teori teori merkantilisme dan modern
Wednesday, April 1, 2015
Merkantilisme adalah
suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya
ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat
penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan
jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang
dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan
meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan
dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa
pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan
perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak
insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang
besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang
dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.
Ajaran merkantilisme
dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode modern
(dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah mulai
timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara
dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem
kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori
merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara
Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme
mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi
baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika
sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara
industri terbesar di dunia.
Saat ini, semua ahli
ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap sebagai merkantilis
meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun
[1763], dan kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pada
kenyataannya, Adam Smith menjadi orang pertama kali menyebutkan kontribusi
merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang berjudul The Wealth of
Nations.[1] Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin mercari, yang
berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata merx,
berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh
para kritikus seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga
digunakan dan diadopsi oleh para sejarawan.
Teori-Teori Pertumbuhan
Ekonomi (Aliran Merkantilisme, Klasik, Neo Klasik dan Historis) - Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan yang telah lama dibahas oleh
ahli-ahli ekonomi. Berikut ini diuraikan teori-teori pertumbuhan ekonomi dari
berbagai aliran.
a. Aliran Merkantilisme
Pertumbuhan ekonomi
atau perkembangan ekonomi suatu negara menurut kaum Merkantilis ditentukan oleh
peningkatan perdagangan internasional dan penambahan pemasaran hasil industri
serta surplus neraca perdagangan.
b. Aliran Klasik
Tokoh-tokoh aliran
Klasik antara lain Adam Smith dan David Ricardo.
Teori Pertumbuhan
Ekonomi
1) Adam Smith
Adam Smith mengemukakan
teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul An Inquiry Into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations tahun 1776. Menurut Adam Smith, ada
empat fackor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
a) jumlah penduduk,
b) jumlah stok
barang-barang modal,
c) luas tanah dan
kekayaan alam, dan
d) tingkat teknologi
yang digunakan.
2) David Ricardo
David Ricardo
mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul The
Principles of Political Economy and Taxation. Menurut David Ricardo,
pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk, di mana
bertambahnya penduduk akan menambah tenaga kerja dan membutuhkan tanah atau
alam.
c. Aliran Neo Klasik
Tokoh-tokoh aliran Neo
Klasik di antaranya Schumpeter, Harrod – Domar, dan Sollow – Swan.
1) Schumpeter
Teori Schumpeter
menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat
pembaruan atau inovasi dalam ekonomi. Hal ini bertujuan untuk peningkatan
pertumbuhan perekonomian jika para pengusaha terus-menerus mengadakan inovasi
dan mampu pengadakan kombinasi baru atas investasinya atau proses produksinya.
Adapun jenis-jenis
inovasi, di antaranya dalam hal berikut.
a) Penggunaan teknik
produksi.
b) Penemuan bahan
dasar.
c) Pembukaan daerah
pemasaran.
d) Penggunaan
manajemen.
e) Penggunaan teknik
pemasaran.
2) Harrod – Domar
Dalam analisis teori
pertumbuhan ekonomi menurut Teori Harrod – Domar, menjelaskan tentang syarat
yang harus dipenuhi supaya perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh
(steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang digunakan oleh Harrod–Domar
dalam teori pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh beberapa hal-hal berikut.
a) Tahap awal
perekonomian telah mencapai tingkat full employment.
b) Perekonomian terdiri
atas sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor perusahaan (produsen).
c) Fungsi tabungan
dimulai dari titik nol, sehingga besarnya tabungan proporsional dengan
pendapatan.
d) Hasrat menabung
batas (Marginal Propencity to Save) besarnya tetap. Sehingga menurut Harrod –
Domar pertumbuhan ekonomi yang teguh akan mencapai kapasitas penuh (full
capacity) dalam jangka panjang.
3) Sollow–Swan
Menurut teori
Sollow–Swan, terdapat empat anggapan dasar dalam menjelaskan pertumbuhan
ekonomi.
a) Tenaga kerja
(penduduk) tumbuh dengan laju tertentu.
b) Fungsi produksi Q =
f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K : Kapital, L : Labour).
c) Adanya kecenderungan
menabung dari masyarakat.
d) Semua tabungan
masyarakat diinvestasikan.
Pada tahun 1817, David Ricardo menerbitkan
buku yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation. Bukunya
mempunyai pengaruh besar dalam pemikiran ekonomi, karena kecakapannya
menganalisis masyarakat dengan istilah-istilah yang abstrak.
d. Aliran Historis
Tokoh-tokoh yang
menganut aliran historis antara lain Friederich List, Bruno Hildebrand, Karl
Bucher, Werner Sombart, dan Walt Whitman Rostow.
