Makalah Keanekaragaman Budaya
Thursday, October 20, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kebudayaan
yang hidup dalam suatu masyarakat yang berwujud sebagai komunitas desa, atau
kota, atau sebagai kelompok adat yang lain, bisa menampilkan corak yang khas.
Corak khas dari suatu biasa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu
unsur yang kecil, berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang
khusus. Atau karena diantara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang
khusus, atau dapat juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang khusus.
Sebaliknya, corak khas tadi juga disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur
yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat
dibedakan dari kebudayaan lain. Dalam makalah ini akan memebahas keanekaragaman
warna masyarakat dan kebudayaannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Seperti
apakah konsep suku bangsa itu ?
2. Bagaimana
dengan konsep daerah kebudayaan ?
3. Seperti
apakah daerah-daerah kebudayaan di Amerika-Asia ?
4. Bagaiman
dengan Ras, Bahasa, dan Kebudayaan ?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah
ini bertujuan untuk membahas
keanekaragaman warna masyarakat dan kebudayannya, yang di dalamnya terdapat
konsep suku bangsa, konsep daerah kebudayaan, dan persoalan-persoalan lain yang
berhubungan dengan keanekaragaman warna masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Suku Bangsa
1.
Suku
Bangsa
Tiap
kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang berwujud sebagai komunits
desa, atau kota, atau sebagai kelompok adat yang lain, bisa menampilkan corak
yang khas. Hal itu terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat yang
bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari
kehari di dalam lingkungan kebudayaan biasanya tidak melihat corak khas itu.
Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya,
terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaan sendiri.
Corak
khas dari suatu biasa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur
yang kecil, berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus. Atau
karen diantara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus, atau dapat
juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak
khas tadi juga disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar.
Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari
kebudayaan lain.
Pokok
perhatian dari suatu diskripsi etnografi adalah kebudayaan dengan corak khas.
Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah “suku
bangsa”, atau dalam bahsa ingris ethnic
group (kelompok etnik). Tapi lebih diutamakan istilah suku bangsa daripada
kelompok etnik. Sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan sifat kesatuan
suatu kelompok, melainkan sifat kestuan golongan. Oleh karena itu istilah
kelompok etnik kurang cocok.
Konsep
yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
terikat oleh sutu kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan
kesadaran dan identitas tadi sering kali dikuatkan juga oleh kestauan bahasa.
Dengan demikian kesatuan kebudayaan bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang
luar, misalnya oleh orang ahli antropologi, ahli kebudayaan atau ahli lainnya,
dengan metode-metode analisa ilmiah, melainkan oleh warga kebudayaan yang
bersangkutan itu sendiri. Dengan demikian kebudayaan sunda merupakan suatu
kesatuan, bukan karena peneliti yang secara etnografi telah menentukan bahwa
kebudayaan sunda itu merupakan kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan
kebudayaan jawa, banten, atau bali. Orang-orang sunada sendiri sadar bahwa diantara
merka ada keseragaman mengenai kebudayaan mereka, yaitu kebudayaan sunda yang
mempunyai kepribadian dan identitas khusus. Apalagi adanya bahasa sunda yang
berbeda dengan bahasa jawa, atau bali. Hal tersebut lebih mempertinggi
kesadaran akan kepribadian khusus tadi.
Dalam
kenyatannya, konsep suku bangsa lebih kompleks daripada apa yang terurai
diatas. Ini disebabkan karena dalam kenyataan batas kesatuan manusia merasakan
diri terikat oleh keseragaman kebudayaan itu dapat meluasnatau menyempit, tergantung
pada keadaan. Misalnya, penduduk pulau flores di NTT terdiri dari beberapa suku
bangsa yang khusus, juga menurut kesdaran orang flores, yaitu orang Manggarai,
Ngada, Sika, Riung, Ende, dan Larantuka. Kepribadian dari suku bangsa tersebut
dikuatkan oleh bahasa-bahasa khusus, yaitu bahasa manggarai, ngada, sikka,
ende, dan lainnya yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga seorang
manggarai tidak mengerti bahsa sikka, orang sikka tidak mengerti bahasa ngada.
