makalah kronologi dan sistematika Al-qur'an
Sunday, October 2, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibnu Mubarak, mengutip gurunya,
Abdul Aziz Dabbag, mengatakan kepadanya bahwa, “para sahabat dan orang lain tidak campur tangan seujung
rambut pun dalam penulisan Al-Qur’an, karena penulisan Al-Qur’an adalah
tauqifi, ketentuan nabi Muhammad. Dia lah yang memerintahkan kepada mereka ke
dalam bentuk yang sekarang dikenal, dengan menambah alif atau menguranginya
karna ada rahasia yang tidak terjangkau oleh akal.[1]
Imam Hanbal dan Imam Malik tersuk
orang yang berdiri dalam kelompok ini, mereka mengharamkan penulisan Al-Qur’an
yang menyalahi Rasm Ustmani.[2]
Ada beberapa argument yang biasa
dikemukakan untuk mendukung rasm Ustmani sebagai Tauqifi antara lain;
1. Al-Qur’an telah rampung ditulis seluruhnya pada masa Rasulullah
SAW. Beliau mendiktekan kepada para penulis wahyu dan menunjukkan kepada meraka
cara penulisan tersebut melalui wahyu dari Jibril. Para penulis ini menuliskan
seluruh bentuk tulisan sebagaimana rasm Ustmani.
2. Ketika Rasulullah SAW wafat Al-Qur’an telah terkumpul dalam
berbagai lembaran, para sahabat bersepakat untuk menuliskannya.
3. Ketika Khalifah Abu bakar ra. Memerintahkan penulisan Al-Qur’an
pada hakikatnya model yang dilakukan sama sekali tidak berbeda dengan penulisan
yang sudah dilakukan pada zaman Rasulullah SAW. Bagitu juga penulisan beberapa
Mushaf pada zaman Uatman ra.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dan sistemaika Al-Qur’an?
2.
Apa
saja yang menjadi dasar-dasar Sistematika Al-Qur’an?
3.
Apa
pendapat para ulama tentang Sistematika ayat dan surat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologi dan sistematika Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan tuhan kepada manusia secara
bertahap. Oleh karena itu bentuk Al-Qur’an pada awalnya bukanlah sebuah buku
yang langsung diturunkan tetapi merupakan bentuk dialektika ruang sosial
kehidupan manusia. Boleh jadi kemudian punyusunan Al-Qur’an pun terjadi secara
berangsur-angsur. Dalam bentuknya sekarang Al-Qur’an merupakan sebuah
teks/korpus yang tersusun dengan sistematikanya sendiri. Pembahasan mengenai
sistematika Al-Qur’an mempunyai bagian tersendiri yang cukup penting posisinya
di dalam ilmu Al-Qur’an.
Sebelum membahas lebih jauh tentang sistematika dalam Al-Qur’an ada
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan susunan dan
sistematika. Susunan dalam kamus Indonesia adalah sesuatu yang diatur dengan
baik.[3]
Sistematika Al-Qur’an berarti pengetahuan mengenai klasifikasi penempatan dan
penamaan baik surat maupun ayat dalam Al-Qur’an.
1. Melacak kata “Surat” dalam Al-Qur’an
Kita bias
menemukan kata surat dalam Al-Qur’an tertera dalam beberapa pengertian, di
antaranya surat yang didefinisikan sebagai tantangan yaitu tertera dalam surat
Yunus[10]:38, Surat Hud [11]:13 dan Surat Al-Qashas [28]:49.[4]
a)
Makna Surat secara
Etimologis
Menurut Az-Zarqoni surat secara etimologi memiliki
arti Al-Manzilah yang bermakna posisi, meskipun iya berpendapar surat memiliki
banyak arti, seperti As-Syaraf yang bermakna kemuliaan yaitu sesuatu yang
menonjol dan baik dari suatu bangunan, tanda dan pagar. Dalam bahasa arab surat
berarti pagar dengan alasan karena kata tersebut diambil dari kata سور yang berarti pagar.
Merujuk
penelusuran Montgomery watt, asal kata surah diperkirakan berasal dari bahasa
Ibrani yaitu Shurah yang berarti suatu deretan atau serangkaian bagian atau
bab. Makna-makna tersebut hamper tidak mengandung arti kata surat seperti yang
ada dalam Al-Qur’an. Sedangkan kata surat dalam bahasa Siria disebut
Surta yang bermakna tulisan atau kitab suci.
b)
Surat dalam Istilah Para
Mufassir
Menurut Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan Fi Ulum
al-Qur’an, ia berpendapat bahwa surat adalah Al-Qur’an yang mencakup sejumlah
ayat yang mempunyai permulaan dan penutup.[5]
Sedangkan
menurut Az-Zarkasyi dalam kitab Manahilul Irfan fii Ulumil Qur’an surat adalah
sekelompok ayat yang berdiri sendiri
yang mempunyai permulaan dan penutup.
