MAKALAH KEMANDIRIAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
Sunday, September 18, 2016
BAB. 1 Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perekonomian nasional.Hal ini dapat dilihat dari
kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional.
B. RumusanMasalah
Pada Makalah
kami kali ini, kami akan membahas tentang :
a.
Kemandirian
Pangan
b.
Pembanguan
Pertanian
c.
Masalah
dan Solusi Kemandirian Pangan dan Pembangunan Pertanian
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
Rumusan Masalah Makalah yang kami tulis, maka tujuan penulisan Makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Memberi
Pengartian tentang Kemandirian Pangan dan Pembangunan Pertanian
2.
Memberi
contoh masalah yang terdapat dalam Kemandirian Pangan dan Pembangunan Pertanian
3.
Memberi
Solusi dari Masalah Tersebut
D. Manfaat Penulisan
Dengan Makalah
ini kami berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai
bahan pertimbangan bagi petani dalam mengusahakan usahataninya
untuk
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal sehingga nantinya
mampu
meningkatkan pendapatan.
2. Sebagai
informasi dalam pengambilan kebijakan bagi para eksekutif, mengenai
optimalisasi
sistem usahatani dalam upaya memaksimalkan
pendapatan
usahatani.
BAB. 2 Kemandirian
Pangan dan Pembangunan Pertanian
A. Kemandirian Pangan
Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam
negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumahtangga, baik dalam jumlah, mutu,
keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan
yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. (Pasal 1 Angka 9 UU Nomor 41
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan).
B. Pembangunanpertanian
Pembangunanpertaniandapatdidefinisikansebagai suatuprosesperuba-hansocial, Implementasinya tidakhanyaditujukanuntuk meningkatkanstatus
dankesejahteraanpetanisemata,tetapisekaligus jugadimaksudkanuntuk mengembangkanpotensisumberdayamanusiabaik secaraekonomi,sosial,politik,budaya,lingkungan,maupunmelaluiperbaikan
(improvement ),
pertumbuhan (growth)danperubahan(change)(Iqbal Dan Sudaryanto,2008).
C.
Masalah Pembangunan Pertanian
Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas
dari berbagai macam masalah yang dihadapi.
Pertanian merupakan jantung
pertahanan bagi ketahanan pangan Indonesia saat ini. Selain itu juga,
pertanian adalah sektor utama penyedia bahan pangan, baik bagi
manusiamaupun pakan bagi ternak/hewan dan ikan yang merupakan bagian dari
siklus pertanian itu sendiri. Meninggalkan sektor pertanian dalam pembangunan
nasional, terutama dalam ketahanan panganakan membawa bangsa ini kepada krisis.
Namun, membangun pertanian Indonesia tanpa komitmen untuk meningkatkan
kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan akan membawa bangsa ini kepada
krisis keadilan juga.
Dari gambaran krisis ini,
terdapat kaitan yang sangat erat antara ketahanan pangan dan pertanian yang
tidak dapat dipisahkan. Tanpa pertanian yang maju, ketahanan pangan tidak akan
sukses, dan tanpa ketahanan pangan yang baik, bangsa ini akan mengalami suatu
masalah yang sangat serius yaitu kelaparan dan kemiskinan. Tetapi masalah itu
dapat kita selesaikan dengan menjadikan pertanian Indonesia yang menjadi solusi
untuk meningkatkan ketahanan pangan di negara kita.
Mendorong pembangunan pertanian yang menjanjikan merupakan salah satu usaha untuk mensejahterakan rakyatIndonesia khususnya.Tentu pemikiran ini adalah sebuah langkah untuk menaggapi permasalahan kemiskinan dan kelaparan di Indonesia. Usaha memajukan pertanian ini akan terus disempurnakan sehingga sampai pada langkah-langkah operasional yang diperlukan pemangku kepentingandalam pemberdayaan pertanian ini.
Mendorong pembangunan pertanian yang menjanjikan merupakan salah satu usaha untuk mensejahterakan rakyatIndonesia khususnya.Tentu pemikiran ini adalah sebuah langkah untuk menaggapi permasalahan kemiskinan dan kelaparan di Indonesia. Usaha memajukan pertanian ini akan terus disempurnakan sehingga sampai pada langkah-langkah operasional yang diperlukan pemangku kepentingandalam pemberdayaan pertanian ini.