Walaupun demikian kalau orang Flores berada di jakarta misalnya, merka akan
merasa bersatu sebagai putra Flores, dan tidak sebagai orang sikka, larantuka,
atau ngada.
Mengenai
makna suku bangsa harus lengkap tidak boleh suku saja. Sebaiknya kita
mengetahui suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Sunda, Suku bangsa Makasar, dan
lain-lain. Hal tersebut sangat penting karena istilah suku, baik dalam bahasa
Minangkabau maupun dalam sistem peristilahan etnogrfi dan ilmu hukumadat
Indonesia, sudah mempunyai arti teknikal yang khas.
2.
Aneka
Warna Kebudayaan Suku Bangsa
Kecuali
mengenai besar kecilnya jumlah penduduk dalam kestauan masyarakat suku bangsa,
seorang sarjana antropologi tentu menghadapi suatu perbedaan asas dan
kompleksitas dari unsur kebudayaan yang menjadi pokok penelitian atau pokok
deskripsi etnografinya. Dalam hal itu, para sarjana antropologi sebaiknya
membedakan kesatuan masyarkat suku-suku bangsa di dunia berdasarkan asa
kriterium mata pencarian dan sistem ekonomi kedalam enam macam: (1) masyarakat
pemburu dan peramu, (2) masyarakat peternak, (3) masyarakat peladang,(4)
masyarakat nelayan, (5) dan masyarakat perkotaan.
Kebudayaan
suku bangsa yang hidup dari berburu dan meramu pada akhir abad ke-20 sudah
hampir tidak ada di muka bumi. Mereka tinggal di daerah terisolasi di daerah
pinggiran atau daerah terpencil yang karena keadaan alamnya tidak suka diganggu
oleh bangsa-bangsa lain. Daerah seperti itu misalnya, daerah di pantai utara
kanada yang telampau dingin atau daerah yang tidak cocok untuk bercocok tanam
seperti daerah gurun. Di daerah pantai utara kanada tinggal suku bangsa eskimo
yang memburu binatang kutub. Di daerah gurun kalihara di afrika selatan tinggal orang bushmen, dan
gurun Australia tinggala beberapa suku bangsa penduduk asli Australia
(aborigin) sebagai pemburu binatang gurun.
Pada
masa kini jumlah dari semua suku bangsa yang hidup dari berburu di seluruh
dunia belum ada setengah juta orang. Dibandingkan dengan sluruh penduduk dunia
yang berjumlah tiga milir orang, maka hanya tinggal kira-kira 0,01% dari
seluruh penduduk dunia yang masih hidup dan berburu. Jumlah itu semakin
berkurang karena suku-suku bangsa yang berburu sudah banyak yang pindah ke kota
untuk menjadi buruh.
Masyarakat
peternak yang hidup hingga kini masih ada di daerah-daerah padang rumput stepa
atau sabana di Asia Barat Daya, Asia Tengah, Siberia, Asia Timur Laut,Afrika
Timur, atau Afrika Selatan. Binatang yang dipelihara berbeda menurut daerah
geografinya. Misalnya, di daerah sumber air di gurun Semenanjung Arab hidup
suku bangsa badui yang memelihara unta, kambing dan kuda. Di daerah gurun stepa
dan sabana di Asia Barat daya hidup suku bangsa khanzah di Iran, dan Pashtun di
Afganistan yang memelihara domba sapi dan kuda.
DI
daerah stepa Asia Tengah hidup suku bangsa Mongolik dan Turkik, seperti
buryatyi, Kazakh, dan Uzbek yang memlihara domba, kambing, unta, dan kuda.
Kehidupan suku peternak adalah sangat labil. Merka pindah dari suatu perkemahan
ke perkemahan lain dengan menggembala ternak mereka terentu. Merka memeras susu
ternak yang mereka buat menjadi mentega, keju, makanan-makana susu lain dapat
disimpan lama.
