Makalah Keutamaan Menuntut Ilmu
Saturday, October 1, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara perkara mulia yang hendaknya menjadi kesibukan kita
adalah menuntut ilmu syar’i yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ilmu yang
bersumber dari keduanya adalah cahaya dan pelita bagi pemiliknya, sehingga
nampak jelas baginya kegelapan kebatilan dan kesesatan. Orang yang memiliki
ilmu akan dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan
kebatilan, sunnah dan bid’ah. Maka ilmu adalah perkara mulia yang hendaknya
menjadi perhatian setiap muslim, perkara yang harus diutamakan. Karena ilmu itu
lebih didahulukan daripada perkataan dan perbuatan. Sebagaimana firman Allahta’ala :
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا
إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ
وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ [محمد:19]
“Ketauhilah,
sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan
mintalah ampun atas dosa-dosamu.” [Muhammad : 16]
Didalam ayat
diatas Allah lebih mendahulukan ilmu daripada perkataan dan perbuatan.
Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menunjukkan betapa
pentingnya menuntut ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi hamba Allah
yang beriman dan beramal shaleh, dengan ilmu pula manusia mampu mengolah
kekayaan alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian , manusia juga
mampu menjadi hambaNya yang bersyukur, dan hal itu memudahkan menuju surga.
Di sisi lain, manusia yang berilmu memiliki kedudukan yang mulia tidak
hanya disisi manusia, tetapi juga disisi Allah. Sebagaimana dijelaskan bahwa
dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Mujadilah : 11, yang artinya “Allah akan
meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Oleh karena itu, Islam memandang
bahwa menuntut ilmu itu sangat penting bagi kehidupan dunia maupun akhirat.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan :
1. Jelaskan
bagaimana Dalil-Dalil
Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an ?
2. Jelaskan
bagaimana
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah / Hadits ?
3. Jelaskan
bagaimana
Adab-Adab Penuntut Ilmu ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dalil-Dalil Keutamaan
Ilmu Dari al Qur’an
Terdapat banyak dalil, baik dari
Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang
menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya
adalah :
Pertama : Firman
Allah ta’ala :
شَهِدَ
اللَّهُ
أَنَّهُ لَا
إِلَهَ
إِلَّا هُوَ
وَالْمَلَائِكَةُ
وَأُولُو
الْعِلْمِ
قَائِمًا
بِالْقِسْطِ
لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ
الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ [آل
عمران:18]
“Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]
Ayat ini
menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah
menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para
malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak
ada Ilah yang benar melainkan Dia.
Kedua :
Firman Allah ta’ala :
وَقُلْ
رَبِّ
زِدْنِي
عِلْمًا [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi
Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]
Allah ta’ala memerintahkan
NabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta
kepadaNya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan
menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta
tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.
Ketiga : Allah ta’ala ketika
menjelaskan keutamaan ilmu serta keagungan kemuliaannya berfirman :
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ
وَالَّذِينَ
لَا
يَعْلَمُونَ [الزمر:9]
“Katakanlah, apakah sama antara
orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az
Zumar : 9]
Dalam ayat ini Allah ta’ala membedakan
antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara
orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran.
Keempat : Allah ta’ala menjelaskan
tentang kemuliaan ahlul ilmi serta keutamaan mereka dalam firman-Nya :
إِنَّمَا
يَخْشَى
اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر:28]
“Sesungguhnya yang benar-benar
takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir
: 28]
Didalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan
bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul
khosyah).
B. Dalil-Dalil Keutamaan
Ilmu Dari As Sunnah / Hadits
Kita dapati banyak sekali
dali-dalil yang besumber dari al Qur’an yang menunjukkan akan keutamaan ilmu.
Demikian pula dalil-dalil yang berasal dari As Sunnah An Nabawiyah dan
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya
adalah :
Pertama :
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ
سَلَكَ
طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ
اللهُ لَهُ
بِهِ
طَرِيقًا إِلَى
الْجَنَّةِ،
وَمَا
اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِي
بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ
اللهِ
يَتْلُونَ كِتَابَ
اللهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ
إِلَّا
نَزَلَتْ
عَلَيْهِمِ
السَّكِينَةُ،
وَغَشِيَتْهُمُ
الرَّحْمَةُ
،
وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلَائِكَةُ
،
وَذَكَرَهُمُ
اللهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh
suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan
baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid
diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling
mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat
serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para
malaikat.”
