MAKALAH PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM TERJADINYA MASALAH GIZI
Monday, August 29, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini,
epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat. Masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama
yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan masaah gizi
masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada
penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah
tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau
lingkungan keluarga saja.
Dari berbagai contoh
ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut diatas, lebih
memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha
pendekatan analis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang bertalian
dengan bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan
kehidupan masyarakat secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada
manusia.
Epidemiologi
mempelajari tentang distribusi penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin,
geografi, dll. Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit berdasarkan
faktor-faktor penyebab.
Epidemiologi gizi
adalah ilmu yang mempelajari determinan dari suatu masalah atau kelainan gizi.
• Mempelajari distribusi dan besarnya
masalah gizi pada populasi manusia.
• Menguraikan penyakit dari masalah gizi
dan menentukan hubungan sebab akibat.
• Memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol dan
penanggulangan masalah gizi di masyarakat.
• Menguraikan penyebab dari masalah gizi
dan menentukan hubungan sebab akibat.
Masalah gizi
dihubungkan dengan:
1. Faktor dan penyebab masalah gizi (agent)
2. Faktor yang ada pada pejamu (host)
3. Faktor yang ada di lingkungan pejamu
(environment)
Menguraikan penyebab
dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat:
• Masalah gizi : kekurangan atau
kelebihan zat gizi
• Agent: asupan makanan dan penyakit
yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan
• Host: karakteristik individu yang ada
kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin, suku bangsa, dll)
• Environment: lingkungan (rumah,
pekerjaan, pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi
Penggunaan
epidemiologi gizi:
a. Secara deskriptif
mempelajari :
• Siapa yang mempunyai masalah gizi
• Kapan dan pada situasi-kondisi apa
yang bagaimana masalah gizi tersebut terjadi
(biasanya digunakan
data dari klinik, laporan rutin ataupun hasil survey khusus)
b. Secara analitik
mempelajari:
• Hubungan kausal tertentu antara faktor
penyebab dengan kejadian/kelainan yang diakibatkannya (biasanya diperlukan
penelitian khusus dengan rancangan kohort ataupun kasus-kontrol)
c. Secara intervensi
mempelajari:
• Dampak ataupun efek dari suatu program
yang telah di laksanakan untuk menanggulangi masalah gizi. (biasanya dapat di
manfaatkan untuk memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program/kebijakan gizi)
2.2 Rencana studi
epidemiologi gizi:
1. Rancangan
observasi
a. Deskriptip:
1) Studi ekologi
2) Studi cross
sectional
b. Analitik:
1) Studi coss-cotrol
2) Studi kohort
2. Rancangan
eksperimen atau komuniti trial
a. Field trial
b. Clinical trial
2.3 Rancangan studi
epidemiologi gizi:
a. Studi ekologi contohnya:
Survey rumah tangga
(asupan makanan) dikaitkan dengan data-data kesehatan oleh BPS
b. studi cross-sectional atau studi
prevalensi:
Untuk mengetahui
hubungan antara faktor-faktor penyebab dan kelainan gizi pada suatu waktu
dengan cara cepat dan murah (hubungan kausal)
c. Studi case-kontrol
Untuk membandingkan
orang yang mengalami kelainan gizi (kasus) dengan orang yang bebas kelainan
gizi (kontrol) berdasarkan factor penyebab yang telah lalu
d. Studi kohort
Dengan menentukan
factor penyebab terlebih dahulu kemudian mengikuti individu tersebut untuk
waktu tertentu diikuti akibat dari factor penyebab tersebut pada interval waktu
tertentu
e. Studi eksperimen
Faktor penyebab
ditentukan dan dilihat efeknya.
2.4 Permasalahan
pada epidemiologi gizi :
• Gizi atau status gizi sukar untuk
ditentukan secara langsung sehingga selama ini digunakan beberapa indikator
status gizi
• Indikator status gizi tersebut sering
digunakan untuk bermacam tujuan
• Masalah gizi merupakan akibat dari
banyak faktor sehingga program gizi dan penelitian gizi berkaitan dengan
disiplin ilmu lainnya.