Berbagai bentuk krisis
pangantelah terjadi selama ini yang merupakan bukti bahwa lemahnyasektor
pertanian dalam pemenuhan pangan di Indonesia, sehingga mengakibatkan banyak
terdapat keluarga petani Indonesia yang ketahanan pangannya rendah yang
mengakibatkan kemiskinan bahkan menimbulkan penyakit kekurangan gizi pada
anak-anak dan penyakit busung lapar. Sehingga solusi terhadap persoalan pangan
iniakan selalu terkait denganmasalah kemiskinan dan kelaparan. Kesejahteraanpetaniyang
relatif rendahsaat iniakan sangat menentukan prospek ketahanan pangandi
Indonesia ke depannya. Kesejahteraan tersebut diakibatkan oleh berbagai
faktor yang timbul dan keterbatasan petani, diantaranya
yangpalingutama adalah :
a. Sebagian
petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif yang
mendukung pekerjaan mereka,kecuali tenaga kerjanya
b. Luas lahan
pertanian yang sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi
c. Terbatasnya
akses terhadap dukungan layanan pembiayaandan penyuluhan pertanian
d. Tidak
adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih
memadai untuk mereka terapkan
e.
Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai
f. Struktur
pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar yang
sangat lemah
g. Ketidak-mampuan,
kelemahan, atau ketidak-tahuan petaniitusendiri.
Estimasi kebutuhan pangan
yang ideal harus disediakan dan dikonsumsi masyarakat untuk mencapai gizi
seimbang yang dapat diproyeksikan dengan pendekatan interpolasi linier untuk
mencapai Skor PPH 100 pada tahun 2020.Penetepan angka 2020 ini merupakan
kesepakatan yang diambil dan didasarkan atas pertimbangan bahwa setelah
mencapai MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 (menurunkan kelaparan
sampai setengahnya).Adapun Proyeksi Konsumsi dan Penyediaan Pangan di Indonesia
dengan mengacu PPH pada tahun 2020 disajikan pada tabel berikut ini.
No
|
Kelompok/Jenis Pangan
|
Konsumsi
|
Penyediaan
|
1
|
Padi-padian
|
-
|
-
|
Beras
|
21.728
|
23.901
|
|
Jagung
|
307
|
337
|
|
1.961
|
2.158
|
||
Subtotal Padi-padian
|
23.987
|
26.386
|
|
2
|
Umbi-umbian
|
-
|
-
|
Ubi Kayu
|
5.242
|
5.767
|
|
Ubi Jalar
|
1.233
|
1.357
|
|
Sagu
|
222
|
245
|
|
Kentang
|
768
|
845
|
|
Umbi Lainnya
|
384
|
423
|
|
Subtotal Umbi-umbian
|
7.850
|
8.635
|
|
3
|
Pangan Hewani
|
-
|
-
|
Ikan
|
7.512
|
8.263
|
|
Daging Ruminansia
|
671
|
738
|
|
Daging Unggas
|
1.103
|
1.214
|
|
Telur
|
2.291
|
2.520
|
|
Susu
|
658
|
724
|
|
Subtotal Pangan Hewani
|
12.212
|
13.433
|
|
4
|
Sayur dan Buah
|
-
|
-
|
Sayur
|
14.277
|
15.705
|
|
Buah
|
5.785
|
6.363
|
|
Subtotal Sayur dan Buah
|
20.062
|
22.068
|
|
5
|
Minyak dan Lemak
|
||
Minyak Kelapa
|
906
|
996
|
|
Minyak Sawit
|
1.233
|
1.356
|
|
Minyak Lain
|
42
|
47
|
|
Subtotal Minyak dan Lemak
|
2.181
|
2.399
|
|
6
|
Kacang-kacangan
|
||
Kacang Tanah
|
223
|
245
|
|
Kacang Kedelai
|
2.533
|
2.786
|
|
Kacang Hijau
|
227
|
-
|
|
Kacang lain
|
-
|
-
|
|
Subtotal Kacang-kacangan
|
3.053
|
3.358
|
|
7
|
Gula
|
-
|
-
|
Gula Pasir
|
2.248
|
2.472
|
|
Gula Merah
|
269
|
296
|
|
Sirup
|
-
|
-
|
|
Subtotal Gula
|
2.617
|
2.878
|
|
8
|
Sayur dan Buah
|
-
|
-
|
Sayur
|
14.277
|
15.705
|
|
Buah
|
5.785
|
6.363
|
|
Subtotal Sayur dan Buah
|
20.062
|
22.068
|
|
9
|
Lain-Lain
|
-
|
-
|
Minuman
|
885
|
974
|
|
Bumbu
|
419
|
461
|
|
Lainnya
|
-
|
-
|
|
Subtotal Lain-Lain
|
1.308
|
1.439
|
Sumber
: Martianto dkk (2006)
Pada tabel di atas
terlihat, bahwa sepanjang terdapat konvergensi dari jaminan interpolasi linear
ini maka ketahanan pangan nasional tidak akan berkurang. Namun, masalahnya
sekarang adalah masih adanya kekurangan dalam tatanan distribusi, akses,
dan konsumsi dari bahan pangan tersebut. Pada kenyataannya hal ini sangat sulit
untuk diatasi, sehingga menyebabkan kenaikan harga pangan di pasar sangat pesat
dibanding tahun 2007 yang mungkin dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal juga.