Kedua : Sebuah
hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu,
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ
يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ
خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki
oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan agamanya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa
seorang hamba yang memiki semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan
salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya.
Karena siapa saja yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan
dalam urusan agamanya.
Ketiga : Hadits
yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu
‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
مَنْ
سَلَكَ
طَرِيقًا
يَطْلُبُ
فِيهِ عِلْمًا
سَلَكَ
اللَّهُ بِهِ
طَرِيقًا
مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ ،
وَإِنَّ
الْمَلَائِكَةَ
لَتَضَعُ
أَجْنِحَتَهَا
رِضًا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ
، وَإِنَّ
الْعَالِمَ
لَيَسْتَغْفِرُ
لَهُ مَنْ فِي
السَّمَوَاتِ
وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ
فِي جَوْفِ
الْمَاءِ،
وَإِنَّ
فَضْلَ
الْعَالِمِ
عَلَى
الْعَابِدِ
كَفَضْلِ
الْقَمَرِ
لَيْلَةَ
الْبَدْرِ
عَلَى
سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ،
وَإِنَّ
الْعُلَمَاءَ
وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ
، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ
لَمْ
يُوَرِّثُوا
دِينَارًا
وَلَا
دِرْهَمًا إِنَّمَا
وَرَّثُوا
الْعِلْمَ،
فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ
بِحَظٍّ
وَافِرٍ
“Barangsiapa
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan
baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya
malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut
ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk
seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang
yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan
purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris
para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham,
akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka
sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
Ini adalah hadits yang sangat
agung. Berisi penjelasan tentang keutamaan ilmu, kemuliaan ahlul ilmi dan
pahala mereka disisi Allah ta’ala. Hadits diatas mengandung lima
kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan akan keutamaan ahlul ilmi dan tingginya
kedudukan mereka disisi Allahta’ala. Oleh karena itu ImamAl Hafidz
Ibnu Rajab rahimahullah memiliki tulisan khusus yang
menjelaskan hadits ini.
Keempat :
Diantara hadits shahih yang menjelaskan tentang keutamaan dan kemuliaan
menuntut ilmu adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِذَا
مَاتَ
الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ
عَنْهُ
عَمَلُهُ
إِلَّا مِنْ
ثَلَاثَةٍ :
إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ،
أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ
بِهِ، أَوْ
وَلَدٍ
صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia telah
meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan dia.” [HR.
Muslim].
Hadits ini menunjukkan atas
agungnya keutamaan ilmu dan pahala mengajarkan ilmu, baik lewat kajian maupun
tulisan. Karena hal tersebut akan mmbuahkan pahala yang besar untuk manusia
baik dimasa hidupnya maupun setelah kematiannya. Amalannya tidak akan terputus
meskipun dia sudah meninggal dunia, bahkan pahala dan ganjaran dari Allah ta’ala senantiasa
mengalir kepadanya selama ilmu yang dia ajarkan dimanfaatkan oleh manusia. Ini
merupakan perkara kedua yang Allah catat dan tetapkan untuk manusia. Karena
Allah ta’ala menulis amal manusia yang dikerjakan semasa
hidupnya serta menulis bekas (atsar) dari amalannya tersebut
setelah kematiannya. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا
نَحْنُ
نُحْيِ
الْمَوْتَى
وَنَكْتُبُ
مَا
قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ [يس:12]
“Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” [Yasin : 12]
Maka yang dicatat oleh Allah ta’ala adalah
amalan seorang hamba dan bekas dari amalannya.Atsar dari amalan
seseorang ada pada saat dia hidup maupun setelah kematiannya. Oleh karena itu
pahala para ulama’ yang telah meninggalkan dan mewariskan ilmu dari karya tulis
mereka senantiasa mengalir kepada mereka selama manusia mengambil manfaat dari
kitab dan tulisan mereka.
