Makalah Kesehatan Lingkungan Kota
Thursday, September 29, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota
merupakan beban dari sumber-sumber alam dan mengotori udar dan air,
menimbulkan polusi lingkungan, baik di tingkat daerah, kota, nasional,
maupun global. Sanitasi lingkungan merupakan unsur mendasar dalam
menjaga kesehatan yang dimaksud sanitasi lingkungan adalah menciptakan
lingkungan yang sehat bebas dari penyakit.
Dalam
hal ini sebelum kita mempelajari lingkungan, kita harus lebih dahulu
mengetahui sejarah perkembangan kota dan lingkungan. Mengingat kota
tentu kita juga mengingat lingkungan merupakan masalah yang harus
dihadapi manusia dalam melakukan aktivitas, kota juga merupakan pusat
kreativitas, budaya, dan perjuangan keras manusia. Kota merupakan
mikrokosmil masalah, menghubungkan kesehatan lingkungan dengan agam
tentunya sangat berkaitan, membahas lingkungan tentu juga baru,
memperhatikan bagaimana dampaknya terhadap penduduk apabila pada saat
itu lingkungan mengalami kerusakan atau tercemar oleh sampah dan
menimbulkan penyakit , tentunya hal demikian itu akan mempengaruhhi
kesehatan. Disamping itu untuk memperpanjang umur manusia dengan
meningkatkan aspek-aspek kehidupan, serta mencegah sebab-sebab
terjadinya pencemaran lingkungan kota.
BAB II
PEMBAHASAN
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Sanitasi
lingkungan merupakan unsur mendasar dalam menjaga kesehatan. Yang
dimaksud sanitasi lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat
yang bebas dari penyakit. Hal demikian yang dimaksud “bersih” adalah
kebersihan jasmani, pakaian, dan kebiasaan seseorang, kebersihan jalan,
rumah, saluran air serta kebersihan makanan dan minuman.
Dalam
sejarah manusia, belum pernah terjadi baik agama samawi hingga
undang-undang karya manusia yang menggunakan kesehatan lingkungan
semacam ini, sebagai suatu ajaran yang vital sebagaimana Islam. dalam
beberapa ayat Al-Qur’an, dapat kita lihat bahwa surat pertama yang
diturunkan adalah panggilan kepada ilmu, sedang yang kedua adalah
panggilan kebersihan. Surat pertama yang diturunkan adalah surat “Iqra”
yang artinya “bacalah”, sedang surat yang kedua adalah QS. Al-Mudatsir :
“ dan pakaianmu bersihkanlah”
1. Masyarakat Berwawasan Ekologi Berkelanjutan : Berbagai Tantangan.
Jalan
menuju ke masyarakat berwawasan ekologi memerlukan dua pendekatan yang
pararel: Pertama, menyampaikan masalah-masalah lingkungan yang mendasar
saat ini, dan kedua, menyampaikan faktor-faktor utama sosial, ekonomi,
dan politik yang membentuk alasan dasar kerusakan lingkungan. Kedua
pendekatan itu bersandar dalam kerangka kemitraan yang berkolaborasi
dimana berbagai tokoh dan lembaga.
a. Mengelola sampah
Sekarang
sampah merupakan masalah besar perkotaan, baik di negara berkembang
maupun di negara maju, masalah sampah di kota termasuk di dalamnya
semakin sulitnya memperoleh lahan baru untuk dijadikan tempat pembuangan
sampah, meningkatnya populasi yang berasal dari sampah dan dari proses
pengelolaan serta pembuangan sampah, penipisan sumber-sumber alam
akibat pembuangan, serta penglolaan sampah memakai biaya besar. Masalah
perkotaan tidak terbatas pada kota itu sendiri. Tetapi juga berpengaruh
sangat besar pada daerah sekelilingnya, ketika timbul tuntutan akan
wilayah yang lebih luas untuk mengotori luapan sampah. Pencarian solusi
membawa kepada keberhasilan menetapkan sebuah masyarakat yang
berorientasi pada sistem daur ulang, yang memungkinkan cara-cara yang
tepat membatasi meningkatnya sampah dapat dicapai dan
mekanisme-mekanisme inovatif memberikan solusi yang bergairah yang
melibatkan para tokoh. Pendekatan teknologi dan undang-undang untuk
melakukan daur ulang. Sistem pasar yang mendukung masyarakat
berorientasi daur ulang, dorongan inisiatif daur ulang yang berbasis
masyarakat, dan perubahan sikap publik terhadap konsumsi dan pembuangan
melalui informasi dan pendidikan publik merupakan beberapa metodologi
yang mengkombinasikan pendekatan “atas ke bawah” dan “bawah ke atas”.
