Diskripsi Penjelasan Beton Bertulang
Wednesday, November 2, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton
adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta
yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.
Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan
beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan
(workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti
substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi
menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton.
Dalam
suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan
terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama.
Momen - momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau
adanya gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa
atau bisa juga diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka
dari itu, setiap penampang komponen pada struktur seperti balok dan
kolom harus direncanakan kuat terhadap setiap gaya internal yang
terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser maupun torsi
yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Apa Defenisi Struktur Beton Bertulang?
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?
C. Tujuan Penulisan
Dengan
tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan tentang :
Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton
Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang,
Kolom, Pengantar Gempa, dan Balok
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Struktur Beton Bertulang
Beton
bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan
bangunan yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan
bangunan tersebut.
Beton
mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi.
Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi
terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah
karena bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap
beban tekan). Namun, dengan menempatkan tulangan dibagian beton yang
mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton
terhadap beban tarik.
Demikian
juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan,
beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah
tulangan mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa
kombinasi dari kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru
yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari
masing-masih bahan tersebut sebelum digabungkan. Berikut kita akan
paparkan sesuatu yang berhubungan dengan bahan bangunan beton dan
tulangan baja.
Beton
adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau
semen hidrolik lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate
kasar, air dan dengan atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan tekan beton
yang digunakan untuk perencanaan ditentukan berdasarkan kekuatan tekan
beton pada umur 28 hari. Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan lebih 100 MPa, kekuatan tekan beton yang umum
digunakan dalam perencanaan berkisar antara 20 – 40 MPa. Seperti
diterangkan sebelumnya, beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi akan
tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, hanya berkisar antara 8%
sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi kelemahan dari bahan
beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja
tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.
Baja
tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja
tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar)
hanya dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk
kasus-kasus tertentu.
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton
bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton
bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur,
besar maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan,
dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah
(viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya.
Sukses besar beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah
dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya.
Kelebihan tersebut antara lain :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.
b) Beton
bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan
dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata,
batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai
sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan padapermukaannya
saja tanpa mengalami keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan
dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam
kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai
kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat
dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan
berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam hitungan
tahun, karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
f) Beton
biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi
tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan
semacam itu.
g) Salah
satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana
sampai atap kubah dan cangkang besar.
h) Di
sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen
dan tulangan baja, yang mungkin saja harus didatangkan daridaerah lain.
i) Keahlian
buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang lebih
rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk
dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal dengan
baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara
lain :
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan tulangan tarik.
b) Beton
bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya
sampai beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga
sementara mungkin diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap berada
pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan struktur-struktur
sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk menahan
beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya
bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total biaya
suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton
bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya
bekisting.
c) Rendahnya
kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur
bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat
mempengaruhi momen lentur.
d) Sifat-sifat
beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa
ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material
lain seperti struktur baja dan kayu.
C. Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan
yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat
beton bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat
tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan
tingkat pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini
biasanya ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan
kelembapan 100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari
dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada
kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton
dengan kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton
prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti
untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi,
beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan
oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai
kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara
pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah
kubus berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap
silinder-silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya
hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji
kubus.
Kekuatan
beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan
seperti itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan
beton diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat
teliti dan perhatian penuh kepada detail-detail seperti pencampuran,
penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya
yang relatife lebih besar. Kurva tegangan-regangan pada gambar
dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap
sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
· Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 - 2/3 kekuatan maksimum beton.
· Diatas
kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva
tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini
mengakibatkan beberapa masalah ketika kita melakukan analisis struktural
terhadap konstruksi beton karena perilaku konstruksi tersebut juga akan
nonlinear pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
· Satu
hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun
besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya
pada regangan sekitar 0,002.
· Beton
tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan
tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture)
pada regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.
· Banyak
pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan- regangan
untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa
untuk sisi balok yang mengalami tekan.
·
Harus
diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail
daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang
lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami
kegagalan.

2. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung
dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa
defenisi mengenai modulus elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari kurva.
b) Modulus
tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada
kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50%
dari kekuatan maksimum beton.
c) Kemiringan
dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada
kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan
tekan maksimumnya disebut Modulus sekan.
d) Modulus
yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus jangka
panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang
diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.

Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis
3. Modulus elastisitas dinamis
Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan
sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis
dan kira-kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas
dinamis ini biasanya dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa
atau tumbukan.
4. Perbandingan Poisson
Ketika
sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal
ini disebut sebagai Perbandingan Poisson(Poisson’s ratio). Nilainya
bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton
mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak
ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini dengan nilai-nilai,
seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan
sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari
perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari
perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain
bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu
lainnya.
5. Kuat Tarik
Kuat
tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar
bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak
menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini
tidak terjadi bila balok menerima beban
Meskipun
biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan
sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak
yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu
akan mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar,
hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas
tarik dari beton. Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini,
diperkirakan bahwa nilai modulus elastisitas tarik beton sama dengan
modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya,
anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan
tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang
menahannya. Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada
regangan tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang
terdapat pada baja hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi
tidak ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat
tekan ultimitnya fc’. Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan
berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc’. Kuat tarik ini cukup
sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik aksial langsung akibat
sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan
dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban tersebut. Sebagai
akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak
langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus
keruntuhan dan uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu
mengalami lentur sangat penting ketika kita sedang meninjau retak dan
lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama ini menggunakan kuat
tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan. Modulus keruntuhan
biasanya dihitung dengan cara membebani sebuah balok beton persegi
(dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari as ke as) tanpa-tulangan
berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban terpusat yang
besarnya sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai
dengan yang disebutkan dalam ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan
sampai keruntuhan terjadi akibat retak pada bagian balok yang mengalami
tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian dari rumus lentur.
Pada rumus-rumus berikut ini :