Kelima : Diantara
hadits yang menunjukkan akan keutamaan ilmu dan mengajarkannya adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ
مَنْ
تَعَلَّمَ
القُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ
“Orang terbaik diantara kalian
adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”
Didalam hadits ini terdapat
penetapan kebaikan bagi orang yang menyibukkan dirinya dengan Kitabullah dengan
mempelajari atau mengajarkannya. Oleh karena itu mereka termasuk orang terbaik
dari umat ini. Telah datang hadits dari shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ
اللهَ
يَرْفَعُ
بِهَذَا
الْكِتَابِ أَقْوَامًا
وَيَضَعُ
بِهِ
آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah mengangkat
derajat suatu kaum dengan Al Qur’an dan menurunkan derajat kaum yang lain
dengannya.”
Keenam : Telah
datang keterangan bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan
kecerahan wajah bagi orang yang memiliki perhatian terhadap ilmu, berusaha
memahami, mempelajari dan mengajarkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
نَضَّرَ
اللَّهُ
امْرَأً
سَمِعَ
مِنَّا حَدِيثًا
فَحَفِظَهُ
حَتَّى
يُبَلِّغَهُ،
فَرُبَّ
حَامِلِ
فِقْهٍ إِلَى
مَنْ هُوَ أَفْقَهُ
مِنْهُ،
وَرُبَّ
حَامِلِ
فِقْهٍ لَيْسَ
بِفَقِيهٍ
“Semoga Allah mencerahkan wajah
seseorang yang mendengarkan hadits, lalu menghafal dan menyampaikannya. Betapa
banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Dan
betapa banyak orang yang membawa fiqih namun dia bukan seorang yang faqih.”
Kandungan hadits ini menunjukkan
akan keutamaan ilmu, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a
dengan do’a yang agung dan berbarakah bagi ahlul ilmi dan penuntut ilmu.
Ringkasnya, ada banyak dalil yang
menunjukkan akan keutamaan dan kemuliaan ilmu. Maka selayaknya seorang muslim
dan muslimah untuk bersungguh-sungguh memperhatikan dan memanfaatkan waktunya
dijalan ilmu. Hendaknya dia selalu memiliki bagian dari menuntut ilmu dalam
perjalanan harian dia. Oleh karena itu Nabi kita shallallahu ‘alaihi
wa sallam setiap kali selesai dari melaksanakan shalat subuh beliau
senantiasa berdo’a :
اللَّهُمَّ
إِنِّي
أَسْأَلُكَ
عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا
طَيِّبًا
وَعَمَلًا
مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah sesungguhnya saya
minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang
diterima.”
Do’a yang senantiasa beliau ucapkan
setiap harinya setelah shalat subuh ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu yang
bermanfaat termasuk tujuan terbesar seorang muslim disetiap perjalanan waktu
hariannya. Dan sesungguhnya menuntut ilmu lebih didahulukan daripada mencari
rizqi dan beramal. Karena ilmu itu sebagai dasar dan pondasi yang dapat
membedakan antara rizqi yang baik dan buruk, anatara amal shalih dan amal tidak
shalih. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya benar-benar memiliki
perhatian terhadap waktunya, dia gunakan untuk menuntut ilmu supaya setiap hari
dia mendapatkan bagian dari ilmu.
C. Adab-Adab Penuntut Ilmu
Setelah seorang penuntut ilmu
mengetahui dan memahami akan keutamaan menuntut ilmu, maka hendaknya dia
memiliki perhatian yang besar terhadap permasalahan adab-adab penuntut ilmu,
diantaranya adalah :
Pertama : Ikhlas
Seorang penuntut ilmu dalam mencari
ilmu hedaknya punya perhatian besar terhadap keikhlasan niat dan tujuanya dalam
mencari ilmu, yaitu hanya untuk Allah ta’ala. Karena menuntut
ilmu adalah ibadah, dan yang namanya ibadah tidak akan diterima kecuali jika
ditujukan hanya untuk Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman
:
وَمَا
أُمِرُوا
إِلَّا
لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ
مُخْلِصِينَ
لَهُ
الدِّينَ [البينة:5]
“Dan mereka tidaklah
diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
amalan mereka.” [Al Baiyinah : 5]
Didalam shahihain disebutkan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ،
وَإِنَّمَا
لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا
نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan itu
tergantung dengan niatnya dan setiap orang akan memperolah pahala sesuai dengan
apa yang dia niatkan.”
