Makalah Pentingnya Menuntut Ilmu
Monday, August 29, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil
‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia
melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang
tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah
SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih
baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu
terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan
dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat.
Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang keutamaan menuntut ilmu
dengan tujuan agar kita tidak tersesat di dunia maupun di akherat kelak.
2. RUMUSAN MASALAH
Memberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu
Mengetahui hadis –hadis tentang kewajiban menuntut ilmu
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam
penyelesaian makalah ini melalui pemgumpulan data dengan alat bantu dari
beberapa buku dan artikel-artikel di internet.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dibuatnya makalah tentang keutamaan
menuntut ilmu diantaranya sebagai berikut:
Merupakan salah satu tugas individu yanag diberikan oleh dosen
pembimbing
Agar mahasiswa dan mahasiswi didik dapat
mengetahui dan memahami lebih jelas tentang keutamaan menuntut ilmu
sesuai dengan ajaran agama Islam
Mahasiswa dapat mempelajari dari makalah ini dan kemudian menerapkannya
dalam menjalani kehidupansehari-hari.
BAB I
PEMBAHASAN
Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan
Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim
baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong
menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut
ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya,
melihat atau mendengar. Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang
memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar
setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa
kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.[1]
Seperti terdapat dalam hadits yang
menyebutkan tentang keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu :
Artinya : Muawiyah RA berkata, Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah sebagai penyebar kebaikan,
Allah pasti memahamkan kepadanya urusan agama ini.” (Muttafaq’alaih)[2]
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah
menghendaki kepada siapapun sebagai penyebar kebaikan (ilmu) dan Allah akan
memberikan pemahaman (ilmu) kepada orang yang menyebarkan ilmu agamaNya. Maka
marilah kita bersungguh-sungguh dalam menyebarkan kebaikan (ilmu), karena
dengan ilmu yang kita amalkan maka kita akan mendapatkan tambahan pemahaman
ilmu. Karena ilmu adalah merupakan bekal hidup kita untuk mencapai kehidupan
fiddunyawa akhiroh.
Keutamaan
Ilmu Pengetahuan
Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi
orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan
kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala
pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan
‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala
kebutuhan hidup. Dalam hadit dijelaskan bahwa
menuntut ilmu dengan niatnya untuk mencari ridho Allah SWT.
Artinya : Abu Hurairah ra. Berkata,
Rasulullah saw bersabda, “barangsiapa belajar ilmu karena Allah, namun ia tidak
mempelajarinya melainkan hanya untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia
tidak akan mendapatkan aroma surga di hari kiamat kelak (HR. Abu Dawud dengan
sanad shahih)[3]
Jika kita menuntut ilmu dengan ridho Allah,
akan tetapi ilmu tersebut tidak dipelajari, tidak diamalkan namun hanya untuk
tujuan mencari kesenangan duniawi (nikmat dunia), maka Allah tidak akan
memberikan surga, bahkan harumnya surgapun tidak akan tercium. Maka marilah
kita menuntut ilmu karena allah, dan kita pelajari ilmu yang kita peroleh
karena Allah sebagai bekal hidup kita di dunia dan di akherat.
Dari hadits diatas, terdapat hikmah yang
dapat kita ambil, yaitu:
Kewajiban untuk ikhlas dalam mencari ilmu dan dengan niat hanya untuk
mencari ridha Allah.
Barangsiapa yang mencari ilmu karena Allah kemudian ia mendapatkan
keuntungan duniawi, maka diperbolehkan untuk mengambilnya dan tidak berdosa.[4]
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu
tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa ‘arab, ilmu sains seperti perubatan,
kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg
tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia
adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat
ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahwa yg paling aula (utama)
ialah mempelajari ilmu fardhu ‘ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu
fardhu ‘ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk
dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak
dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakkan. Ilmu yang
diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah
menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang
ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya
menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang
wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
‘aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan haji.
Anjuran untuk belajar ilmu serta
mengajarkannya agar dapat mendekatkan diri kepada Allah agar terhindar dari
jauhnya rahmat Allah, terdapat dalam hadits di bawah ini :
Artinya : Abu Hurairah ra berkara, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “
Dunia ini terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, taat
kepada Nya, dan orang yang berilmu serta yang mencari ilmu’’ (HR Tirmidzi: ia
berkata, “hadits ini hasan)[5]
Dunia seisinya akan terlaknat (celaka)
kecuali jika kita dapat menyelamatkan dengan jalan (cara) mendekatkan diri
kepada Allah (bedzikir kepada Allah, bertaqwa (taat kepada Allah), dan orang
yang berilmu). Hadits di atas dpat diambil pelajaran bahwa:
Anjuran untuk belajar ilmu serta mengajarkannya agar mendekatkan diri kepada
Allah dan terhindar dari jauhnya Allah
Dunia memang hina. Tetapi menuntut ilmu yang berkaitan dengan urusan
duniawi bukan kehinaan jika niatnya betul-betul untuk kebaikan umat manusia.[6]
Terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu,
yaitu: (1) mendapat kemudahan untuk menuju sorga, (2) disenangi oleh para
malaikat, (3) dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain, (4) lebih utama
daripada ahli ibadah, dan (5) menjadi pewaris Nabi.