Masyarakat
peladang yang hidup terbatas di daerah hutan rimbika tropikal di daerah aliran
sungai Kongo di Afrika Tengah, di Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan
didaerah pengairan sungai Amazon di Amerika Selatan. Para peladang tersebut
menggunakan tekhnik bercock tanam yang sama. Mereka mulai membersihkan belukar
dalam hutan, menebang pohon-pohon dan membakar daun-daun, dahan dan balok-balok
pohon ditebang. Mereka menanam berbagai macam tanaman tanpa pengolahan tanah
dan irigasi. Bercocok tanam di ladang merupakan suatu mata pencaharian yang
dapat mejadi dasar suatu peradaban. Contoh peradaban Indian Maya dalam abad
ke-15 di Meksiko Selatan, Yukatan, dan Guatemala di Amerika Tengah.
Masyarakat
nelayan da di seluruh dunia, di sepanjang pantai, baik dari negara-negara yang
berada di pinggir benua maupun pulau-pulau. Secara khusus daerah desa nelayan
biasanya terletak di muara sungai atau sekitar teluk. Di muara sungai
memudahkan nelayan untuk melabuhkan perahunya yang mereka pakai ke laut,
sedangkan di teluk banyak terdapat ikan.
Suatu
masyarakat nelayan tentu mengetahui teknologi pembuatan perahu, mengetahui
cara-cara navigasi di laut, mempunyai organisasi sosial yang dapat menampung
suatu sistem pembagian kerja antara nelayan, pemilik perahu, dan pembuat
perahu. Sedangkan sistem religinya biasanya mengandung unsur-unsur keyakinan,
upacar-upacara, serta ilmu gaib yang erat kaitannya dengan persepsi serta konsepsi
mereka mengenai laut.
Mayarakat petani pedesaan pada masa sekarang
merupakan bagian terbesar dari objek perhatian para ahli antropologi, karena
suatu proporsi terbesar dari penduduk masa kini merupakan petani yang hidup
dalam komunitas desa, yang berdasarkan pertanian, khususnya bercocok tanam
menetap secara tradisisonal dengan irigasi.
Masyarakat
yang kompleks telah menjadi objek perhatian para ahli antropolgi, terutama
sesudah perang dunia II. Pada masa itu timbul banyak negara baru bekas jajahan,
dengan penduduk yang terdiri dari banyak suku bangsa, golongan, bahasa, dan
agama dalam satu wadah negara nasional yang merdeka.
B.
Konsep
Daerah Kebudayaan
Suatu
daerah kebudayaan atau culture area merupaka suatu penggabungan atau
penggolongan (oleh ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang dalam
masing-masingkebudayaan yang beranaeka warna mempunyai beberapa unsur dari ciri
mencolok serupa. Sistem penggolongan daerah kebudayaan yang sebenarnya
merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengklaskan beraneka warna suku bangsa
yang tersebar disuatu daerah atau benua besar, kedalam golongan berdasarkan
atas beberpa persamaan unsusr dalam kebudayanya. Hal ini untuk memudahkan
gambaran menyeluruh dalam hal penelitian analisa atau penelitian komperatif
dari suku-suku bangsa di daerah atau benua yang bersangkutan.
Saran-saran pertama untuk perkembangan
sistem culture area nerasal dari seorang ilmuan antropologi di Amerika, F.
Boas. Walaupun para pengarang dari abad ke-19 tentang kebudayaan dab masyarakat
suku bangsa indian pribumi benua Amerika telah mempergunakan istilah
klasifikasi berdasarkan daerah-daerah geografi di benua Amerika yang menunjukan
banyak persamaan dengan sistem klasifikasi culture area di Amerika Utara yang
kita kenal sekarang.
Meskipun
benih-benih untuk sistem klasifikasi culture
area itu sudah ada pada para pengarang etnografi di Amerika, tetapi
murid Boas bernama C. Wissler adalah yang membuat konsep itu populer, terutama
karena bukunya yang berjudul The American Indian (1920), di mana ia membicarakan
berbagai macam suku bangsa indian Amerika Utara berdasarkan atas sembilan buah
culture area.