1) Friederich List
(1789–18456)
Menurut Friederich
List, perkembangan ekonomi ditinjau dari teknik berproduksi sebagai sumber
penghidupan.Tahapan pertumbuhan ekonominya antara lain: masa berburu atau
mengembara, masa beternak atau bertani, masa bertani dan kerajinan, masa
kerajinan industri dan perdagangan. Buku hasil karyanya berjudul Das Nationale
System der Politischen Oekonomie (1840).
2) Bruno Hildebrand
(1812–1878)
Menurut Bruno
Hildebrand, perkembangan ekonomi ditinjau dari cara pertukaran (tukar-menukar)
yang digunakan dalam masyarakat. Tahap pertumbuhan ekonominya: masa pertukaran
dengan natura (barter), masa pertukaran dengan uang, dan masa pertukaran dengan
kredit/giral. Pendapatnya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Die National
Ekonomie der gegenwart und Zukunfit (1848).
3) Karl Bucher
(1847–1930)
Menurut Karl Bucher,
perkembangan ekonomi ditinjau dari jarak antara produsen dengan konsumen. Tahap
pertumbuhan ekonominya antara lain: rumah tangga tertutup, rumah tangga kota,
rumah tangga bangsa, dan rumah tangga dunia.
4) Werner Sombart
(1863–1941)
Menurut Werner Sombart,
perkembangan ekonomi ditinjau dari susunan organisasi dan idiologi masyarakat.
Tahapan pertumbuhan ekonomi menurut Werner Sombart adalah Zaman perekonomian
tertutup, Zaman perekonomian kerajinan dan pertukangan, Zaman perekonomian
kapitalis (Kapitalis Purba, Madya, Raya, dan Akhir). Karyanya ditulis dalam
sebuah buku yang berjudul Der Moderne Kapitalismus (1927).
5) Walt Whitman Rostow
Dalam bukunya yang
berjudul The Stage of Economic Growth,
W.W. Rostow membagi pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap atas dasar kemajuan
tingkat teknologi. Kelima tahap itu adalah masyarakat tradisional, prasyarat
lepas landas, lepas landas, gerakan ke arah kedewasaan, dan tahap konsumsi
tinggi.
Pembangunan berarti
suatu proses pengurangan atau penghapusan kemiskinan, kepincangan distribusi
pendapatan, dan pengangguran dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
perekonomian. Proses pembangunan ekonomi tersebut berbeda antara negara maju
dengan negara berkembang, karena pada negara maju sudah menunjukkan adanya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta kemajuan di berbagai bidang, sedangkan
negara yang sedang berkembang belum dapat mencapai hal itu.
Masalah dan hambatan
pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah sebagai berikut.
a. Laju Pertambahan
Penduduk yang Tinggi
Terdapat dua ciri
penting yang berdampak buruk pada usaha pembangunan, yaitu:
1) Jumlah penduduk
negara yang relatif besar
2) Tingkat perkembangan
penduduk yang sangat pesat
b. Taraf Hidup yang
Rendah
Taraf hidup dapat
dinilai, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini tampak dari
pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang memenuhi syarat, kesehatan yang
buruk, pendidikan yang rendah, angka kematian yang tinggi, dan sebagainya.
c. Pertanian
Tradisional
Kekurangan modal,
pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern dalam
kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini mempunyai produktivitas rendah dan
mengakibatkan pendapatan para petani berada pada tingkat subsisten (hidupnya
secara pas-pasan).
d. Produktivitas yang
Rendah
Produktivitas yang
rendah berarti kemampuan berproduksi para tenaga kerja di berbagai pekerjaan
sangat rendah.
e. Kekurangan Modal dan
Tenaga Ahli
Pada umumnya, di negara
berkembang masih memerlukan modal dan investasi untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kekurangan tenaga ahli di segala bidang membuat pembangunan ekonomi
kurang berjalan dengan lancar.
f. Penciptaan
Kesempatan Kerja
Semakin besar
pertambahan penduduk suatu negara, semakin besar pula jumlah tenaga kerja baru
yang akan memasuki angkatan kerja, sehingga memengaruhi kesempatan kerja dan
pengangguran.
g. Ketergantungan pada
Sektor Pertanian
Umumnya di negara
berkembang masih menggantungkan pada sektor pertanian dalam pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, sehingga akan dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi
suatu negara.