Adapun faktor eksternal
adalah :
1) adanya kenaikan harga
pangan di pasar dunia,
2) menurunnya
produksipangan dunia karena perubahan iklim terutama masalah kekeringan di
negara produsen serta menurunnya luas areal panen,
3) pengaruh kenaikan harga
minyak bumi yang menyebabkan ongkos produksi naik, 4) adanya perubahan iklim
global dan konversi komoditas pangan ke bahan bakar nabati
5) adanya penguasaan
perdagangan biji-bijian oleh beberapa korporasi multinasional, dan
6) masuknya investor di
bursa komoditas.
Penyebab faktor internalnya
adalah:
1) adanya konversi lahan
sawah untuk pemukiman dan industri,
2)luas areal panen hanya
mengalami peningkatan yang sangat kecil (sekitar 1,4 % pada tahun 2008),
3) produktivitas relatif
tetap,
4) margin yang diterima
petani untuk tanaman pangan sangat rendah dibandingkan komoditas hortikultura,
dan
5) harga komoditas tanaman
pangan yang relatif rendah.
Pertumbuhan penduduk
Indonesia yang semakin pesat juga dapat mempengaruhi ketahanan pangan suatu
negara. Penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan bertambah menjadi
2 kali lipat dan jumlahnya sekarang, menjadi ± 400 juta jiwa. Dengan
meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan
konsumsi/kapita untuk berbagai pangan. Akibatnya, dalam waktu 35 tahun yang
akan datang Indonesia memerlukan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 2
kali jumlah kebutuhan saat ini.
Penduduk Indonesia 1900 – 2035
Tahun
|
Jumlah
|
1900
1930
1960
1990
2000
2035
|
40 juta
60
juta
95
juta
180
juta
210
juta
400
juta
|
Diawal abad ke 20, selama
30 tahun penduduk Indonesia bertambah 20 juta jiwa, dan diawal abad 21, selama
30 tahun penduduk Indonesia bertambah hampir 200 juta jiwa. Penduduk Indonesia
menjadi 5 kali lipat dalam waktu 100 tahun.Akibat pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat dan produksi bahan pangan yang menurun di Indonesia,
mengakibatkan Indonesia harus mengimpor bahan pangan dari luar negeri. Contoh
konkritnya adalah kedelai yang diimpor pada tahun 1990-1998 hanya berkisar
antara 343.000-541.000 ton, meningkat tajam sejak tahun 1999-20007 menjadi
antara 1.133.000-1.343.000 ton.
Dari permasalahan di atas,
dapat kita berikan argumen bahwa pertanian Indonesia masih memerlukan perhatian
yang sangat serius dari berbagai pihak untuk mensejahterakan petani dan untuk
meningkatkan ketahanan pangan di negara ini.Dan tidak lepas dari perhatian
pemerintah sebagai penyelenggara peraturan, pembinan dan pengawas terhadap
pertanian Indonesia.Masalah-masalah yang dihadapi negara kita inibukanlah yang
pertama kali terjadi di dunia ini. Masalah yang kita alami initelah pernah
dialami oleh banyak negara lain dan banyak yang dapat mengatasinya dengan
sukses.Seharusnya negara kita belajar dari pengalaman negara tersebut
untuk mengatasi masalah yang ini. Di samping itu juga peran masyarakat maupun
pihak swasta juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini serta memajukan
pertanian Inndonesia yang berkelanjutan.
Agar
penbangunan pertanian memiliki arah yang jelasdan berkesinambungan, negara
perlu menetapkan politik pertanianyaitu keputusan sangat mendasar dibidang
pertanian pada tingkat negara, yang menjadi arah ke depan, untuk menjadi acuan
semua pihak yang terlibat, dengan sasaran membangun kemandirian di bidang
pangan.