Sistem
culture area mulai dikembangkan oleh C. Wissler untuk mengklasifikasikan aneka warna kebudayaan penduduk indian pribumi
di Amerika Selatan, Oseania, Afrika, dan di Asia, semuanya dengan sedikit
keterangan dan contoh.
C.
Daerah-daerah
Kebudayaan di Amerika-Asia
Clark
Wissler mengklasifikasikan Amerika Utara kedalam sembilan daerah kebudayaan.
a.
Daerah
Kebudayaan di Amerika Utara
1. Daerah
kebudayaan eskimo
Yang
meliputi susku-suku bangsa pemburu binatang laut di pantai utara dan barat laut
kanada, serta pantai-pantai yang berhadapan dengan panatai kanada seperti
Greenlandyang telah mengdaptasikan diri terhadap kehidupan di daerah sebelah
utara garis pantai dan di dalam suatu alam yang sangat dingin dan banyak es dan
salju keras. Contoh suku bangsa dari daerah ini Eskimo, Nanivakimut di Alaska,
Eskimo Iglulik di pantai bagian utara dari teluk Hudson.
2. Daerah
Kebudayaan Yukon-Mackenzi
Yang
meliputi suku-suku bangsa pemburu binatang hutan koniferus di Kanada Barat
Laut, seperti beruang atau binatang-binatang buruan yang lebih kecil, serta
penangkapan ikan di sungai-sungai Yukon dan Mackenzi, serta anak-anak sungai.
Dibeberapa tempat ada pula suku-suku bangsa yang musim-musim tertentu memburu
binatangrusa reindeer. Salju lembut yang banyak di daerah itu telah menyebabkan
berkembangnya alat sepatu salju. Contoh suku bangsa di daerah itu adalah Tanana
di hulu sungai Yukon, Kaska di hulu sungai Mackenzie, dan chipwayan di daerah-daerah
danau kanada utara.
3. Daerah
Kebudayaan pantai barat laut
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang hidup di desa-desa tepi
pantai barat laut Kanada, atau di tepi pantai pulau-pulau yang berhadapan
dengan panatai Kanada. Suku bangsa itu hidup dari perikanan (ikan salm) dan
membru ikan paus dilaut terbuka. Ciri yang mencolok dari kebudayaannya adalah
upacara-upacara tetonisme dengan suatu seni patung kayu yang berkembang luas,
seni teun yang indah, danadat setiadat sekitar potlatch, yaitu pesta-pesta
besar dimana kelompok-kelompok kekerabatan yang berasal dari desa-desa lain
saling bersaing secara berlebihan dalam hal memamerkan kekayaan. Contoh suku
bangsa dari daerah ini adalah Tlinggit, Haida, dan Kwakikut.
4. Daerah
Kebudayaan Dataran Tinggi
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun hidup di desa-desa,
dirumah-rumah setengah di bawah tanah dalam musim dingin dan rumah-rumah jerami
untuk musim panas . Mata pencariannya adalah perikanan dan meramu tumbuh-tumbuhan
dan buah-buahan. Contoh suku bangsa ini adalah Kutensi, Klamat, dan Yurok.
5. Daerah
kebudayaan Plains
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang sampai sekitar abad ke-19
tersebar didaerah stepa-stepa yang sangat luas, yaitu di ddaerah praire atau
plains diantara sungai besra misissipidan deret pegunungn Rocky, yang hidup
dari berburu binatang banteng bison dengan
kuda ( yang pemakainnya mereka pelajari dari orang spanyol). Sekarang
dengan musnahnya bison, orang indian praire sudah mempunyai mata pencaharian
hidup lain atau sudah tersebar di kota-kota. Contoh suku bangsa daerah ini
adalah Crow, Omaha, dan Comanche.
6. Daerah
kebudayaan hutan timur
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar di daerah-daerah
sekitar bagian timur laut, dan yang hidup berdasarkan pertanian menetap dengan
jagung sebagai tanaman pokok. Suku bangsa itu umumnya hidup di desa-desa dengan
rumah-rumah panjang yang terbuat dari kulit pohon untuk musim panas dan
rumah-rumah setengah bola yang juga terbuat dari kulit pohon untuk musim dingin
(wigwam). Contoh suku bangsa ini adalah Winnebago, Huron, dan Iroquis.
