MAKALAH PENTINGNYA ILMU
Sunday, August 28, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PENTINGNYA BERILMU”
Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses perkuliahan. Dari lubuk
hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan.
Terakhir, ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada para penulis yang
tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan.
Langsa, 27
Desember 2012
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.
Pentingnya Ilmu...........................................................................................
2
B.
Adab Menuntut Ilmu................................................................................... 3
C.
Kewajiban Menuntut Ilmu........................................................................... 5
D.
Kewajiban Mengamalkan Ilmu.................................................................... 5
BAB III PENUTUP............................................................................................... 8
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jumlah Penduduk Indonesia sekarang ini kurang lebih 250 ribu juta
orang. Mayoritas dari penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan. Karena
kondisi mereka yang berada dalam garis kemiskinan, mereka sering sekali mengabaikan
masalah pendidikan, mereka tidak memperdulikan tentang pentingnya ilmu. Mereka
menghabiskan waktu mereka hanya untuk mencari sesuap nasi tanpa meluamgkan
waktu untuk mencari ilmu.
Kondisi ini juga tidak mutlak bahwa orang yang berada dalam garis
kemiskinan malas untuk mencari ilmu, sebagian dari pelajar kita yang mungkin
bisa dikatakan orang kecukupan. Mereka pun sering sekali mengabaikan
pendidikannya. Mereka pergi ke sekolah hanya untuk main-main bersama
teman-teman mereka, sehingga mereka pun sering sekali terlibat tawuran antar
siswa sekolah. Mereka harusnya bersyukur bahwa mereka dapat mengenya,
pendidikan.
Dilatarbelakangi masalah ini maka saya akan menulis makalah tentang
Pentingnya Ilmu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pentingnya Ilmu
2.
Adab Menuntut
Ilmu
3.
Kewajiban
Menuntut Ilmu
4.
Kewajiban
Mengamalkan Ilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Ilmu
Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan
pentingnya ilmu dan mempelajarinya.
Pertama: Dari ‘Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada
harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu
hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi.
Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun
diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada
hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan
Al-Mawardiy, hal.48)
Kedua: Dari
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Bahwasanya beliau apabila melihat para
pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang wahai sumber-sumber
hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan
tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk
mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.” (Jaami’ Bayaanil
‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52), Yakni bahwasanya sifat
mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam
rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan
mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai
macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak
bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti
berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat
atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.
Ketiga: Dari Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu,
karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya
adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya
adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah;
memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena
ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya
ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang
menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di
saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan
bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan
musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka
berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak
mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua
pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang
berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya;
setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka,
demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas
yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah
untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari
kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan
ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan
derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat
malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui
perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah
pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan
diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka
akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya.
Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena
kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah
berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri
kita untuk Allah atau di jalan Allah.
B.
Adab Menuntut
Ilmu
Dalam menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, yaitu :
1.
Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah.
Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk
menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk
mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang
lain.
2.
Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah
berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan
orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan Kami.”[1]
3. Terus-menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan
sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang
disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia
menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka
berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan
secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan
sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut Ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang
penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi
Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu
jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. Allah tidak
menyukai orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
5. Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada
kita
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri
kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan
sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya
melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti
menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan
kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS
An-Nahl:43.
!$tBur $uZù=y™ö‘r& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í‘ ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4
(#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
Artinya:
“dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[2]
jika kamu tidak mengetahui,”(Q. S An-Nahl: 43)
C. Kewajiban Menuntut Ilmu
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Kewajiban
menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu
pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama
saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah. Maka jika salah, kita
dapat terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh ketinggalan
dalam hal ilmu pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena
orang pintar akan lebih disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita
tidak akan mudah ditipu dan dibohongi orang lain. Imam Syafiiy sendiri selalu
merasa kurang akan ilmu yang dimilikinya dan selalu mencatat setiap ilmu yang diperolehnya
karena takut lupa. Kategori ilmu yang wajib dipelajari
• Fardu Ain
Wajib dipelajari (Akidah, syariah, akhlak)
• Fardu Kifayah
Perlu dipelajari untuk memenuhi keperluan diri, masyarakat dan
negara (perubatan, perniagaan, teknologi) Ilmu sihir diharamkan untuk
dipelajari[3]
D.
Kewajiban Mengamalkan
Ilmu
Abu Darda Radhiyallhu ‘Anhu berkata, "Engkau tidak akan
menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau tidak
dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya".[4]
Ali Radhiyallahu ‘Anhu berkata, "Ilmu membisikkan untuk
diamalkan kalau saeorang menyambut (maka ilmu itu akan bertahan bersama
dirinya). Bila tidak demikian maka ilmu itu akan pergi".
Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, "Seorang alim
senantiasa dalam keadaan bodoh hingga dia mengamalkan ilmunya. Bila dia sudah
mengamalkannya, barulah ia menjadi alim".
Tiada guna banyak belajar, tetapi tidak diamalkan. Kesudahannya,
ilmu yang dipelajari akan menjadi sebagai ilmu pengetahuan biasa saja, tanpa
mendapat faedah daripadanya.Amalan akan menjadi baik jika seseorang itu
berilmu. Oleh itu, umat Islam hendaklah belajar dan mengamalkannya kerana tanpa
amalan, ilmu itu tidak menjadi nur kepada kita. Rasulullah bersabda bermaksud:
“Orang alim itu ialah orang yang beramal dengan apa yang dia tahu.”