Memang,
isu tentang penbangunan pertanian sudah cukup lama dibahas, namun hingga saat
ini belum terlihat langkah-langkah yang kongkret serta efektifuntuk
meningkatkan pertanian yang mandiri. Yang terjadi malah Indonesia semakin
tergantung dengan impor bahan pangan,serta kebijakan-kebijakan yang ditempuh pemerintah
justru semakin menekan pertanian Indonesia itu sendiri, seperti
membebaskan bea masuk untuk impor gandum dan kedelaiyang menguasai pasar
Indonesia.Padahal pertanian Indonesia sangat mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan. Untuk itu pemerintah berperan dalam memfasilitasi kondisi yang
kondusif bagi masyarakat dan swasta untuk berkiprah dalam pembangunan
pangandalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Selain pemerintah, kita juga
perlu menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk menanggulangi masalah
ketahanan pangan ini. Dan inimenjadi tanggung jawab semua pihak.
Untuk itu perlu dikembangkan suatu komitmen dan kerjasama diantara semua pihak
terutama dalam bentuk kerjasama yang erat antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat (yang antara lain direpresentasikan oleh kalangan LSM dan perguruan
tinggi).Tugas pemerintah adalah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian, pengawasan terhadap ketersediaan pangan, kecukupan , perataan
pangan, baik dalam jumlah, mutu, aman, bergizi, beragam, serta harga,
distribusi, daya beli masyarakat.
Upaya untuk terciptaanyakondisi tersebut,
makapemerintahmenetapkan target pembangunan pertanian Indonesia ke
depannya, yaitu peningkatan pada produksi dan swasembada yang berkelanjutan,
diversifikasi pangan,nilai tambahpada produk pertanian Indonesia, daya
saingdengan produk luar, ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani,
peternak dan nelayan dengan visi pertanian Indonesia tahun 2009-2014 adalah
menjadikan Pertanian Indonesia menjadi pertanian industrial unggul
berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian
pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu,
perspektif baru yang harus diterapkan adalah perspektif
pembangunanpertanianyang berkedaulatan
berkeadilan, , dan berkelanjutan yang
harus mewarnai pembangunan dan penataan sektor dan bidang-bidang tersebut.
Ketiga prinsip tersebut didasarkan pada akar persoalan bangsa Indonesia yang
masih terperangkap ke dalam ketergantungan dengan pihak asing baik dalam
pemikiran pembangunan, peraturan perundangan, formulasi dan implementasi
kebijakan, aspek-aspek kehidupan sosial, maupun birokrasi.
Prinsip-prinsip pembangunan
yang berkedaulatan adalah mencakup hal-hal di bawah ini :
1. Pemikiran pembangunan yang
lebih mencerminkan kepada kedaulatan rakyat
2. Peraturan
perundang-undangan yang mencerminkan kedaulatan dan pemihakan terhadap
kepentingan rakyat banyak
3. Kebijakan ekonomi-politik
yang berorientasi kepada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
4. Berdaulat dalam pengalokasian
sumber-sumber keuangan untuk kesejahteraan rakyat
5. Rezim devisa yang lebih
berdaya guna untuk pengembangan ekonomi yang mensejahterakan rakyat
6. Kedaulatan atas pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
7. Perlindungan dan penguatan
terhadap munculnya kelompok-kelompok tani, nelayan, peternak, perkebunan
yang berdaulat dalam mengatur dan mengembangkan sumberdaya.
Prinsip-prinsip
pembangunan yang berkeadilan adalah sebagai berikut :
Ø Pemikiran pembangunan yang
lebih menjamin keadilan bagi seluruh masyarakat
Ø Kesetaraan akses,
pemanfaatan, dan kontrol bagi rakyat atas sumber-sumber ekonomi
Ø Kebijakan ekonomi-politik
yang lebih berkeadilan bagi rakyat banyak
Ø Keadilan dalam alokasi
sumber-sumber keuangan untuk mengoreksi ketimpangan sosial ekonomi
Ø Penegakan hukum untuk
menjamin keadilan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber sumber ekonomi bagi
rakyat banyak
Adapun
prinsip-prinsip berkelanjutan adalah sebagai berikut :
a. Integrasi prinsip-prinsip
yang berkelanjutan dalam formulasi kebijakan, rencana, dan program
pembangunan
b. Pemulihan kualitas
lingkungan dan stok sumberdaya alam untuk mencegah ancaman terhadap
ketidakberlanjutan pembangunan
Perspektif baru pembangunan
pertanian ini mengajukan sumberdaya alam domestik untuk dikelola dengan
berbasis IPTEK yang tepat guna, memadai, dan mempunyai daya dukung lingkungan.