7. Daerah
kebudayaan dataran kalifornia
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rumpun yang hidup dari berburu dan
mengumpulkan biji-bijian. Mereka tinggal dalam rumah-rumah jerami dan terkenal
dengan seni keindahan anyamannya. Contoh suku bangsa ini adalah Miwok, Washo,
dan Ute.
8. Daerah
kebudayaan Barat Daya
Yang
meliputi suku-suku bermasyarakat rumpun yang tersebar di daerah gurun dan
setengah gurun, dan hidup dari pertanian intensif di lembah-lembah sungai. Suku
bangsa itu tinggal di desa-desa berumah persegi bertingkat-tingkat yang terbuat
dari tanah liat (peublo), dan yang sering dibangun diatas puncak gunung karang
yang tinggi curam untuk keperluan pertahanan. Contoh suku bangsa ini adalah
Apache, Navaho, Zuni Peublo, Hopi Peublo, dan santa carla peublo.
9. Daerah
kebudayaan tenggara
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyaratkat rumpun yang bercocok tanam intensif
dengan cangkul dan menanam jagung, labu-labuan dan tembakau sebagai tanaman
pokok. Mereka hidup dalam desa dengan rumah-rumah berbentuk persegi panjang
yang tergabung dalam federasi-federasi desa yang luas. Dalam kehidupan
kehidupan keagamaannya merka telah mengembangkan suatu sistem upacara yang luas
berpusat pada pemujaan matahari. Contoh suku bangsa ini adalah Cherokee,
Seminole, dan Chowtow
10. Dearah
Kebudayaan Meksiko
Yang
meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat rakyat pedesaan yang berorientasi
terhadap peradaban kota yang banyak terpengaruh oleh kebudyaan spanyol dan
agama Katolik.
Dalam
zaman sebelum orang Spanyol datang, rakayat pedesaan berorientasi pada suatu
perdaban yang tinggi di kota-kota besra dengan bangunan kuil-kuil yang indah,
pusat penyembahan matahari, yang dilakukan dengan upacara-upacara luas dengan
korban manusia. Rakyat hidup dari bercocok tanam di ladang dengan jagung,
kentang , labu-labum, tembakau, dan kapas sebagai tanaman pokok.
b.
Daerah-daerah
kebudayaan di Asia
Suatu
pembagian dari benua Asia kedalam daerah-daerah kebudayaan pernah dibuat oleh
AL. Kroeber. Pembagian itu sebenarnya masih bersifat kasar dan lebih berdasrkan
common sense daipad analisa dan perbandingan dengan unsur-unsur kebudayaan
secara mendalam dan luas.
Pada
hakikatnya sutu benua besar seperti Asia terlamapau besar perbedaan-perbedaan
sifat-sifatnya untuk dapat dibagi secara keseluruhan ke dlam daerah-daerah
kebudayaan. Kalau kita ambil bagian-bagian khusus dari benua itu, misalnya Asia
Barat Daya, Siberia, Asia Selatan, atau daerah lain yang mengklasifikasikan
aneka warna kebudayaan dalam bagian khusus itu kedalam daerah-daerah
kebudayaan, maka bru klasifikasi seperti ada artinya.
Dalam
bab ini kawasan Asia menurtu Kroeber dengan beberapa perubahan, kedalam tujuh
bagian yaitu :
1. Daerah
Kebudayaan Asia Tenggara
2. Daerah
Kebudayaan Asia Selatan
3.
Daerah Kebudayaan Asia
Barat Daya
4.
Daerah Kebudayaan China
5.
Daerah Kebudayaan Stepa
6.
Daerah Kebudayaan
Siberia Asia Tengah
7.
Daerah Kebudayaan Asia
timur Laut
8.