Nabi shallallahu ‘alaihiwa
sallam juga bersabda dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim :
إِنَّ
اللهَ لَا
يَنْظُرُ
إِلَى
صُوَرِكُمْ
وَأَمْوَالِكُمْ،
وَلَكِنْ يَنْظُرُ
إِلَى
قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak
melihat bentuk wajah dan harta kalian, namun yang Dia lihat adalah hati dan
amalan kalian.”
Oleh karena itu seseorang yang
punya cita-cita yang tinggi dalam mencari dan memperoleh ilmu hendaknya punya
perhatian yang besar terhadap keihklasan niat. Karena niat yang ikhlas
merupakan sebab akan barakahnya ilmu dan amal. Sebagaimana perkataan sebagian
salaf :
رُبَّ
عملٍ صغير
تكثِّره
النية ،
ورُبَّ عملٍ
كثير تصغره
النية
“Betapa banyak amalan kecil
menjadi besar karena niatnya dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil
karena niatnya pula.”
Maka setiap orang yang telah diberi
taufiq oleh Allah untuk bisa berjalan diatas jalan ilmu hendaknya waspada
terhadap niat yang rusak dan selalu berusaha untuk menjadikan niatnya dalam
menuntut ilmu hanya mengharapkan keridhaan dan wajah Allah ta’ala.
Kedua : Bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu.
Sesungguhnya seorang hamba butuh
kepada kesungguhan dan semangat untuk memperoleh ilmu. Dia paksa jiwanya untuk
jauh dari sifat lemah dan malas. Oleh karena itu Nabi kita yang mulia,
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada
Allah dari sifat lemah dan malas. Karena malas akan menyebabkan terhalanginya
seseorang dari mendapatkan kebaikan yang banyak. Dan sebaliknya dengan
kesungguhan akan diperoleh banyak keutamaan. Sebagaimana perkataan yang ada
dalam suatu syair :
الجَدُّبالجِدِّ
والحرمانُ
بالكسلِ
فانصَبْ
تُصِب عن
قريبٍ غايةَ
الأملِ
Maksudnya adalah bahwa bagian besar
dan berharga dari ilmu tidak akan diraih kecuali dengan kesungguhan.
Adapun sifat malas dan lemah hanya akan menghalangi seseorang dari mendapatkan
ilmu. Oleh karena itu seorang penuntut ilmu handaknya mengerahkan segala upaya
untuk memaksa jiwanya dalam meraih ilmu. Sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا
فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ
سُبُلَنَا
وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ [العنكبوت:69]
.
“Dan orang-orang yang
bersungguh-sungguh dijalan Kami nisacaya Kami akan tunjukkan kepadanya
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat
baik.” [Al Ankabut : 69]
Ketiga : Meminta
pertolongan kepada Allah ta’ala.
Ini adalah diantara perkara penting
yang harus diperhatiakan oleh seorang penuntut ilmu, bahkan perkara ini adalah
dasar yang harus ada pada seorang penuntut ilmu , yaitu beristi’anah atau
meminta pertolongan kepada Allah ta’ala untuk bisa meraih
ilmu. Telah berlalu sebelumnya firman Allah ta’ala :
وَقُلْ
رَبِّ
زِدْنِي
عِلْمًا [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi
Muhammad), ya Rabb tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 11]
Telah kita ketahui juga bahwa Nabi
kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap hari
setelah selesai shalat subuh berdo’a kepada Allah :
اللَّهُمَّ
إِنِّي
أَسْأَلُكَ
عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا
طَيِّبًا
وَعَمَلًا
مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah sesungguhnya saya
minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang
diterima.”
