gunakan istilah ‘dana investasi’ sebab menurut teori
Klasik bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.
Apakah
pasar dana investasi ini? Dalam suatu periode
ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka
perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah
kelompok penabung . Bersama- sama, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk
suplai atau penawaran akan suplai funds. Di lain pihak , dalam periode yang
sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka ingin
berkonsumsi lebih aripada pendapatan yang diterima selama periode tersebut atau
yang lebih penting karena mereka adalah pengusaha yang memerlukan dana untuk
operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah ‘investor’ dan jumlah dari
seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable funds.
Selanjutnya
para ‘penabung’ dan para investor ini bertemu di pasar loanable funds, dan dari
proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga
kesepakatan (atau keseimbangan)
Mengapa kurva penawaran akan dana
investasi (S) menaik dan kurva permintaan akan dana investasi (I) menurun? Teori
Klasik mempunyai jawaban untuk ini sebagai berikut.
Untuk tabungan (penawaran) yang menaik apabila tingkat bunga naik, jawabannya
berdasarkan atas perilaku anggota masyarakat yang sejalan dengan perilaku
memaksimunkan kepuasan (utility) dalam teori permintaan konsumen
B.
Keynesian : Liquidity
Preference
Jawaban
yang kedua mengenai adanya tingkat bunga yang positif berasal dari Keynes. Kita
ingat bahwa dalam teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Kita ingat pula bahwa menurut teori ini ada tiga motif yaitu :
transaksi, berjaga-jaga, dan spekulas. Tiga motif inilah yang merupakan sumber
timbulnya “permintaab akan uang” yang diberi nama liquiditas preference. Nama
ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahwa permintaan akan uang menurut teori
Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa
orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif
tersebut.
Memegang
uang tunai (atau “rupiah” sekarang
menjamin liquiditas orang
tersebut. Presepsi atau keinginan
untuk tetap likuid (oleh sebab itu diberi nama (Liquid Prefarance) inilah yang membuat orang bersedia membayar
harga uang tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan
adanya hubungan langsung antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut
(tingkat bunga) dengan unsure permintaan akan uang akan bertujuan spekulasi :
permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila
tingkat bunga tinggi.
C.
Sintesis Klasik dan
Keynesian : IS – LM
Kita
lihat perbedaan yang mendasar antar jawaban Mashab Klasik dan jawaban Mashab
Keynesian mengenai mengapa ada “bunga”. Mashab Klasik menekankan bahwa bunga
timbul karena uang adalah produktif, dalam arti bahwa dengan dana ditangan
seorang pengusaha bisa menambah alat produksinya (modal) yang bisa menghasilkan
keuntungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, uang bisa meningkatkan
produktivitas dank arena adanya kenaikan produktivitas inilah orang mau
membayar bunga.
Menurut
Mashab Keynesian uang bisa produktif
dengan cara lain. Dengan uang tunai ditangan orang bisa berspekulasi di pasar
surat berharga dengan kemungkinan memperoleh keuntungan. Dan karena adanya
kemungkinan keuntungan ini orang mau membayar bunga.
Sebenarnya
kedua pandangan tersebut saling melengkapi. Kaum klasik memandang uang sebagai
: dana investasi” (Ionable funds) yang langsung dikaitkan dengan kemungkinan
peningkatan produksi barang dan jasa. Kaum Keynesian lebih menekankan sifat uang sebagai suatu “aktiva
yang likuid” yang bisa digunakan untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh
keuntungan dari pasar surat berharga.
Uang sebenarnya adalah dua-duanya yaitu sebagai aktiva liquid dan sekaligus juga sebagai dana investasi.
Tingkat bunga adalah harga uang yang
dihasilkan dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran dana investasi.
Tingkat bunga adalah juga harga uang yang timbul dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang sebagai
aktiva likuid.
3. Tingkat
bunga murni premi resiko dan biaya transaksi
Apa yang kita bicarakan
sampai tahap ini adalah penentuan tingkat bunga dalam dunia imajiner dimana tidak ada resiko bahwa debitur akan
menunggak atau tidak membayar kembali hutangnya dan tidak ada biaya-biaya lain dalam
transaksi hutang piutang tersebut yang harus dikeluarkan baik oleh debitur
maupun oleh kreditur. Dalam dunia imajiner tersebut tingkat bunga bunga yang
ada adalah ‘’tingkat bunga murni”. Dalam dunia nyata kreditur harus
memperhitungkan kemungkinan bahwa dengan tidak membayar kembali hutangnya (
modal plus bunga) tepat pada waktunya atau tidak membayar sama sekaliAdanya
resiko ini tentu harus diperhitungkan oleh kreditur dalam transaksi yang direncanakan. Apabila
kreditur merasa yakin bahwa si debitur akan membayar tepat pada waktunya segala
kewajibannya maka resiko tersebut adalah nol, Tetapi apabila kreditur tidak
yakin sepenuhnya akan hal tersebut, maka resiko tersebut ada dan harus
dipertimbangkan.
4. Tingkat
bunga nominal
Kedua unsur yang
menaikkan tingkat bunga melebihi tingkat bunga murni yang disebut diatas
terkait langsung dengan karakteristik debitur itu sendiri (premi resiko) atau
dengan keadaan lingkungan dimana transaksi tersebut dilaksanakan (biaya
transaksi). Ada satu yang penting lagi yang biasanya juga masuk dalam perhitungan
kreditur adalah maupun debitur dalam
menentukan tingkat bunga yang mereka setujui untuk transaksi mereka.
Pertimbangan ini terkait dengan apa yang diharapkan orang mengenai perkembangan
nilai uang yang menjadi objek transaksi pinjam meminjam tersebut.
Tingkat bunga nominal
inilah yang harus dibayar debitur kepada kreditur disamping pengembalian pinjam
pokoknya pada saat jatuh tempo. Tingkat bunga nominal ini sebenarnya adalah
penjumlahan dari unsure-unsur tingkat bunga, yaitu : tingkat bunga murni, premi
resiko, biaya transaksi dan premi untuk inflasi yang diharapkan, Jadi :