2.5 Penggunaan
indikator status gizi:
1. Untuk melakukan penapisan individual
dalam program pencegahan malnutrisi (indikator untuk memprediksi malnutrisi)
2. Untuk mendiagnosis malnutrisi (indikator
untuk memprediksi resiko maupun manfaat dari intervensi gizi)
3. Untuk membandingkan hasil atau
memposisikan suatu populasi terhadap nilai norma/rujukan tertentu
4. Untuk mengevaluasi terapi/intervensi gizi
(indikator yang bereaksi terhadap terapi gizi). Pemilihan indikator yang
terbaik bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
2.6 Masalah
indikator status gizi:
• Validitas data:
Mengukur apa yang
ingin di ukur (TB/U untuk masalah gizi kronis)
• Reliabilitas data:
Seberapa baik
pengukuran dapat diulang
• Sensitivitas data:
Menentukan individu
yang benar-benar sakit (high risk)
• Spesifisitas data:
Menentukan individu
yang benar-benar sehat
• Akurasi data:
Pengukuran mendekati
kebenaran
2.7 Ukuran-ukuran
dalam epidemiologi gizi:
1. Ukuran untuk
morbiditas dan mortalitas:
a. Rate, rasio dan
proporsi
b. Rate, insidens
dan prevalens
2. Indikator
kesehatan:
a. Indikator dari
penyebab khusus
b. Mortalitas bayi
dan bayi baru lahir
c. Mortalitas ibu
d. Umur harapan
hidup
2.8 Masalah Gizi
yang terjadi di Indonesia
A. Gizi Buruk
Definisi
Gizi Buruk suatu
kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan
lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang
Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada
balita.
1. Penyebab
terjadinya gizi buruk
Orang akan menderita
gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka
konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola
makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein
untuk pertumbuhan tubuh.
Beberapa orang dapat
menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang
menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara
sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada
saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada
tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic
fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi
enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita
intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.
2. Penyebab secara
langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam
makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena
penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya.
4. Pola makan yang tidak seimbang kandungan
nutrisinya
5. Terdapat masalah pada sistem pencernaan
6. Adanya kondisi medis tertentu
3. Penyebab secara
tidak langsung antara lain :
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2. Lingkungan rumah yang kurang baik
3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga
kurang
4. Gejala-gejala
Gizi Buruk
Gizi buruk dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi
buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar
resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.
Pada gizi buruk yang
berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi
protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium,
kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi
vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.
5. Gejala Umum Dari
Gizi Buruk Adalah :
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang
mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai
reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
Tanda – tanda Gizi
buruk secara umum
1. Berat Badan di bawah normal
2. Rambut pirang. Kering kusam
3. Pertumbuhan otak terhambat
4. Badan nya lemas
5. Matanya Cekung
6. Perut buncit
7. Tidak nafsu makan
8. Rabun Senja
Dampak gizi buruk
pada anak terutama balita
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental
anak sampai dewasa terhambat.
2. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan
Rabun Senja
3. Daya tahan tubuh Lamah
4. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan
yang lebih sering terjadi.
5. Zat antibody tidak sempurna
6. Jika terinfeksi sukar sembuh serta mudah
berkomplikasi
7. Rentan terhadap penyakit TBC
8. Bisa menyebabkan kematian bila tidak
dirawat secara intensif.
Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan
sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan
yang tampak kurus. Sedangkan gejala
klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga
tipe:
1. kwashiorkor
2. marasmus
3. marasmus-kwashiorkor.
1. Kwashiorkor adalah penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena
pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah
kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang
menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan
terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Ciri – ciri
kwashiorkor :
• edema (pembengkakan), umumnya seluruh
tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
• pandangan mata sayu
• rambut tipis kemerahan seperti warna
rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
• terjadi perubahan status mental
menjadi apatis dan rewel
• terjadi pembesaran hati
• otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata
bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
• terdapat kelainan kulit berupa bercak
merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu
terkelupas (crazy pavement dermatosis)
• sering disertai penyakit infeksi yang
umumnya akut
• anemia dan diare
2. Marasmus adalah kekurangan energi pada
makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi
“kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan
ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering
diare.
ciri - ciri marasmus
:
• badan nampak sangat kurus seolah-olah
tulang hanya terbungkus kulit
• wajah seperti orang tua
• mudah menangis/cengeng dan rewel
• kulit menjadi keriput
• jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar
• perut cekung, dan iga gambang
• seringdisertai penyakit infeksi
(umumnya kronis berulang)
• diare kronik atau konstipasi (susah
buang air)
Ciri – ciri
marasmus-kwashiorkor
Memiliki ciri
gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema
yang tidak mencolok.
A. Cara Mengukur
Status Gizi Anak
Banyak cara yang
bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu
contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut
usia dan lingkar lengan atas.