b. Polusi
Setelah
sampah, kini polusi mengambil berbagai bentuk pada banyak tingkat.
Masalah yang menjadi perhatian khusus adalah polutan yang menimbulkan
kerugian bagi penduduk perkotaan dan siklus ekologi, yang dihasilkan
lewat pembakaran sampah, emisi industri, dan gas buangan kendaraan
bermotor. Dengan semakin jelasnya dampak kesehatan terutama dari gas
toksin (beracun) seperti dioksin dan gas perusak hormon, muncul tekanan
dari beberapa arah. Polutan undang-undang yang dilaksanakan, penelitian
ilmiah dari kalangan pemerintah, dan desakan publik secara khusus
memainkan peranan penting.
c. Transportasi
Transportasi
kendaraan bermotor telah mempertinggi mobilitas manusia dan turut
memperbesar kemajuan ekonomi. Namun demikian, muncul berbagai akibat
negatif dalam bentuk kecelakaan lalu lintas, ketidakadilan sosial,
kemacetan, dan polusi udara. Keinginan yang mengurangi ketergantungan
yang berlebihan pada mobil pribadi tampaknya meningkat, terutama yang
menggunakan bensin. Gejala ini direspon dengan menciptakan mobil yang
berpolusi rendah, dorongan sikap publik yang kurang mengandalkan
transportasi swasta, usaha-usaha dengan memberlakukan undang-undang
untuk memperkecil dampak lalu lintas pada lingkungan, prakarsa
kolaborasi antara pemerintah dan industri untuk membuat dukungan
politik yang lebih besar bagi transportasi publik berskala besar dan
ozon “bebas mobil” demikian juga dengan program perencanaan perkotaan
yang memainkan peranan penting dalam mendesain kota untuk mengubah
transportasi ke arah pelayanan publik yang adil.
2. Hubungan Kesehatan Dengan Agama
Menurut
WHO (world health organization), sehat adalah “Memperbaiki kondisi
manusia, baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata
memberantas penyakit”
Sedangkan
“Al-Thibbul wiqo’i” adalah ilmu yang berfungsi menjaga individu dan
masyarakat terhadap normalitas kesehatannya. Untuk merealisasikan tujuan
ini, “At thibul wiqo’i” (judul buku dan kajian buku ini pent)
mengkonfirmasikan antara pendidikan, petunjuk (baca wahyu) dan
penelitian agar dapat memelihara umat manusia dari berbagai penyakit
sebelum dihinggapi atau upaya preventif meluasnya wabah penyakit
menular. Di samping itu untuk memperpanjang umur manusia dengan
meningkat aspek-aspek ekhiudpan serta mencegah sebab-sebab terjadinya
ketegangan saraf.
3. Kota dan lingkungan
Kota
merupakan pusat kreativitas, budaya dan perjuangan keras manusia. Kota
memang merupakan sebuah teka-teki. Kota merupakan mikrokosmis masalah,
di samping peluang, dan umat manusia ketika komunitas perkotaan tumbuh
menjadi lebih besar dan padat hingga tidak bisa terkendali lagi.
Interaksi umat manusia dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan
manusia terletak pada kualitas kehidupan pada jutaan mungkin juga
miliyaran orang di seluruh dunia dan pengalaman pun menjadi tercampur
baur. Berbagai akibat lingkungan yang merugikan yang menjadi dari sifat
dari pusat-pusat perkotaan sudah banyak diketahui dan memang benar
adanya. Masalah-masalah tersebut memberikan tantangan besar akibat
yang langsung dengan mendasar bagi eksistensi umat manusia.