Maka seorang penuntut ilmu
hendaknya selalau beristi’anah kepada Allah, meminta
pertolongan dan taufiq kepadaNya. Allah ta’ala berfirman :
وَلَوْلَا
فَضْلُ
اللَّهِ
عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَتُهُ
مَا زَكَى
مِنْكُمْ
مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا
وَلَكِنَّ
اللَّهَ
يُزَكِّي
مَنْ يَشَاءُ [النور:21]
“Sekiranya tidaklah karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun
dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” [An
Nur : 21]
Dalam ayat yang lain Dia juga
berfirman :
وَلَكِنَّ
اللَّهَ
حَبَّبَ
إِلَيْكُمُ
الْإِيمَانَ
وَزَيَّنَهُ
فِي
قُلُوبِكُمْ
وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ
الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ
وَالْعِصْيَانَ
أُولَئِكَ
هُمُ الرَّاشِدُونَ [الحجرات:7]
“Akan tetapi Allah menjadikan
kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al
Hujurat : 7]
Keempat : Mengamalkan ilmu.
Seorang penuntut ilmu harus punya
perhatian serius terhadap perkara mengamalkan ilmu. Karena tujuan dari menuntut
ilmu adalah untuk diamalkan. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata
:
يهتف
بالعلم العمل
، فإن أجابه
وإلا ارتحل
“Ilmu akan mengajak pemiliknya
untuk beramal, jika dia penuhi ajakan tersebut ilmunya akan tetap ada, namun
jika tidak maka ilmunya akan hilang.”
Oleh sebab itu seorang penuntut
ilmu harus benar-benar berusaha mengamalkan ilmunya. Adapun jika yang
dialakukan hanya mengumpulkan ilmu namun berpaling dari beramal, maka ilmunya
akan menjadi mencelakannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam :
وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ
أَوْ
عَلَيْكَ
“Al Qur’an bisa menjadi
penolong bagimu atau justru bisa mencelakakanmu.”
Menjadi penolongmu jika Engkau
mengamalkannya, dan mencelakakanmu jika Engkau tidak mengamalkannya.
Kelima : Berhias dengan
akhlaq mulia.
Seorang penuntut ilmu hendaknya
menghiasi dirinya dengan akhlaq mulia seperti, lemah lembut, tenang, santun dan
sabar. Karena sifat-sifat tersebut termasuk akhlaq mulia. Para ulama’ telah
menulis banyak kitab tentang adab seorang penuntut ilmu. Diantara kitab ringkas
yang telah mereka tulis adalah kitab “Hilyah Thalabil Ilmi” buah karya
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah. Kitab ini adalah kitab yang
sangat bermanfaat dan berfaedah yang menjelaskan tentang adab-adab penuntut
ilmu.
Keenam : Mendakwahkan ilmu.
Jika seorang penuntut ilmu
mendapatkan taufiq untuk bisa mengambil manfaat dari ilmunya, hendaknya dia
juga bersemangat untuk menyampaikan ilmu dan mengajarkan ilmunya kepada orang
lain. Dalam rangka mengamalkan firman Allah ta’ala :
وَالْعَصْرِ
(1) إِنَّ
الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْرٍ
(2) إِلَّا
الَّذِينَ
آمَنُوا
وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
(3) [سورة العصر]
“Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan
nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” [Al Ashr
:1-3]
Didalam ayat yang mulia ini, Allah ta’ala bersumpah
bahwa manusia semunya mengalami kerugian, tidak ada seorangpun yang selamat
dari kerugian kecuali orang yang beriman, berilmu, mengamalkan ilmunya,
mendakwahkannya kepada orang lain serta bersabar atas gangguan yang menimpanya.
Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa kedudukan ilmu dan beramal dengannya itu bertingkat-tingkat.
Sebagaimana dinukil oleh Adz Dzahabi rahimahullah di Siyaru
A’laamin Nubalaa dari Muhammad bin An Nadhr, dia berkata :
أول
العلم
الاستماع
والإنصات ، ثم
حفظه، ثم
العمل به ، ثم
بثه
“Ilmu yang pertama kali adalah
mendengar dan diam, kemudian menghafal, mengamalkan lalu menyebarkannya.”