B. Cara pencegahan
Menimbang begitu
pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya,
maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah
terjadinya kondisi gizi buruk pada anak.
Berikut adalah
beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI)
sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan
tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi,
seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak
dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai
dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke
dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena
gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena
kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk
karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
C. Cara
Penanggulangan Gizi Buruk
1. Biasakan makan – makanan gizi yang
seimbang
2. Mengatur pola makan balita
3. Konsumsi Vitamin A seperti susu, ikan
goring, hati, sayur hijau, dan kuning
4. Konsumsi Vitamin B 12 seperti kedelai,
telur, keju,daging, tempe, dll
Obesitas adalah
penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan
lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis dengan
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi
tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan
rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.
a. Penyebab
• Perilaku makan yang berhubungan dengan
faktor keluarga dan lingkungan
• Aktifitas fisik yang rendah
• Gangguan psikologis (bisa sebagai
sebab atau akibat)
• Laju pertumbuhan yang sangat cepat
• Genetik atau faktor keturunan
• Gangguan hormon
b. Gejala
• Terlihat sangat gemuk
• Lebih tinggi dari anak normal seumur
• Dagu ganda
• Buah dada seolah-olah berkembang
• Perut menggantung
• Penis terlihat kecil
c. Terdapat 2
golongan obesitas
• Regulatory obesity, yaitu gangguan
primer pada pusat pengatur masukan makanan
• Obesitas metabolik, yaitu kelainan
metabolisme lemak dan karbohidrat
• d. Resiko/dampak obesitas
• Gangguan respon imunitas seluler
• Penurunan aktivitas bakterisida
• Kadar besi dan seng rendah
e. Penatalaksanaan
• Menurunkan BB sangat drastis dapat
menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak
memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang
intensif menjadi pilihan utama
• Pada obesitas berat selain latihan
fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi dikurangi, dan tubuh mengambil
kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus
tetap mengandung zat gizi esensial.
• Kurangi asupan energi, akan tetapi
vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan
• Mengatasi gangguan psikologis
• Meningkatkan aktivitas fisik
• Membatasi pemakaian obat-obatan yang
untuk mengurangi nafsu makan
• Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak
nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah sakit
• Konsultasi (psikologi anak atau bagian
endokrin)
5. ANEMIA
Anemia defisiensi
adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang
diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi
salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi
timbulnya defisiensi tersebut.
a. Macam-macam
anemia
1. Anemia defisiensi besi adalah anemia
karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
2. Anemia megaloblastik adalah terjadinya
penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi
vitamin B12
3. Anemia aplastik adalah anemia yang berat,
leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik
1. ANEMIA DEFISIENSI
BESI
• Prevalensi tertinggi terjadi didaerah
miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
• Hasil studi menunjukan bahwa anemia
pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak
permanen
• Defisiensi zat besi menurunkan jumlah
oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta
perubahan tingkah laku.
a. Ciri
• Akan memperlihatkan respon yang baik
dengan pemberian preparat besi
• Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
b. Tanda dan gejala
• Pucat (konjungtiva, telapak tangan,
palpebra)
• Lemah
• Lesu
• Hb rendah
• Sering berdebar
• Papil lidah atrofi
• Takikardi
• Sakit kepala
• Jantung membesar
c. Dampak
• Produktivitas rendah
• SDM untuk generasi berikutnya rendah
d. Penyebab
Sebab langsung
• Kurang asupan makanan yang mengandung
zat besi
• Mengkonsumsi makanan penghambat
penyerapan zat besi
• Infeksi penyakit
• Sebab tidak langsung
• Distribusi makanan yang tidak merata
ke seluruh daerah
Sebab mendasar
• Pendidikan wanita rendah
• Ekonomi rendah
• Lokasi ggeografis (daerah endemis
malaria)
• Kelompok sasaran prioritas
• Ibu hamil dan menyusui
• Balita
• Anak usia sekolah
• Tenaga kerja wanita
• Wanita usia subur
f. Penanganan
• Pemberian Komunikasi,informasi dan
edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui
• Pembekalan KIE kepada kader dan orang
tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita
• Pembekalan KIE kepada guru dan kepala
sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian
suplemen tambahan kepada anak sekolah
• Pembekalan KIE pada perusahaan dan
tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita
• Pemberian KIE dan suplemen dalam
bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)
6. DEFISIENSI
VITAMIN A
Prevalensi tertinggi
terjadi pada balita
a. Penyebab
• Intake makanan yang mengandung vitamin
A kurang atau rendah
• Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro
vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang
rendah pada ASI
• MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan
vitamin A
• Gangguan absorbsi vitamin A atau pro
vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)
• Gangguan konversi pro vitamin A
menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid
• Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis
kronik)
b. Sifat
• Mudah teroksidasi
• Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
• Larut dalam lemak
c. Tanda dan gejala
• Rabun senja-kelainan mata, xerosis
konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
• Kadar vitamin A dalam plasma
<20ug/dl d. Tanda hipervitaminosis Akut • Mual, muntah • Fontanela meningkat
Kronis • Anoreksia • Kurus • Cengeng • Pembengkakan tulang e. Upaya pemerintah
• Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A • Fortifikasi
(susu, MSG, tepung terigu, mie instan) • Distribusi kapsul vitamin A dosis
tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari dan agustus), ibu
nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU) • Kejadian tertentu,
ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU), hari
berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU) • Bila ditemukan
xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia 6-12
bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya
diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang
diberikan juga sesuai usia
• Pasien campak, balita (200.000 IU),
bayi (100.000 IU)
f. Catatan
• Vitamin A merupakan nutrient esensial,
yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan
bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air
• Gangguan asupan vitamin A bisa
menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas dan mortalitas,
dan pneumonia
7. GANGGUAN AKIBAT
KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
• Adalah sekumpulan gejala yang dapat
ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam
waktu yang lama.
• Merupakna masalah dunia
• Terjadi pada kawasan pegunungan dan
perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium
• Defisiensi yang berlangsung lama akan
mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok
a. Dampak
• Pembesaran kelenjar gondok
• Hipotiroid
• Kretinisme
• Kegagalan reproduksi
• Kematian
b. Defisiensi pada
janin
• Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
• Meningkatkan insiden lahir mati,
aborsi, cacat lahir
• Terjadi kretinisme endemis
• Jenis syaraf (kemunduran mental,
bisu-tuli, diplegia spatik)
• Miksedema (memperlihatkan gejala
hipotiroid dan dwarfisme)
c. Defisiensi pada
BBL
• Penting untuk perkembangan otak yang
normal
• Terjadi penurunan kognitif dan kinerja
motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang
mengalami defisiensi yodium
d. Defisiensi pada
anak
• Puncak kejadian pada masa remaja
• Prevalensi wanita lebih tinggi dari
laki-laki
• Terjadi gangguan kinerja belajar dan
nilai kecerdasan
e. Klasifikasi
tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
• Tingkat 0 : tidak ada pembesaran
kelenjar
• Tingkat IA : kelenjar gondok membesar
2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak
terlihat pada posisi tengadah maksimal
• Tingkat IB : hanya terlihat pada
posisi tengadah maksimal
• Tingkat II : terlihat pada posisi
kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter
• Tingkat III : terlihat nyata dari
jarak jauh
f. Sasaran
• Ibu hamil
• WUS
g. Dosis dan
kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
• Bayi < 1tahun : 100 mg
• Balita 1-5 tahun : 200 mg
• Wanita 6-35 tahun : 400 mg
• Ibu hamil (bumil) : 200 mg
• Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
• Pria 6-20 tahun : 400 mg
8. GAKY tidak
berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan
akibat kekurangan yodium
• Fetus : abortus, lahir mati, kematian
perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental,
mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor
• Neonatus : gangguan psikomotor,
hipotiroid neonatal, gondok neonatus
• Anak dan remaja : gondok, hipotiroid
juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan
• Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan
fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan beryodium
yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan
penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi
jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
a.
Pencegahan/penanggulangan
• Fortifikasi : garam
• Suplementasi : tablet, injeksi
lipiodol, kapsul minyak beryodium
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan masalah
gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai
faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik
yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat.
Penanggulangan masaah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi
lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan
timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada
sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Epidemiologi gizi
adalah ilmu yang mempelajari determinan dari suatu masalah atau kelainan gizi.
• Mempelajari distribusi dan besarnya
masalah gizi pada populasi manusia.
• Menguraikan penyakit dari masalah gizi
dan menentukan hubungan sebab akibat.
• Memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol dan
penanggulangan masalah gizi di masyarakat.
• Menguraikan penyebab dari masalah gizi
dan menentukan hubungan sebab akibat.
Masalah gizi
dihubungkan dengan:
1. Faktor dan penyebab masalah gizi (agent)
2. Faktor yang ada pada pejamu (host)
3. Faktor yang ada di lingkungan pejamu
(environment)