Makalah Sistema Urinaria Ginjal
Thursday, November 17, 2016
BAB II
PEMBAHASAN
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urine, ginjal berfungsi
menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin. Cabang
dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Ginjal
berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155
gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm.Letak retroperitoneal sebelah dorsal cavum abdominale, ginjal kiri
bagian atas V.Lumbal I, bagian
bawah V.Lumbal IV pada posisi
berdiri letak ginjal kanan lebih rendah.
Ginjal
mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1.
Mengatur
volume cairan dalam tubuh
Kelebihan
cairan dalam tubuh dikeluarkan sebagai urine encer dalam jumlah
besar.Kekurangan air atau kelebihan keringat menyebabkan urine diekskresikan
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan
relative normal.
2.
Mengatur
Keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
Ini terjadi
jika plasma terdapat pemasukan atau pengeluaran abnormal dari ion ion.Akibat
pemasukan garam atau penyakit ginjal akan meningkatkan eksresi ion ion penting
urine : Na, K, Cl, Ca dan Fosfat.
3.
Mengatur
keseimbangan Asam basa dalm tubuh
Hal ini
terjadi karena makanan yang dimakan.Apabila banyak makan sayur urine akan
basa.Jika asam terjadi karena campuran makanan.
4.
Ekskresi
sisa sisa hasil metabolisme
Bahan bahan
yang diekskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik,obat,hasil metabolism
hemoglobin dan bahan kimia.
5.
Fungsi
hormonal dan metabolisme
Ginjal akan
mengeksresikan hormone rennin yang berfungsi dalam mengatur tekanan darah.Serta
hormone dihidroksi kolekalsifenol atau vitamin D aktif untuk absorbs ion
kalsium dalam usus.
6.
Pengatur
tekanan darah
Memproduksi
enzim rennin,angiotensin dan aldosteron untuk mengatur tekanan daraah.
7.
Pengeluaran
zat beracun
A. Sistema Urinaria
1.
Fisiologi Ginjal
a)
Korteks renalis
Merupakan bagian luar Ginjal yang
berwarna merah coklat terletak langsung dibawah kapsula fibrosa dan berbintik
bintik.Bintik bintik pada korteks renalis karena adanya korpuskulus renalis
dari Malphigi yang terdiri atas Kapsula Bowmann dan Glomerulus.
1)
Kapsula Bowmann
Kapsula Bowmann merupakan permulaan
dari saluran ginjal yang meliputi Glomerulus
2)
Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman
pembuluh pembuluh darah pada ginjal.Secara fisiologis pada bagian Glomerulus
terjadi filtrasi darah untuk mengeluarkan zat zat yang tidak digunakan oleh
tubuh.
3)
Tubulus renalis
Tubulus renalis merupakan bagian
korteks yang masuk kedalam medula di antara priramida renalis,sering disebut
kolumna renalis.
b)
Medula renalis
Medula renalis terletak dekat
hilus,sering terlihat garis aris putih
karena adanya saluran yang terletak di piramida renalis.Tiap piramida renalis
mempunyai basis yang menjurus ke arah
korteks dan apeksnya bermuara kedalam kaliks miror sehingga menimbulkan
tonjolan yang dinamakan papila renalis yang merupakan dasar sinus
renalis.Jaringan medula dari piramida renalis ada yang menonjol masuk ke dalam
jaringan korteks disebut fascilus radiatus ferreini.
1)
Lengkung henle
2)
Dukstus koligentes
3)
Duktus
Bellini/Duktus papilaris
2.
Fisiologi Ureter
Ureter adalah saluran untuk urine yang berasal
dadi ginjal (melalui pelvis renalis) ke vesika urinaria (buli-buli). Saluran
ureter dibagi atas dua bagian, yaitu : pars abdominalis (pada dinding dorsal
abdomen ) dan pars pelvina (pada dinding pelvis).
1.
Pars
Abdominalis
Secara anatomi , pars abdominalis panjangnya
kurang lebih 25-35 cm. Terletak turun ke bawah ventral dari tepi medial
muskulus spoas mayor yang memisahkan dari ujung prosesus transvesus vertebra
lumbalis 2-5 dan merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang terletak dorsal
dari vasa renalis. Ureter dextra berjalan dorsal dari pars desenden duodeni,
arteri spermatika interna, arteri kolika dextra, dan arteri iliokolika serta
berada di sebelah kanan vena kava inferior. Ureter sinistra berjalan dorsal
dari arteri spermatika interna, arteri kolika sinistera, dan kolon sigmoid.
2.
Pars
Pelvica
Setelah masuk ke dalam kavum pelvis, ureter
berjalan ke kaudal pada dinding lateral pelvis yang tertutup oleh peritoneum.
Mula-mula terletak ventro – kaudal dari arteri venous iliaka interna kemudian
menyilang medial dari (korda) arteri umbinikalis dan arterivananervus
obturatoria. Pada tempt yang setinggi spina iskiadika ia membelok ke arah
ventro medial, kemudian mencapai bagian dorsal vesika urinaria kurang lebih setinggi
4 cm kranial dari tuberkulum pubikum.
3.