Tegangan
yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan
elastic sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak
dari sumbu netral.
6. Kuat Geser
Melakukan
pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul murni
tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit.
Akibatnya, pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu
menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5
dari kuat tekan maksimumnya.
7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan
tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada
struktur beton.
D. Kolom
Definisi
kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka
(frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun balok anak.
Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah
hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan
pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur
yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan
ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical yang besar,
selain itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau
puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal
yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan
baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi.
E. Balok
Balok
adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal
dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang
diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat
yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan
gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan yang
penting dan bertujuan untuk memikul beban tranversal yang dapat berupa
beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang
efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu struktur bangunan
terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.
F. Pengantar Gempa
Kerak
bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer
yang mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut
mantle, sehingga kerak bumi ini dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk
menerangkan pergerakan-pergerakan kerak bumi tersebut adalah teori
perekahan dasar laut (Sea Floor Spreading Theory) yang dikembangkan oleh
F. V. Vine dan D. H. Mathews pada tahun 1963 (Irsyam, 2005). Bersatunya
masa batu atau pelat satu sama lain dicegah oleh gaya-gaya friksional,
apabila tahanan ultimate friksional tercapai karena ada gerakan kontinyu
dari fluida dibawahnya dua pelat yang akan bertumbukan satu sama lain
akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang bersifat transient yang menyebar
dari satu titik kesuatu arah yang disebut gempa bumi. Gempa bumi yang
menimbulkan kerusakan yang paling luas adalah gempa tektonik. Gempa bumi
tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kerak bumi (lithosfer)
yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam
beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami
kemajuan yang berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban
gempa. Kemajuan ini dikombinasikan dengan hasil penelitian
modern yang membuat para insinyur struktur dapat mendesain suatu
struktur yang aman ketika mengalami bebangempa yang besar, selain itu
dapat pula mendesain bangunan yang tetap dapat terus beroperasi selama
dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu bangunan
bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada
struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban
gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang
termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa.
Gempa
yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan
mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan
tanah tersebut menimbulkan percepatan sehingga struktur yang memiliki
massa akan mengalami gaya berdasarkan rumus F = m x a. Namun struktur
pada umumnya memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan gaya
vertikal dibandingkan dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal
harus diperhitungkan untuk unsur-unsur struktur gedung yang memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap beban gravitasi seperti balkon, kanopi dan
balok kantilever berbentang panjang, balok transfer pada
struktur
gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat
diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya
gempa lateral bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan
UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan merupakan kerusakan structural
c) Diperbolehkan
terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat,
namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban
gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas
beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas
struktur yang mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung
didalam struktur tersebut. Peluang dilampauinya beban nominal tersebut
dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya adalah gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.
Tingkat daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk struktur gedung secara
umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa nominal adalah
beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan
faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas
adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan
pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat
beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama,
sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga
struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam
kondisi diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur gedung (μ)
adalah rasio
antara
simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada
saat mencapai kondisi diambang keruntuhan (δmax) dan simpangan struktur
pada saat terjadinya sendi plastis ya ng pertama (δy), seperti terlihat pada persamaan di bawah ini:

Untuk
μ =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang
berprilaku elastik penuh, seangkan μm adalah nilai faktor daktilitas
maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang
bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa

Dimana
C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat
total gedung termasuk beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi
gempa, dan I adalah faktor keutamaan. Beban geser dasar nominal V harus
dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa
nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat ke-i menurut persamaan di bawah ini:


Apabila
rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap
sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik
ekuivalen.
2. Respon Spektra
Untuk
menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa
beban geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan
atau gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada
struktur gedung tidak beraturan, untuk masing-masing wilayah gempa
ditetapkan respon spektra gempa rencana. Respon spektra adalah suatu
diagram yang memberi hubungan antara percepatan respon maksimum suatu
sistem Satu Derajat Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu,
sebagai fungsi dari faktor redaman (dumping) dan waktu getar alami
sistem SDK tersebut (T). Bentuk respon spektra yang sesungguhnya
menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar alami (T) meningkat
menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu nilai
maksimum, kemudian turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton
adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta
yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan
beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap
api dan air, Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang
tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan
yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang
ekonomis, kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam,
membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, serta Keahlian buruh yang
dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan
beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat tarik yang
sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton
tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton
sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan
yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat
beton bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis,
Modulus elastisitas dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat
Geser dan Kurva Tegangan-Regangan.
B. Saran
Kepada
pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan mampu
mamahami dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah ini
terdapat materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar
memberikan koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah yang sangat
sederhana ini
DAFTAR PUSTAKA
http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21076/3/Chapter%20II.pdf