Yang dimaksud dengan dimudahkan Allah
baginya jalan menuju sorga adalah ilmunya itu akan memberikan kemudahan
kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkannya masuk
sorga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus
dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami hal-hal
yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya membuat ia dapat
membedakan yang halal dari yang haram. Dengan demikian, orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu
tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat membawanya ke dalam
sorga.
Anjuran Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan
Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada orang yang mencari
ilmu. Malaikat telah mengetahui bahwa Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu
terbukti ketika mereka disuruh hormat kepada Adam setelah Adam menunjukkan
kelebihan ilmunya kepada malaikat. Oleh sebab itu, para malaikat merasa senang kepada
orang-orang yang berilmu karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun
oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan
kesenangan Rasulullah SAW. kepada para pencari ilmu. Ilmu itu sangat bermanfaat
bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia. Dengan ilmu pengetahuan
yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan indah. Penjagaan dan
pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan. Jadi, orang yang
memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta merupakan orang
mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih utama
daripada ahli ibadah. Keutamaannya diumpamakan oleh Rasulullah SAW. bagaikan
kelebihan bulan pada malam purnama dari bintang. Keutamaan bulan malam purnama
yang jelas dari bintang-bintang adalah dalam hal fungsi menerangi. Bulan itu
bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula menerangi yang lain.
Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya sendiri. Sifat
seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli ibadah.
Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk
dan dapat pula menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata lain,
orang ‘alim itu memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula bermanfaat bagi
orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai pewaris
Nabi. Ini merupakan penghormatan yang sangat tinggi. Warisan Nabi itu bukan
harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu berarti berusaha
untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta, untuk mendapatkan
warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa saja yang berminat
dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya mewarisi
ilmu itu sebanyak-banyaknya.
Artinya : Abu Hurairah ra berkata,
Rasulullah saw bersabda: jika anak Adam telah mati, maka terputuslah semua
amalnya melainkan tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak shalih yang mendoakannya. (HR Muslim)[7]
Jika keturunan anak adam telah mati (dunia
telah berakhir) maka akan terputuslah semua amalan manusia, terkecuali ada 3
hal yang akan tetap mengalir, yaitu :
Shadaqah jariyah (contoh: wakaf tanah untuk masjid dan masjid tersebut
masih aktif (subur jamaahnya)
Ilmu yang bermanfaat (seseorang yang menuntut ilmu dan ilmu itu
diajarkan atau ditularkan, diamalkan kepada orang lain. Contoh: ada seorang
santri belajar al qur’an kepada guru, setelah mendapatkan ilmu dan santri
tersebut mampu kemudian iapun mengamalkan ilmunya tadi kepada orang lain
Anak shalih yang mendoakan nya (anak yang selalu mendoakan orangtuanya
walaupun sudah tidak ada )
Kewajiban umat islam terhadap ilmu
pengetahuan seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah bahwa Rasulullah SAW.
mendidik umatnya untuk menjadi ‘alîm, (jamaknya ‘ulamâ’) dengan pendekatan
fusngsional. Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran
dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran dan bimbingan untuk mendapatkan ilmu diharapkan
berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam
kehidupan sosial.
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan,
setelah dipelajari, ia harus diajarkan kepada orang lain. Rasulullah saw.
mengkhawatirkan bila beliau telah wafat dan orang-orang tidak peduli dengan
ilmu pengetahuan, tidak ada lagi orang yang mengerti dengan agama sehingga
orang akan kebingungan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu
dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik
; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang
dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai
Allah swt.
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan,
setelah dipelajari, ia harus diajarkan kepada orang lain. Rasulullah saw.
mengkhawatirkan bila beliau telah wafat dan orang-orang tidak peduli dengan
ilmu pengetahuan, tidak ada lagi orang yang mengerti dengan agama sehingga
orang akan kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisaputra, ihsan .1981.Anjuran untuk
Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
Nawawi, Imam. 1999. ‘’Riyadhus Shalihin”.. Jakarta: Pustaka
Amin
http://zainal- blogspot.com
keutamaan-menuntut-ilmu-html
http://zainalmasri-blogspot.com/2012/04/kewajiban-menuntut-ilmu.html
[1] Zainal Masri, “kewajiban menuntut ilmu’’
dikases dari
http://zainalmasri-blogspot.com/2012/04/kewajiban-menuntut-ilmu.html pada
tanggal 26 November 2013 pukul 19.30 WIB
[2] Imam Nawawi, “Riyadhus Sahalihin”
Pustaka Amin, Jakarta: 1999 hal.531
[3] I bid
hal 541
[4] I bid
[5] I bid hal 536
[6] I bid
[7] I
bid hal 317