Suku-suku bangsa di
Indonesia
Seorang
ahli Antropologi biasanya, kecuali memilih suatu kejuruan mengenai satu sub
ilmu dalm antropologi fisik, ahli etnologi, ahli antropologi-sosial, dan
sebagainya, juga memilih suatu kejuruan mengenai suatu daerah di muka bumi (
Ahli Asia Barat Daya, Ahli Amerika Utara, Ahli Amerika Latin, ahli Oseania,
ahli Asia tenggara, dan sebagainya).
Kita
tinjau seorang ahli asia tenggara secara konvensional seorang ahli antroplogi
serupa itu dianggap mengenal secara luas dan mendalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan semua suku bangsa yang tersebar di Birma,Thailand, Laos, Kamboja,
Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Biasanya ia pernah melakukan
penelitian yang mendalam diantara paling sedikit dua suku bangsa, terdapat
mungkin satu di Benua (Asia Tenggara), dan satu di kepulauan (Asianesia).
Seorang
ahli antropologi Indonesia sudah tentu tidak dapat mengikuti syarat-syarat
konvensional yang lazim diterima oleh dunia antropologi itu. Seorang ahli
Antropologi Indonesia wajib untuk mengenal bentuk-bentuk masyarakat dan kebudayaan
di wilyah indonesia sendiri, dan wajib mengetahui dengan cukup mendalam
masyarakat dan kebudayaan diwilayah negara tetangga, yaitu : Malaysia, Brunei,
Filipina, Papua Nugini dan Asia tenggara pada umumnya.
Klasifikasi
dari aneka waran suku bangsa di Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem
lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vallenhoven. Sistem yang
tergambar dalam peta 7 membagi Indonesia kedalam 19 daerah yaitu:
1. Aceh
2. Sulawesi
Selatan
3. Gayo-Alas
Batak
4. Ternate
5. Nias
dan Batu
6. Ambon
Maluku
7. Minangkabau
8. Kepulauan
Barat Daya
9. Mentawai
10. Papua
(Irian)
11. Sumatra
Selatan
12. Timor
13. Enggano
14. Bali
dan Lombok
15. Melayu
16. Jawa
Tengah dan Jawa Timur
17. Bangka
dan Belitung
18. Surakarta
dan Yogyakarta
19. Kalimantan
20. Jawa
Barat
21. Sangir-Talaud
22. Gorontalo
23. Toraja
Mengenai
lokasi suku-suku bangsa di Indonesia masih berdasarkan peta bahasa dari
J.Esser. Hrus diperhatikan terutam untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan
Indonesia Timur bahkan bagian dari Sumatra masih banyak terdapat keragu-raguan.
D.
Ras
, Bahasa, dan Kebudayaan
Sejumlah
manusia yang memiliki ciri-cir ras tertentu yang sama, belum tentu mempunyai
bahasa induk yang termasuk satu keluarga bahasa, apalagi mempunyai satu
kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan. Diantara sejumlah manusia
itu, misalnya ada beberapa orang Thai, Khmer, dan beberapa orang sunda. Ketiga
golongan tersebut mempunyai ciri-ciri ras yang sama, yang dalam Ilmu
Antropologi fisik disebut ciri-ciriras Paleo-Mongoloid. Namun bahasa induk
masing-masingorang tadi termasuk keluarga bahasa yang berlainan. Bahasa Thai
termasuk keluarga bahasa Sino-Tibetani, bahsa Khmer termasuk keluarga bahasa
Austro-Asia, dan Bahasa Sunda termasuk kelurga bahasa Austronesia. Kebudayaan
Thai dan Khmer terpengaruh oleh agama Budha Theravada, kebudayaan sunda terpengaruh
oleh agam Islam.
Ada
sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras yang berbeda tetapi mempergunakan
beberpa bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa, sedangkan
kebudayaan mereka berbeda, seperti orang Huwa di daerah pegunungn Madagaskar, dengan
orang Jawa, dan orang papua daerah pantai utara papua. Orang Huwa memiliki
ciri-ciri ras Negroid dengan beberpa unsur ras Kaukasoid Arab, orang Jawa
memiliki ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu, dan orang Papua memiliki ciri-ciri ras
Melanosoid.