Fisiologi Vesica
Urinaria
a)
Mukosa
Mukosa
merupakan jaringan ikat kedur sehingga dalam keadaan kosong mukosa vesika
urinaria membentuk lipatan-lipatan yang disebut sebagai Rugae vesikae. Rugae
ini menghilang bila vesika urinaria terisi penuh sehingga mukosanya tampak
licin.
b)
Submukosa
Submukosa
terdiri atas jaringan ikat kendur dengan serabut-serabut elastis kecuali pada
trigonum lieutodidi mana mukosanya melekat erat pada jaringan otot di bawahnya.
c)
Muskularis
Lapisan
muskularis terdiri atas jaringan otot polos dengan jaringan ikat fibrous di
antaranya. Tebalnya tergantung dari vesika urinaria. Otot-otot ini semua
dinamakan muskuli detrussor. Pada trigonum lieutodi jaringan ototnya adalah
lanjutan dari stratum longitudinalis ureter, sedangkan tonus interureterikus
dibentuk di stratum sirkularis yang mengelilingi ureter. Muskularis vesika
urinaria tersusundari tiga lapisan. Lapisan paling luar berjalan longitudinal
menebal pada daerah kollum melanjutkan diri ke prostat (pada pria) dan ke
uretra plika rektovesikalis, plika pubovesikalis (pada wanita). Lapisan tengah
berjalan sirkular dan paling tipis di antara dua lapisan sebelumnya.
4.
Fisiologi Uretra
a)
Uretra Pria
Uretra pada pria merupakan saluran fibromuskular
untuk jalan urine dari vesika urinaria keluar dan juga untuk jalan keluar
sekret dari vesikula seminalis, glandula prostata, dan glandula bulbo uretralis
serta spermatozoa. Uretra pria lebih panjang dari pada uretra wanita.
Panjangnya kurang lebih 20 cm di mulai dari kallum vesikae menembus kelenjar
prostat difragma urogenital, kemudian melalui korpus spongiosum penis berakhir
di glans penis.
1.
Pars
Prostatika Uretrae
Pars prostatika uretrae adlah
bagian dari uretra yang melalui prostat dimn lumennya paling lebar dan palig
elastis. Panjangnya kurang lebih 3cm, bentuknya fusiformis, dan alam keadaan
kosong dinding anterior dan posterior saling berdekatan. Pad dinding posterior
(bagian dalam) terdapat beberapa sruktur, diantaranya sebagai berikut.
a. Krista
uretralis : merupakan tonjolan memanjang dari mukosa
dinding dorsal di bagian medial ke arah kranial berhubungan dengan uvula
vesikae ke kaudal berhubungan dengan pars membranasea uretrae.
b. Kolikus
seminalis (verumontanum) : merupakan pelebaran krista
uretralis kira-kira pada pertengahannya.
c. Urtikulus
protatikus (vagina maskulina) : lubang pada puncak
kollikulus seminalis yang sebetulnya merupakan muara dari suatu suatu saluran
yang berhubungan dengan lobus medius prostat. Bagian ini homolog pada bagian
vagina pada wanita.
d. Hiatus
ejakulatorius : muara dektus ejakulatoris terdapat sebelah
kanan dan kiri urtikulus prostatikus (sedikit lebih distal).
e. Sinus
prostatikus : celah di sebelah kanan dan kiri krista
uretralis. Disini terdapat lubang-lubang orifisium dari granula prostata.
2.
Pars
membranasea uretra
Pars membranasea uretrae
dimuali dari apeks prostat sampai setinggi bulbus penis. Bagian ini adalah
bagian uretra waktu menembus diafragma U.G., dan merupakan bagian yang pendek
(panjang 2cm). Letak pars membranacea uretrae 2 cm dorsal dari simfisis pubis.
Pada bagisn ini terdapat muskulu sfingter uretra eksternum. Kaudal dari
difragma urogenitalis dinding posterior uretra berhubungan dengan bulbus penis.
3.
Pars
kavernosa uretrae
Letaknya didalam korpus
spongiosum penis berjalan melalui bulbus korpus dan glans penis (pars
navikularis) lumen uretra melebar pada bulbus (fossa intrabulbar) dan pada
glandula (fossa navikularis). Pada dinding ventralnya bermuara duktuli dari
glandula bulbouretralis kaudal dari difragma urogenitalis.
Vaskularisasi.
Vaskularisasi arteri uretra pria dintaranya arteri haemorrhoidalis media,
arteri vesikalis kaudalis , arteri bulbi penis, dan arteri uretralis.
Vaskularisasi vena uretra pria berjalan melalui pleksus vesikopudendalis
dialirkan ke vena pudendalis inerna.nodus limfa iliaka interna dan eksterna.
Dari pars spongiosa ke nodus limfa inguinalis dan limfa iliaka eksterna.
b)
Uretra Wanita
Uretra wanita lebih pendk dari pada uretra pria,
memiliki panjang 4 cm berjalan ke ventrokaudal mulai dari ofisium uretrae
internum (pada kolum vesicae) sampai pada vesicae uretrae eksternum pada
vestibulum vaginae (antara intoitus vaginae dan klitoris).