Sehingga perspektif pembangunan pertanian ini membutuhkan peran negara dan
pasar secara proporsional, tepat guna, dan bijak.Dalam kaitan tersebut,
terdapat peluang untuk menciptakan kebijakan fiskal progresif yang membangun
infrastruktur pertanian dalam arti luas dan perdesaan yang ditopang oleh
kebijakan moneter yang tepat serta pergeseran dari kebijakan sistem perbankan
berbasis cabang kepada sistem perbankan yang berbasis unit dimana pengembangan
kebutuhan kredit diidentifikasikan berdasarkan stimulus lokal.Dengan perspektif
baru tersebut maka diperlukan pengarahan kembali (redirecting)
strategi dan kebijakan pembangunan yang diharapkan mencapai bangsa mandiri yang
didukung pertanian dan pedesaan yang tangguh untuk meningkatkan ketahanan
pangan.Berdasarkan analisis terhadap krisis-krisis bangsa khususnya pangan,
maka reorientasi kebijakan dasar yang diperlukan adalah perubahan strategi
pembangunan dan penataan ruang berimbang yang berkelanjutan, penanggulangan
kemiskinan, reforma agraria, percepatan pembangunan pedesaan.Pengarahan kembali
strategi dan kebijakan ini dilakukan berdasarkan isu-isu krisis bangsa yang
sekarang ini terjadi. Perspektif baru pembangunan merupakan kerangka memandang
strategi dan kebijakan di bidang ekonomi, pangan, ekologi, dan pertanian.©
Sumber :
BAB. 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa beberapa penjelasan diatas mengenai masalah kemandirian pangan dan pembangunan pertanian kiranya para pembaca dapat memahami dan mengerti serta ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah tersebut, bukan hanya pemerintah saja yang bekerja. Jika pemerintah menjalankan Fungsinya dan memberikan kebijakan-kebijakan namaun masyarakat tidak ikut berperan aktif maka akan percuma usaha dan kebijakan-kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Dari beberapa beberapa penjelasan diatas mengenai masalah kemandirian pangan dan pembangunan pertanian kiranya para pembaca dapat memahami dan mengerti serta ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah tersebut, bukan hanya pemerintah saja yang bekerja. Jika pemerintah menjalankan Fungsinya dan memberikan kebijakan-kebijakan namaun masyarakat tidak ikut berperan aktif maka akan percuma usaha dan kebijakan-kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Selain
memberi dukungan pada pemerintah untuk menjalankan segala kebijakan, kita harus
mengikuti langkah-langkah yang diambil pemerintah (selama hal tersebut bersifat
membangun dan tidak merugikan kita).
Dari uraian di atas, dapat
kita berikan argumen bahwa pertanian Indonesia masih memerlukan perhatian yang
sangat serius dari berbagai pihak untuk mensejahterakan petani dan untuk
meningkatkan ketahanan pangan di negara ini.Dan tidak lepas dari perhatian
pemerintah sebagai penyelenggara peraturan, pembinan dan pengawas terhadap
pertanian Indonesia.
Masalah-masalah yang
dihadapi negara kita ini bukanlah yang pertama kali terjadi di dunia ini.
Masalah yang kita alami ini telah pernah dialami oleh banyak negara lain dan
banyak yang dapat mengatasinya dengan sukses. Seharusnya negara kita
belajar dari pengalaman negara tersebut untuk mengatasi masalah yang ini. Di
samping itu juga peran masyarakat maupun pihak swasta juga sangat dibutuhkan
untuk mengatasi masalah ini serta memajukan pertanian Inndonesia yang
berkelanjutan.
B.
Saran
Agar penbangunan pertanian
memiliki arah yang jelasdan berkesinambungan, negara perlu menetapkan politik
atau menganmbil sebuah kebijakan (Keputusan) pertanian yaitu keputusan sangat
mendasar dibidang pertanian pada tingkat negara, yang menjadi arah ke depan,
untuk menjadi acuan semua pihak yang terlibat, dengan sasaran membangun
kemandirian di bidang pangan.
Pemerintah harus
menargetkan peningkatan pada produksi dan swasembada yang berkelanjutan,
berdaya saing dengan produk luar, ekspor, serta peningkatan kesejahteraan
petani, peternak, dan nelayan.Sehingga, petani Indonesia menjadi petani
Industrial yang unggul dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
(Iqbal Dan Sudaryanto,2008).
Sumber : Martianto dkk
(2006)
Sumber :
Penulis : Karta Jaya H Tambuna
Penulis : Karta Jaya H Tambuna