2. Melacak Kata Ayat dalam Al-Qur’an
Kata ayat dalam
Al-Qur’an mengandung banyak arti, kata ayat banyak dijumpai dalam Al-at-surat
Al-Qur’an dengan jumlah 384 tempat,
antara lain sebagai berikut :
a.
Yang mempunyai makna
mukjizat terdapat dalam surat Al-Baqarah [2]]:211:
سل بني إسراءيل كم
ءاتيناهم من ءاية بينة,ومن يبدل نعمة الله من بعد ما جاءته فإن الله شديد
العقاب...
“Tanyakan lah kepada Bani Israil, berapa
banyak tanda-tanda mukjizat yang telah kami berikan kepada mereka. Dan barang
siapa yang menukar nikmat Allah setelah dating nikmat itu kepadanya, maka
sesungguhnya Allah sangat keras siksanya.”(Al-Baqarah [2]:211.
b.
Ayat bermakna tanda atau alamat dapat dijumpai dalam surat Al-Hijr,
An-Nahl, dan Al-Baqarah:
وقال لهم نبيهم إن
ءاية ملكه أن يأتيكم التابوت فيه سكينة من ربكم و بقية مما ترك ءال موسى وءال
هارون تحمله الملائكة, إن في ذلك لأية لكم إن كنتم مؤمنين ...
“dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka, sesungguhnya tanda iya akan menjadi raja ialah kembalinya tabut
kepadamu, didalamnya terdapat ketenangan dari tuhanmu dan sisa dari peninggalan
keluarga Musa dan keluarga Harun, tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”
(Al-Baqarah [2]:248)
c.
Ada pula yang mengandung arti menakjubkan :
وجعلنا ابن مريم و
أمه أية و ءاويناهما إلي ربوة ذات قرار و
معين....
“dan kami jadikan putra Maryam
beserta ibunya sebagai sesuatu yang menakjubkan.” (Al-Mukminin [23]:50)
d.
Ayat mengandung pengertian bukti atau dalil terdapat dalam surat ar-Rum
[30]:22
ومن آيته خلق
السموات والأرض واختلاف ألسنتكم و ألوانكم, إن في ذالك لأيات للعلمين..
“ Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Ar-Rum
[30]:22)
e.
Ayat mengandung pengertian
pelajaran (ibrah) disebutkan dalam surat An-Nahl [16]:67:
ومن ثمرات النخيل
والأعناب تتخذون منه سكرا ورزقا حسنا , إن في ذالك لأية لقوم يعقلون...
“Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang memikirkannya.”
(An-Nahl [16]:67)
f.
Dalam pengartian lain, seperti ungkapan orang arab dapat menunjukkan
pengertian kelompok utuh atau gabungan penuh, seperti contoh berikut :
خرج القوم مع
أيته..
Artinya :
kelompok itu keluar bersama semua kelompoknya.[6]
Menurut Az-Zarqoni makna etimologi yang disebutkan
dalam beberapa ayat satu sama lainnya saling berhubungan. Karena ayat Al-Qur’an
termasuk Mukjizat.
a)
Makna Ayat secara
Etimologis
Kata ayat merupakan jama’ dari Al-Ayat yang memiliki
banyak arti. Ditinjau dari segi bahasanya ayat bernakna tanda, mukjizat,
terkadang juga diartikan pengajaran dan urusan yang mengherankan, namun
kadang-kadang juga berarti sekumpulan manusia.[7]
b)
Ayat dalam Istilah Para
Mufassir
Menurut istilah ahli tafsir ayat berarti beberapa jumlah,
atau susunan perkataan yang mempunyai permulaan, dan penghabisan yang dihitung
sebagai suatu bagian dari surat.[8]
B. Kontroversi Sistematika Surat dan
Ayat
Dalam
beberapa penjelasan kronologis turunnya Al-Qur’an, surat maupun ayat-ayat
Al-Qur’an diturunkan membutuhkan waktu
untuk berdialog dengan realitas atau pristiwa. Dalam dialog tersebut tersebut,
Al-Qur’an diturunkan dengan berbagai macam cara serta waktu yang tidak
terangkum dalam satu kitab yang utuh. Oleh karena itu sistematika surat-surat
dalam mushaf sekarang berbeda dengan sistematika turunnya. Pembentukan susunan
Al-Qur’an seperti sekarang inipun merupakan proses kondisi atas fisik Al-Qur’an
yang berserakan menjadi satu korpus tunggal pun tidak hanya melibatkan dimensi
waktu, sejarah, tetapi juga tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Pada wilayah
inilah kemudian muncul perdebatan di seputar sistematika surat dan ayat dalam
Al-Qur’an. Diambil dari keterangan Al-Zarqoni, Manna Khalil al-Qattan
menguraikan bahwa ada 3 perbedaan pendapat ulama tentang hal tersebut, yaitu :
1. Sistematika surat Al-Qur’an
a.