Bagian dalam adalah mukosa dimana terdapat
lubang-lubang glandula uretralis (lakuna uretralis)dan di bagian kaudalnya
terdapat duktus parauretralis (homolog dengan prostat) yang bermuara pada sisi
kanan dan kiri ofisium uretra eksrernum. Lapisan luar adalah muskularis bagian
kranial/proksimal sirkular (pada kollum vesikae). Stratum longitudinalis dari
vesika urinaria ikut memperrkuat bagian ini. Bagian tengah erdiri atas jaringan
otot plos yang bergaris yang berasal dari muskulus pubovaginalis. Bagian distal
tidak ada jaringan ototnya.
Vaskularisasi.
Vaskularisasi arteri uretra wanita pada bagian kranial/proksimal dari arteri
vesikalis inferior, bagian tengah dari arteri vesikalis inferior dan arteri
uterina, serta bagian distal masuk dari arteri pudendalis interna. Vaskularisasi vena uretra
wanita masuk ke dalam pleksus venous vesikalis pudendalis interna.
Aliran
limfa. Aliran limfa uretra pada wanita mengikuti
arteri pudendalis interna ke nodus limfa iliaka interna dan eksterna.
B. Sirkulasi
pada Ginjal (Tahap Pembentukan Urine)
1. Filtrasi
Proses
ini terjadi di glomerulus. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
Bowman. Cairan tersebut tersusun oleh urea, glukosa, air,
ion-ion anorganik seperti natrium kalium, kalsium, dan klor. Darah
dan protein tetap tinggal di dalam kapiler darah karena tidak dapat
menembus pori–pori glomerulus.Cairan yang tertampung di simpai Bowman
disebut urine primer. Selama 24 jam darah yang tersaring dapat mencapai
170 liter. Penyaringan
di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam
amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi
penyerapan kembali sebagian besar glukosa,natrium,klorida, fosfat, dan ion
bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal denga obligator
reabsorbsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan
akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara
aktif dikenal dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila
renalis.
3. Sekresi
Sisanya penyerapan urine
kembali yang pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan
ke ureter masuk ke vesika urinaria.
4.
Augmentasi
Augmentasi
adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Urine yg telah terbentuk
(urine sekunder), dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (duktus kolektivus), selanjutnya urine dibawa ke pelvis renalis. Dari
pelvis renalis, urine mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara bagi urine. Jika kantong
kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga
timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan meliputi air,
garam, urea, dan sisa substansi lainnya seperti pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urine. Warna urine setiap orang berbeda dan biasanya
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan,
ataupun penyakit. Warna normal urine adalah bening hingga kuning pucat
C. Pemekatan
Urine
Apabila
permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui
interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali
ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan
pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air
tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan
melalui urin, urin akan encer.
Permeabilizas
duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan
ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan
tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi
air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air.
Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran
ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus
sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang.
Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu
encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang
diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan
osmolalitas ekstrasel meningkat. (Corwin, 2000).
D. Hormon pada Ginjal
1.
Hormon yang bekerja
pada Ginjal
a)
Hormon antidiuretik
( ADH atau vasopressin )
Merupakan peptida yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis posterior, hormon ini menngkatkan reabsorbsi air pada
duktus kolektifus.
b)
Aldosteron
Merupakan hormon steroid yang
diproduksi oleh korteks adrenal, hormon ini meningkatkan reabsorbsi natrium
pada duktus kolektivus.
c)
Peptida
Natriuretik ( NP )
Diproduksi oleh sel jantung dan
meningatkan ekskresi natrium pada duktus kolektivus.
d)
Hormon
paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi
oleh kelenjar paratiroid, hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi
kalsium dan produksi vitamin D pada ginjal.
2.
Hormon yang
dihasilkan Ginjal
a)
Renin
Merupakan protein yang dihasilkan
oleh apparatus jukstaglomerular, hormon ini menyebabkan pembentukan angiotensin
II. Angiotensin II berfungsi langsung pada tubulus proximal dan bekerja melalui
aldosteron ada tubulus distal. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.
b)
Vitamin D
Merupakan hormon steroid yang
dimetabolisme di ginjal, berperan meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat dari
usus.
c)
Eritropoeitein
Merupakan protein yang diproduksi di
ginjal, hormon ini meningkatkan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
d)
Prostaglandin
Diproduksi di ginjal, memiliki
berbagai efek terutama pada tonus pembuluh darah ginjal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin,
ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari
kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi
Ginjal
adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sistem urinaria adalah suatu
sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Fungsi ginjal memegang peranan yang sangat penting.
Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih). Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet.
B.
Saran
Saran dalam makalah ini sangat diperlukan untuk memperbaiki lebih
baik dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Saiffuddin.
2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Salemba Medika
Gibson John.
2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk perawat. Jakarta. EGC
Pearce,Evelyn.
2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Ward,Jerremy,dkk.2009.At
Glance Fisiologi. Jakarta. Erlangga
Buduanto,A.2005.
Guidance to AnatomyII.
Surakarta:keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS
Ganong,W,F(1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17.
Jakarta:EGC
http://www.pediatricnursing.net/ce/2008/article04128135