Orang yang menyebarkan ilmu akan
memperoleh pahala yang besar, karena setiap kali ada orang yang mengambil
faedah dari ilmu yang dia sebarkan dan dakwahkan akan dicatat baginya pahala
sebagaimana pahala orang yang mengamalkan dakwahnya tersebut. Sebagaimana sabda
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ
دَعَا إِلَى
هُدًى كَانَ
لَهُ مِنَ الْأَجْرِ
مِثْلُ
أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ
ذَلِكَ مِنْ
أُجُورِهِمْ
شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru
kepada petunjuk maka baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun juga.”
Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga bersabda :
مَنْ
دَلَّ عَلَى
خَيْرٍ
فَلَهُ
مِثْلُ
أَجْرِ
فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan
kebaikan maka baginya ada pahala sebagaimana orang yang melakukannya.”
Maka setiap kali ada orang yang
mengambil manfaat dari ilmunya maka akan dicatat pahala baginya. Tidak diragukan
bahwa ini menunjukkan akan keutamaan mengajarkan ilmu dan memberi manfaat
kepada manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
لأَنْ
يَهْدِيَ
اللَّهُ بِكَ
رَجُلا وَاحِدًا
خَيْرٌ لَكَ
مِنْ حُمْرِ
النَّعَمِ
“Allah memberikan
petunjuk kepada satu orang disebabkan karena kamu, maka hal itu lebih baik dari
pada onta merah (harta yang paling mahal).”
Kita meminta
kepada Allah, Rabb arsy yang agung, kita meminta dengan menyebut nama-namanya
yang indah dan sifat-sifatnya yang tinggi agar menganugerahkan kita semua ilmu
yang bermanfaat dan amal shalih. Menunjuki kita kepada jalan-Nya yang lurus,
memperbaiki semua keadaan kita dan tidak membiarkan kita bersandar pada diri
kita sendiri meskipun hanya sesaat.
Alhamdulillah Rabbil Alamin
Diterjemahkan secara bebas dari
transkrip muhadharah Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al
Abbad Al Badr hafidzahumallah فَضْلُ
طلَبِ
الْعِلْمِ
وَآدَابُ
طُلَّابِ
BAB
II
PENUTUP
A. Dalil-Dalil Keutamaan
Ilmu Dari al Qur’an
Terdapat banyak dalil, baik dari
Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang
menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya
adalah :
Pertama : Firman
Allah ta’ala :
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]
Ayat ini
menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah
menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para
malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak
ada Ilah yang benar melainkan Dia.
B. Dalil-Dalil Keutamaan
Ilmu Dari As Sunnah / Hadits
Sebuah hadits yang ada di shahihain dari
Muawiyah radhiyallahu ‘anhu,
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah
kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan agamanya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa
seorang hamba yang memiki semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan
salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya.
Karena siapa saja yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan
dalam urusan agamanya.
Hadits yang dikeluarkan oleh Abu
Dawud dan yang lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, :
hadits Ini adalah yang sangat
agung. Berisi penjelasan tentang keutamaan ilmu, kemuliaan ahlul ilmi dan
pahala mereka disisi Allah ta’ala. Hadits diatas mengandung lima
kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan akan keutamaan ahlul ilmi dan tingginya
kedudukan mereka disisi Allahta’ala. Oleh karena itu ImamAl Hafidz
Ibnu Rajab rahimahullah memiliki tulisan khusus yang
menjelaskan hadits ini.
B. Saran
Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab
hadist sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah
kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan
segenap kemampuan. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan,
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan
kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
C. DAFTAR
PUSTAKA
Al-Mundiri Hafidz, Terjemah Attarghib wat tarhib. (Surabaya:
Al-Hidayah Al Qur’an Al Karim, 2000)
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, Min Kunuz As Sunnah. (Jakarta: Dar
Al Kutub Al Islamiyah, 1999)
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. (Surabaya: Al-Hidayah, tt)