Urutan surat adalah
Taufiqi, merupakan hasil taufiq Nabi.
b.
Urutan surat adalah Ijtihad
Sahabat, merupakan hasil dari Ijtihad Nabi.
c.
Sebagian surat adalah
Taufiqi dan sebagian lagi adalah Ijtihad Sahabat
d.
Mengenai jumlah surat yang
berbeda, menurut jumhur Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, namun sebagian lain
berpendapat bahwa jumlah surat dalam Al-Qur’an adalah 116 surat karena ada 2
surat yaitu Al-Khal’I an Al-Hafd tentang dua surat Qunut. Dalam kitab I’jazul
Qur’an Abu Bakar Al-Baqillany menegaskan bahwa doa qunut ditulis oleh Ubay bin
Ka’ab di Mushafnya.
e.
Hikmah pembagian Al-Qur’an
dalam bentuk surat memiliki hikmah dan faedah.
f.
Kategori pembagian surat
dalam beberapa pandangan (Sahabat, dan Manna Al-Qttan)
g.
Penamaan surat, ada yg berpendapat bahwa penamaan Al-Qur’an
ditentukan Oleh Nasi secara Syar’i.
h.
Sumber penamaan surat,
terdapat 29 surat Al-Qur’an yang dimuai dengan huruf-huruf Hijaiyyah, 27 turun
di Mekkah, 2 lainnya di Madinah.
i.
Rangkaian kata-kata pembuka
dalam surat.
2. Sistematika Ayat
a.
Seputar perselisihan jumlah
ayat, pendapat Ijma’ ayat dalam
Al-Qur’an terdiri dari 60000 ayat, menurut Al-Zarkasyi berjumlah 6200, dan
jumlah yang dikenal lebih luas adalah 6616 ayat.
b.
Cara mengetahui awal dan
akhir ayat.
c.
Seputar ayat pendek dan
terpanjang
d.
Urutan ayat dalam
Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-qur’an diturunkan dalam waktu yang panjang, sebagian
berpendapat sistematika Al-Qur’an merupakan Taufiqi , sebagian lain berpendapat
bahwa sistematika Al-Qur’an merupakan Ijtihad para Sahabat.
Al-Qur’an diturunkan dari Baitul
‘Izzah kepada Rasulullah secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, kadang lima
ayat, dan kadang satu surat langsung. Diantara hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur adalah:
1. Menguatkan iman dan menanamkan rasa semangat dalam berdakwah.
2. Agar mudah dihafal oleh umat Islam.
3. Memudahkan dalam pemahaman makna Al-Qur’an.
4. Memberikan respon terhadap setiap kejadian yang baru muncul.
5. Peringatan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT, bukan hasil
karya Muhammad SAW
B. Kritik dan saran
Dari pemaparan saya di atas mungkin banyak
kekeliruan atau kesalahan dalam penuliasan,oleh karna itu saya mohon kritik dan
sarannya agar saya bisa belajar dan memperbaiki kesalahan saya. Atas
kekurangannya saya mohon maaf.
[1]
Menurut Zarkasyi tiap-tiap tulisan ternyata mengandung rahasia makna yang
dalam, maka tak heran jika model tulisannya variatif, ada yang dikurangi dan
ada yang di tambah. Karena tulisan itu ditulis untuk menunjukkan sebuah makna
hakikat dan bukan hanya sekedar khayalan belaka.(lihat Badruddin Muhammad bin
Abdillah Az-Zarkasyi. Loc.cit,h 461)
[2]
Subhi Shalih, op.cit, h 278 kemudian lihat Muhammad Abdul Adzim
Az-Zarqani,op,cit , h 379
[3]
Departemen pendidikan nasional, kamus besar Bahasa Indonesia, (Balai pustaka;
Jakarta, 2003).
[4] W.
Mmontgomery watt, pengantar studi Al-Qur’an; penyempurnaan atas karya Richard
bell, (Rajawali Press; Jakarta, 1991,cet1,h, 90
[5]
Badruddin Muhammad bin Az-Zarkasyi, Ibid, h.33
[6]
Muhammad Abdul Adzim Az-Zarqoni, Ibid, h . 338-339
[7]
Ibid,