makalah tentang kognisi sosial
Monday, September 26, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari. Kita, tidak
pernah terlepas dari sebuah tindakan baik itu tindakan yang bersifat rasional
maupun irasional. Yang sama-sama dituntun oleh pemikirannya apa yang diyakini
dan apa yang diantisipasinya.
Bagaimanapun anehnya Bagaimanapun
anehnya perilaku manusia, suku, atau bangsa, perilaku mereka membawa makna
sendiri bagi mereka. Serta berupaya membentuk dunianya sendiri yang bermakna
bagi dirinya, dan di dalam dunia tersebut ia mengklasifikasikan dan menyusun
objek-objek yang banyak sekali, dan orang lain termasuk diantara objek-objek
tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sir Frederick Bartlett “ reaksi
kognitif manusia yakni reaksi dalam persepsi, imajinasi, berfikir, dan pertimbangan
akal sehat cocok bila dibahas sebagai suatu upaya yang terjadi sesudah
timbulnya maksud.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian kognisi sosial?
2. Apa
teori-teori kognisi sosial ?
3. Bagaimana
konsep kognisi sosial?
4. Bagaimana
komponen kognisi sosial?
C. Tujuan
1. Pengertian
kognisi sosial.
2. Teori
kognisi sosial.
3. Konsep
kognisi sosial.
4. Komponen
kognisi sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognisi Sosial
Menurut scheerer kognisi adalah proses
sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa diluar (external) dan didalam
(internal) diri sendiri.
Menurut festinger kognisi adalah
elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang diketahui oleh seseorang tentang
dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya, dan tentang keadaan disekitarnya.
Menurut Neisser kognisis adalah proses
yang merubah, mereduksi, memperinci, menyimpan, mengungkapkan dan memakai
setiap masukan (input) yang datang dari alat indera.
Menurut Baron & Byrne kognisi social
adalah cara individu untuk menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi mengenai
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa social.
Dalam menganalisa peristiwa terdapat
tiga proses yaitu ;
1. Attention
: proses pertama kali dimana individu memperhatikan gejala-gejala sosial yang
ada disekelilingnya
2. Enconding
: memasukkan apa yang diperhatikan kedalam memori dan menyimpannya
3. Retrieval
: apabila kita menemukan gejala yang mirip, kita akan mengeluarkan ingatan
kita dan membandingkan, apabila ternyata sama maka kita akan
mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau mengeluarkannya disaat akan
menceritakan peristiwa yang dialami.
Kognisi
adalah respon atau reaksi individu terhadap manusia dan benda yang terbentuk
oleh bagaimana cara individu tersebut memandang keduanya (dunia kognitifnya).
Dan kesan tersebut mengenai dunia setiap individu merupakan dunia yang bersifat
individual. Dua orang yang berbeda tidak mungkin hidup dalam dunia kognitif
yang sama.
Dapat
disimpulkan bahwa kognisi sosial adalah adalah proses berfikir yang dilakukan
seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain.(kognisi adalah
pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi,
menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Dan
kognisi social terjadi secara otomatis. Dalam kognisi social, memahami
dunia sosial misalnya seperti upaya untuk menjelaskan orang yang baru saja
bertemu, upaya untuk menjelaskan diri sendiri, dan proses berfikir dalam
kognisi social mencakup bagaimana individu tersebut melakukan interpretasi
(penafsiran), menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia
social yang dialaminya.
B. Teori Kognisi Sosial
Apabila seseorang harus memilih perilaku
mana yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternative
perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Atau biasa disebut
subjective expected utility (Fishbein dan Ajzen). Dengan kemampuan memilih ini
berarti factor berfikir berperan dalam menentukan pemilihannya. Dengan
kemampuan berfikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai
bahan pertimbangan disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan
juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.
Dalam teori kognitif ini, proses kognitif menjadi dasar timbulnya prasangka.
Hal ini berkaitan dengan :
1. Kategorisasi
atau penggolongan
Ketika seseorang mempersepsi orang lain
atau kelompok mempersepsi kelompok. Dan memasukkan itu ke dalam suatu kategori
sekse, umur, pekerjaan, pembedaan warna kulit, dll. Dan hal ini menimbulkan
prasangka antara pihak satu dengan yang lain.
2.