Dimana
:



Rt
= biaya transaksi

Jadi tingkat bunga
nominal atau tingkat bunga yang tercatat di pasar apabila unsur-unsurnya
berubah.Yang perlu kita catat adalah bahwa masing-masing unsure dipengaruhi
oleh factor yang berbeda.
Tingkat bunga adalah
suatu harga yang dipengaruhi oleh banyak factor. Berbeda dengan banyak harga
barang-barang lain, tingkat bunga sangat dipengaruhi oleh factor-faktor
subyektif, terutama yang berkaitan dengan perubahan perkiraan atau harapan orang mengenai perkembangan ekonomi dimasa akan
datang.
5. Tingkat
bunga riil.
Tingkat bunga riil
adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi yang terjadi selama periode
yang sama.
Rr =
- Ri

Dimana
R = tingkat bunga riil
Ri = laju inflasi
Perhatikan bahwa Ri
adalah symbol untuk laju inflasi yang benar-benar terjadi selama periode
tersebut, sedangkan Ri adalah untuk laju inflasi yang diharapkan terjadi selama
periode yang sama.
Bagi kreditur maupun
debitur tingkat bunga riil (yang diharapkan) adalah yang relevan dalam
memutuskan apakah mereka akan mengadakan transaksi pinjam-meminjam atau tidak. Bagi
kreditur tingkat bunga riil merupakan imbalan riil bagi pengorbananya untuk
menyerahkan penggunaan uangnya untuk jangka waktu tertentu. Bagi debitur,
tingkat bunga riil merupakan beban riil atas penggunaan uang orang lain. Beban
ini disebut beban biaya dari capital atau cost of capital bagi debitur
tersebut.
6. Fisher
tentang tingkat bunga riil.
Teori Irving Fisher
mengenai tingkat bunga riil, yang didasarkan atas pengamatan jangka panjang
berlaku tingkat bunga dan laju inflasi di Amerika Serikat mengatakan bahwa :
Dalam jangka panjang,
tingkat bunga riil tidak dipengaruhi oleh laju inflasi.
Makna dari dalil tersebut adalah apabila
kita mengabaikan fluktuasi dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun maka
kecenderungan umumnya adalah bahwa tingkat bunga nominal akan naik turunnya
laju inflasi. Apabila laju inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal akan
meningkat, dan sebaliknya.
7. Tingkat
bunga jangka pendek dan jangka panjang
Dalam praktek, jangka
waktu hubungan pinjam-meminjam menentukan sekali tingkat bunga yang dibayar
debitur per periode. Jadi misalnya,
apabila saya menghendaki untuk meminjam dari seorang kreditur sesuatu jumla
tertentu selama 2 bulan, maka saya harus membayar selama 2 % per bulan.
Ada 3 teori pokok mengenai struktur tingkat bunga menurut jangka waktu, dua
diantaranya bisa digolongan sebagai Keynesian dan yang satu disebut Klasik.
Teori yang pertama
disebut teori liquidity preference. Teori ini mengatakan bahwa bahwa kurva
hasil selalu mempunyai lereng (slope) positif, artinya tingkat bunga pertahun
untuk pinjaman yang berjangka lebih lama selalu lebih tinggi daripada tingkat
bunga pertahun untuk pinjaman yang brjangka lebih pendek.
Teori kedua disebut
teori kelompok pasar atau the preferred market habitat theory. Dalam teori ini,
masing-masing kelompok seakan-akan mempunyai kelompok pasar sendiri yang
terutama menentukan tingkat bunga untuk kelompok tersebut.
Teori ketiga yang bersumber dari Klasik.
Teori ini menekankan :
-
Peranan harapan
masyarakat mengenai pola perkembangan tingkat bunga dimasa mendatang dalam
menentukan struktur tingkat bunga
-
Bahwa kalaupun ada
pasar kelompok seperti yang digambarkan oleh teori kelompok pasar tersebut diatas, tetapi antara kelompok
satu dengan yang lain sangat menentukan situasi pasar lain.
8. Teori
Paritas Tingkat Bunga
Teori Paritas tingkat
bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga
dalam system devisa bebas. Teori ini pokoknya menyatakan :
“Dalam system devisa bebas tingkat bunga
dinegara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah
diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang Negara yang satu
terhadap Negara lain.
BAB III
KESIMPULAN
Tingkat bunga adalah suatu harga
dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Mengapa ada bunga? Jawabannya
ada 2 teori yakni dari Mashab Klasik dan Mashab Keynesian, dan kedua jawaban
ini dipadukan menjadi suatu sintesa, dan sintesa ini yang sekarang diterima
oleh kebanyakan ahli ekonomi.
Daftar Pustaka