Kota
merupakan beban dari sumber-sumber alam dan mengotori udara dan air,
menimbulkan polusi lingkungan, baik di tingkat daerah, kota, nasional,
maupun global. Pembangunan perkotaan secara nyata merusak lingkungan
alam dan wilyah-wilayah di sekitarnya. Penduduk perkotaan memberikan
tuntutan besar kadang-kadang tak terpenuhi atau persedian air bersih,
sistem pembuangan kotoran, pengaturan sampah, perumahan, dan
transportasi yang aman dan pantas.
Sumber air dan ekosistem.
Pada
abad ke 21, kekurangan dan pencemaran air oleh bencana banjir akan
menjadi masalah serius di sebagian besar kota-kota di negara-negara
berkembang. Muncul anggapan bahwa air akan mengantikan minyak tanah
sebagai pusat ketegangan politik. Secara historis, kapasitas sebuah kota
akan dibatasi oleh ketersediaan sumber-sumber air di kota tersebut.
Namun, kota-kota besar yang terletak di wilayah hilir dari sumber air
telah menghapuskan faktor-faktor pembatas itu dengan membangun waduk
besar di bagian hulu sehingga merusak wilayah hulu. Agar wilayah-wilayah
hulu dan hilir dapat saling berdampingan di masa mendatang, perhatian
selanjutnya khususnya dinegara-negara berkembang, adalah bencana banjir
yang menyebabkan tidak terserapnya air hujan ke dalam tanah, karena
tingkat urbanisasi melaju cepat, dan penyedotan air tanah yang
berlebihan, yang menyebabkan sirkulasi air regional dan menyebabkan
tanah longsor. Sejumlah isu tersebut dapat dimengerti bahwa tuntutan
kota akan air bersih, sebagian besar tidak dipenuhi.
4. Sumber dan energi
Ketika
kata menuntut kebutuhan akan air dalam jumlah besar, mereka juga
menuntut akan energi yang nantinya mengakibatkan kerusakan di lingkungan
lokal nasional dan global. Meningkatnya karbondioksida dan sulfur
dioksida merupakan masalah nyata. Tujuan masyarakat berwawasan ekologi
adalah mencakup etos “Kata hemat energi” meliputi konservasi dan daur
ulang dalam berbagai tingkat. Sama halnya dengan moralitas yang juga
memiliki beragam segi, inovasi teknologis merupakan instrumen penting
dalam mengembangkan peningkatan energi berkelanjutan dan pendekatan
hemat energi pada transportasi, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan
industri; perjanjian internasional mengenai menyebarnya polusi telah
menetapkan standar kebijakan energi nasional yang memerlukan banyak
penyesuaian pada berbagai tingkatan. Namun energi mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap energi dan konsep ‘masyarakat hemat
energi” secara politik dianggap sensitive dan sangat ditentang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dalam makalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam
sejarah manusia, belum pernah terjadi baik agama Samawi hingga
undang-undang karya manusia yang menggunakan kesehatan lingkungan
semacam ini, sebagai suatu ajaran yang vital sebagaimana Islam.
Dari berbagai dampak yang selalu saja bermasalah di tiap kota adalah
- Sampah
- Polusi dan
- Transportasi
Serta
biasa pula terjadi di kota dan lingkungan adalah sumber air dan
ekosistem, kesemuanya ini telah menjadi masalah besar di lingkungan
kota.
2. Saran
Sebagai
manusia biasa saya menyadari bahwa dalam makalah tersebut masih
terdapat banyak kekurangan dan permasalahan, meskipun saya sudah
berusaha semaksimal mungkin, tapi itulah hasil usaha saya. Oleh karena
itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat motivasi sangatlah saya
harapkan sebagai saran buat saya untuk ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Bumi Aksara; Desember 1996.
Budihardjo Ir, Eko, Prof. M.S.C, Kota dan Lingkungan, United Nation, University Pers Jakarta, LP3ES, 2003.
Shigo, Takahasi, Profesor, Departement of Economi, Aoyama Gakwin University, Jepang.
Jasan Hunter, Pejabat Program Lingkungan, Nautilus Institue for Security and Sustainable Development, California.