Tetapi
ketiga golongan manusia tersebut mempergunakan bahasa yang termsuk satu induk,
yaitu bahasa Huwa, bahasa Jawa, bahasa Bugis, yang walaupun berbeda antara yang
satu dengan yang lain, tetapi termasuk keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan orang Huwa adalah kebudayaan orang
pertanian dengan irigasi, yang dikuasai kerajaan kuno Imerina, dengan agama
pribumi dan kini terpengaruh oleh agama Katolik. Kebudayaan Huwa digolongkan
kedalam daerah kebudayaan Madagaskar. Kebudayaan Jawa adalah kebudayaan
pertanian dengan irigasi yang hidup untk sebagian besar dalam masyarakat
pedesaan yang dikuasai oleh suatu rangkaian kerajaan-kerajaan kuno sejak abad
ke-9, dengan agama Hindu dan Budha Mahayana yang kemudian terpengruh oleh agama
Islam.
Kebudayaan
Jawa kemduian digolongkan kedalam lingkaran hukum adat Jawa-Madura. Kebudayaan
penduduk pantai utara Papua adalah peramu sagu, yang hidup didesa-desa kecil
disepanjang lembah-lembah sungai dekat rawa-rawa dan hutan-hutan sagu.
Mereka
memupunyai satu sistem religi pribumi yang kini terpengaruh oleh agama Kristen
Belanda Keadaan lain adalah dimana sejumlah manusia dengan sejumlah kebudayaan,
berasal dari berbagai ras, contoh di negara-negara besar Zaman sekarang. Warga
negara Amerika Serikat hidup dalam satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Amerika
masa kini, tetapi merke berasal dari berbagai macam ras, yaitu ras Kaukasoid,
ras Negroid (Amerika Indians) dan Ras Mongoloid Amerika (Chinese American,
Japanese American, atau Korean American).
Dengan
demikian, warga negara Inggris dikota-kota besar yang berkebudayaan Inggris
masa kini ada yang memilki ciri –ciri ras Kaukasoid, ras Kaukasoid India (India
warga negara Inggris), dan Mongoloid (cina warga negara Inggris).
Dari
contoh-contoh diatas jelas bahwa perbedaan ras antar manusia di muka bumi,
mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu tahun yang lalu, ketika
persebaran keluraga bahasa, terjadi kemudian, yaitu sejak beberapa puluh ribu
tahunyng lalu, sedang pembentukan dan penyebaran aneka warna kebudayaan
merupakan suatu proses yang terjadi kemudian, yaitu dalam akhir zaman
Prihestoria dan selama Zaman Histori, yaitu kira-kira empat ribu tahun.
Namun
untuk keperluan analisa antropologi secara historis perlu mengetahui pola-pola
penyebaran yang asli dari aneka warna ras, bahasa dan kebudayaan di muka bumi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adanya
keragaman manusia di maksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah mahluk individu memiliki ciri-ciri khas
sendiri. Dalam kehidupan masyarakat juga terdapat keanekaragaman warna dan
kebudayaan. Misalnya keanekaragaman ras,bahasa,budaya,dan lain-lain. Adanya
keanekaragaman budaya juga turut dipengaruhi oleh keadaan geografi suatu
lingkungan masyarakat. Dengan adanya
keadaan geografi yang berbeda juga turut mempengaruhi pola kehidupan suatu
masyarakat, sperti berburu,meramu,berladang,berternak,dll.
B.
Saran
Dengan
adanya keanekaragaman warna masyarakat dan kebudayaan hendaknya kita menyikapinya
dengan bijak. Toleransi dan saling menghormati antar sesama masyarakat harus
dijunjung tinggi. Walaupun banyak perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Hal
yang terpenting adalah menghindari sifat etnosentrisme dan egoisme dalam
kehidupan masyarakat yang multikultural demi tercapainya kelangsungan hidup
masyarakat yang damai dan aman.
Baca Juga
Daftar Pustaka
..............Fathoni,Abdurrahmat.2006.Antropologi Sosial Budaya.Jakarta:Rineka
Cipta
..............Herimanto.2008.Ilmu Sosial.Jakarta:Bumi Aksara
..............Koentjoroningrat.2010.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta:UI-Press