Ingroup lawan outgroup
Orang yang berada dalam satu kelompok
merasa (ingroup) dan orang yang merasa dari kelompok lain (outgroup) dan hal
ini akan menimbulkan beberapa dampak, antara lain : anggota ingroup lebih
anggota lain lebih punya kesamaan disbanding outgroup, ingroup lebih terfaforit
daripada outgroup, ingroup memandang outgroup lebih homogen daripada ingroup
baik kepribadian atau yang lain:
a. Teori
Rosenberg
Dikenal dengan teori affective
cognitive consistency, atau terkadang disebut teori dua faktor. Rosenberg
(second & backman:1964) memusatkan perhatian pada kognitif dan afektif.
Pengertian kognitif tidak hanya mencakup pengetahuan, melainkan kepercayaan
antara sikap dengan sistem yang ada dalam diri individu. Sedang afektif berhubungan
dengan perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat
positif ataupun negativ terhadap obyek tertentu.
b. Teori
festinger
Dikenal dengan teori disonansi kognitif.
Sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain. Misal: ia berpendapat
bahwa pendidikan itu baik, maka mereka mengirim anaknya ke
sekolah, menurut teori ini, elemen kognitif meliputi pengetahuan,
pandangan/perbuatan, dan kepercayaan tentang lingkungan.
c. Teori
P-O-X
Teori Heider adalah berpangkal pada
perasaan yang ada pada seseorang (P), terhadap orang lain (O), dan hal lain (X)
dalam hal ini tidak hanya benda mati tetapi bisa berupa orang lain. Dan ketiga
hal tersebut membentuk kesatuan.
C. Konsep Kognisi Sosial
Konsep utama dari
teori kognisi sosial adalah pengertian tentang obvervational
learning atau proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang
"model" didalam lingkungan seorang individu, misalnya saja teman atau
anggota keluarga didalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti
para tokoh publik dibidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini
akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku
seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling.Modeling atau
peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior,
reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis (Baran & Davis). Sebagai
contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu
dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya,
maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses
peniruan interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada
narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru bagaimana
cara memasak kue bika dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski demikian
tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak, meski contoh yang
ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika. Di dalam kasus
ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments"
imbalan dan hukuman tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial.
Baranowski, Perry, dan Parcel (1997)
menyatakan bahwa "reinforcement is the primary construct in the operant
form of learning" proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara
belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses
belajar sosial. Didalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses
efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory
effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang
model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu, misalnya penangkapan dan
vonis hukuman terhadap seorang artis penyanyi terkenal karena terlibat dalam
pembuatan video porno. Dengan mengamati apa yang dialami model tadi, akan
mengurangi kemungkinan orang tersebut mengikuti apa yang dilakukan sang artis
penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi
ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan
untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat
disebuah televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi
hadiah ratusan juta rupiah, serta ditawari menjadi model iklan dan bermain
dalam sinetron karena mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga
akan mencoba mengikuti jejak sang pengamen jalanan.
Efek-efek yang dikemukakan diatas tidak
tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas
apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya
sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura (1986), vicarious
reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan hasil (outcome
expectations) dan harapan hasil (outcome expectancies). Outcome
expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi
penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika
kita melakukan perilaku yang sama dengan model.
Teori kognitif sosial juga
mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk
menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk
menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau
efikasi diri (Bandura, 1977) dan hal ini dipandang sebagai sebuah
prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan
tentang cara pembuatan kue bika di televisi yang telah disebutkan di atas.
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar membuat kue
bika, khususnya bagi mereka yang terbiasa membeli kue siap saji dan mempunyai
keyakinan bahwa membuat kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak
perlu karena membelinya pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap
tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue dari
televisi.
D. Komponen Kognisi Sosial
1. Skema
Adalah kerangka mental yang berpusat
pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita mengorganisasi informasi
sosial dan menuntun pemrosesannya. Dalam otak kita, skema itu
seperti skenario, yang memiliki alur. Dan skema terbentuk berdasar kepada
pengalaman yang pernah dialami atau cerita dari orang lain. Contoh: skema
tentang tempat makan cepat saji (McD, Kfc, dll) membuat kita tahu bagaimana
cara untuk makan di tempat tersebut. Sehingga ketika datang ke tempat tersebut,
kita akan langsung ke kasir untuk memesan makanan.