Diriwayatkan daripada Anas bin Malik, katanya, Rasulullah bersabda
: “diantara tanda hampir kiamat adalah terhapusnya ilmu Islam, munculnya
kejahilan, ramainya peminum arak dan perzinaan dilakukan secara
terang-terangan.”
Firman Allah SWT,
*
tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4
Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ
Artinya:
“mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka
tidaklah kamu berpikir?” (Q. S Al-Baqarah : 44)
Dalam ayat lain ketika berbicara tentang kisah Syu'aib as, Allah
SWT berfirman,
tA$s% ÉQöqs)»tƒ óOçF÷ƒuäu‘r& bÎ) àMZä. 4’n?tã 7poYÉit/ `ÏiB ’În1§‘ ÓÍ_s%y—u‘ur çm÷ZÏB $»%ø—Í‘ $YZ|¡ym 4
!$tBur ߉ƒÍ‘é& ÷br& öNä3xÿÏ9%s{é& 4’n<Î) !$tB öNà69yg÷Rr& çm÷Ztã 4
÷bÎ) ߉ƒÍ‘é& žwÎ) yx»n=ô¹M}$# $tB àM÷èsÜtGó™$# 4
$tBur þ’Å+ŠÏùöqs? žwÎ) «!$$Î/ 4
Ïmø‹n=tã àMù=©.uqs? Ïmø‹s9Î)ur Ü=ŠÏRé& ÇÑÑÈ
Artinya:
“Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai
bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang
baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? dan aku tidak berkehendak menyalahi
kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal
dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Q. S Huud: 88)
Dan firman Allah SWT,
ÏNºtÅ_º¨“9$$sù #\ô_y— ÇËÈ ÏM»uŠÎ=»G9$$sù #·ø.ÏŒ ÇÌÈ
Artinya: “dan demi (rombongan) yang melarang
dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat),dan demi (rombongan)
yang membacakan pelajaran,” (Q. S Ash-Shaf: 2-3)
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a., ia berkata: "Saya
mendengar Rasulullah saw. Bersabda, 'Pada hari Kiamat nanti akan dibawa seorang
lelaki itu dilemparkan ke dalam api Neraka. Maka terburailah ususnya dalam api
Neraka, lalu ia berputar-putar seperti seekor keledai berputar-putar
mengelilingi batu penggilingan, maka penduduk Neraka berkumpul mendekatinya dan
berkata: 'Hai Fulan, mengapa kamu seperti ini? Bukankah dahulu kamu menyuruh
kami kepada perkara ma'ruf dan melarang kami dari perkara munkar?' Maka lelaki
itu berkata: 'Dahulu aku menyuruh kamu kepada perkara ma'ruf namun aku sendiri
tidak melakukannya dan melarang kamu dari perkara munkar namun aku sendiri
melakukannya’." (HR Bukhari dan Muslim).
Barangsiapa tidak mengamalkan ilmunya atau perkataannya bertolak
belakang dengan perbuatannya, maka ia pantas mendapat adzah yang sangat pedih,
buruk dan keji. Allah membongkar aib dirinya dihadapah manusia di dalam Neraka
Jahannam, di mana ususnya terburai, lalu orang sok alim yang banyak berbicara
ini berputar-putar mengelilinginya seperti seekor kedelai. Sementara
orang-orang menyaksikannya dan keheranan melihat keadaannya. Lalu Allah
membuatnya berbicara tentang akibat dosanya sebagai celaan pedas dari Allah
atas dirinya dan celaan atas orang lain yang sama seperti dirinya. Kita memohon
kepada Allah keselamatan dari kerugian dan penyesalan di hari Kiamat.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Allah telah
memberikan anugerah yang cukup besar kepada manusia yaitu akal dan
pikiran. Dengan akal manusia bisa mencari tahu sesuatu hal-hal yang baru.
Dengan mencari sesuatu hal-hal yang baru jika dapat diketahui maka manusia
sudah mendapatkan ilmu . Dengan pikiran manusia dapat membedakan mana yang
baik dan mana buruk Ilmu merupakan suatu jalan untuk menuju ke
syurga. Sebagaimana sabda rasulullah SAW yang artinya :“segala sesuatu
yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu” orang yang paling utama
diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau
dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang
tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya.
Baca Juga
DAFTAR PUSTAKA
.
Mustaqim,
Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung : Al-Bayan PT Mizan Pustaka, 2005.
Abu
Zakariya Yahya, Imam. Riadhus Shalihin, Surabaya: PT Bungkul Indah, 1994.
Al-Bukhari,
Shahih Al-Bukhari, Beirut : Dar Al-Fikr, T.t.
http://ppi-alhalim.blogspot.com/2009/06/pentingnya-ilmu-makalah.html
Diposkan oleh PPI AL-HALIM pada 27 Juni
2009
[1] Mustaqim,
Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung : Al-Bayan PT Mizan Pustaka, 2005.
[2]
Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.
[3] Abu Zakariya
Yahya, Imam. Riadhus Shalihin, Surabaya: PT Bungkul Indah, 1994.
[4] Al-Bukhari,
Shahih Al-Bukhari, Beirut : Dar Al-Fikr, T.t.