Pada dasarnya skema akan mempengaruhi
sikap dalam melakukan sesuatu. Dan dalam skema memiliki sisi negative, karena
skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita,
dan apa yang kita ingat. Skema memainkan peran penting dalam membentuk
prasangka dan pembentukan satu komponen dasar tentang kelompok
tertentu. Skema akan sulit diubah (efek bertahan). Dan kadang pula skema
memberikan efek pemenuhan harapan diri yaitu membuat dunia sosial yang dialami
menjadi konsisten. Contoh: ketika kita gagal, kita akan berusaha menghibur diri
dengan berkata “ kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil” (efek
bertahan).
2. Heuristik
Adalah aturan sederhana dalam membuat
keputusan yang kompleks atau menyusun kesimpulan dalam waktu cepat dan seakan
tanpa usaha yang berarti. Heuristic ada 2 macam:
a. Heuristik
keterwakilan: sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh
mana stimulasi atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimulasi
atau kategori yang lain. Contoh: kita mengenal seorang wanita sebagai pribadi
yang teratur, ramah, rapi, dan mempunyai perpustakaan di rumah. Tetapi kita
tidak mengetahui pekerjaan dari wanita ini. dan kita langsung menyimpulkan
bahwa wanita ini adalah seorang pustakawati. Dengan kata lain, kita menilai
berdasar semakin mirip seseorang dengan iri-iri khas orang-orang dari suatu kelompok
tertentu, semakin mungkin orang tesebut adalah bagian dari kelomok itu.
b. Heuristik
ketersediaan: strategi untuk membuat keputusan berdasar seberapa mudah suatu
informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam benak kita. Contoh : banyak
orang merasa lebih takut tewas dalam keelakaan pesawat didarat. Hal ini karena
fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak
perhatian media.akibatnya kecelakaan pesawat jauh lebih mudah terpikir sehingga
berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu.
3. Kesalahan
dalam kognisi sosial
a. Bias
negativitas yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang
negativ. Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negativ
akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen
yang akan mengajar nanti adalah orang yang pandai, masih muda, ramah, baik
hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negativ menyebabkan kita
justru terpaku pada hal yang negativ dan mengabaikan hal positif.
b. Bias
optimistik yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu
dapat berakhir baik. Contoh: pemerintah sering kali mengumumkan rencana yang
terlalu optimis mengenai proyek-proyek besar, jalan, bandara,. Dan hal ini
menyebabkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan
menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negativ dan memiliki
konsekuensi penting, tampak ia justru bersiap menghadapi hal yang buruk dan
menunjukkan kebalikan dari pola optimistik mereka menjadi pesimis.
c. Pemikiran
konterfatual yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang.
Efek dari memikirkan “ apa yang terjadi seandainya…..”. contoh: ketika selamat
dari kecelakaan pesawat, seseorang justru memikirkan bagaimana nasib keluarga
saya sepeninggalan saya ? dan pemikiran ini dapat secara kuat berpengaruh
terhadap afeksi kita.
d. Pemikiran
magis yaitu berfikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang
rasional. Contoh: supaya lulus ujian, seseorang akan berdo’a terus-menerus dan
memakai banyak cincin.
4.
Afek dan Kognisi
Bahwa perasaan membentuk atau
mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan
perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek
kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat seara kuat mempengaruhi
reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh: ketika
suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian
kita terhadap orang tersebut akan lebih baik disbanding ketika kita berkenalan
dengan suasana hati yang sedang bersedih. Kognisi juga dapat mempengaruhi
afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964) yang
menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri.
Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana kita
mengalami reaksi internal ini. contoh: ketika kita mengalami perasaan tertentu
atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang
jatuh cinta. Selain itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas
skema yang di dalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Selain itu, fikiran
bisa mempengaruhi afeksi yang melibatkan kita dalam mengatur emosi kita.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kognisi sosial adalah proses berfikir
yang dilakukan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain.(kognisi
adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi,
menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. dalam
teori kognisi sosial ini memiliki sebuah konsep yaitu proses belajar
dengan mengamati. Dimana memiliki komponen yang saling berkaitan didalamnya.
B. Saran
Dengan mempelajari makalah kognisi
sosial ini. Hendaknya kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
khususnya untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain.