PENGARUH KENAKALAN REMAJA PADA SEKOLAH
Wednesday, March 13, 2013
PENGARUH KENAKALAN REMAJA PADA SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BALAKANG
Kenakalan remaja
saat ini semakin banyak terjadi. Di tempat tinggalku juga mengalami hal seperti
itu. Bahkan di luar sana lebih parah lagi. Banyak anak seusia remaja menjadi
anak yang nakal rata-rata yaitu remaja putra. Hampir semuannya putus
sekolah,dan mereka tidak mau sekolah lagi disebabkan oleh beberapa faktor.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja”
bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan
individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi,
perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil
dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di
kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku
menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku
disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak
layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari
transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari
transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal.Tempat
penelitian di Mentikan,sampel 5 remaja di Mentikan. Tahun pelajaran 2008-2009.
2.PERUMUSAN
MASALAH
Saat ini banyak
terjadi kenakalan remaja.Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa faktor.
Pada dasarnya
kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.Lalu,Apa pengaruh
kenakalan remaja terhadap sekolah atau bidang pendidikan?
3.TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah mengupas tentang kenakalan remaja terhadap sekolah baik
pengaruh, dampak, beserta penyimpangan penyimpangan yang terjadi.
4.MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari
penelitian ini antara lain :
* Mengetahui
faktor-faktor kenakalan remaja.
* Mengetahui
pengaruh kenakalan remaja terhadap sekolah.
* Mendapat
informasi mengenai pengaruh kenakalan remaja beserta dampaknya.
* Mengetahui cara
menanggulangi / menjauhi kenakalan remaja terhadap sekolah.
BAB 2
METODE
PENELITIAN
1. Sample
Sampelnya
mengambil 5 orang remaja dari kalangan yang berbeda baik tingkat SLTP, SLTA,
bahkan di Mentikan kota Mojokerto. Tahun 2008-2009.
2. RENCANA
PENELITIAN
- Meminta
persetujuan wali kelas.
- Melakukan
observasi awal dan wawancara.
-
Mengidentivikasi masalah.
- Menganalisa
masalah dan menentukan faktor penyebabnnya.
- Yang terakhir
ini adalah tahapan memuat hasil tulisan ke dalam blogger.
BAB 3
ISI
Kenakalan remaja
saat ini memang sudah banyak terjadi. Misal terjadi di sekolah. contohnnya anak
sekolah sudah banyak yang merokok, membolos sekolah untuk kepentingan yang
negatif,pacaran,membantah guru dan tidak menghargainya. Secara teoritis
keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak
terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik
dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga.
Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan.
Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian diatas dapat
disimpulkan.Bahwa kenakalan remaja sangat berpengaruh negatif bagi remaja.Saat
remaja memperoleh berbagai sifat.Hal ini bisa terjadi karena adanya beberapa
faktor. Faktor dari keluarga, lingkungan,pergaulan dll. Remaja secara otomatis
akan menimbulkan berbagai perubahan sifat.Sebagai contoh seorang remaja yang
sebelumnya pendiam berubah menjadi remaja yang nakal.Hal ni terjadi karena
pergaulan teman yang kurang baik dan remaja itu mengikuti teman karena ingin
mencoba-coba hal yang baru,bisa juga karena gengsi,dari remaja ini termasuk
dalam remaja yang kurang baik. Dan pada akhirnnya mereka malas untuk sekolah
lagi.
4.2 SARAN
Pembaca tidak boleh ikut-ikutan oleh ajakan teman yang berbuat negatif. Dan harus punya pendirian yang tetap dan harus kuat imannya. Sekolah sangat penting bagi seusia kita,karena untu menambah wawasan yang luas dan ilmu yang bermanfaat. Dan bekal untuk masa depan supaya menjadi orang yang sukses nantinnya.
4.2 SARAN
Pembaca tidak boleh ikut-ikutan oleh ajakan teman yang berbuat negatif. Dan harus punya pendirian yang tetap dan harus kuat imannya. Sekolah sangat penting bagi seusia kita,karena untu menambah wawasan yang luas dan ilmu yang bermanfaat. Dan bekal untuk masa depan supaya menjadi orang yang sukses nantinnya.
kenakalan
metode penelitian tentang kenakalan remaja
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan menyelidiki variabel penelitian yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pengukuran pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari.
Penelitian tindakan kelas ini merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus seperti gambar berikut:
Gambar 1. Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang didesain dalam faktor yang diselidiki, untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi pokok pengukuran.
Dengan mengacu pada gambar 1, maka prosedur penelitian tindakan ini meliputi : 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi; 4) refleksi dalam setiap siklus.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini meliputi :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 01) untuk pertemuan pertama sesuai dengan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual.
2) Membuat Lenbar Kegiatan (LKS 01)
3) Membuat lembar observasi aktivitas siswa selama KBM berlangsung, serta lembar aktivitas guru dalam menerapkan model pendekatan kontekstual.
4) Menyiapakan instrumen tes hasil belajar berupa tes essay yang digunakan pada akhir siklus (siklus 1) beserta kunci jawabannya.
5) Mengembangkan alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi : “Pelaksanaan Tindakan sesuai dengan penggunakan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pengukuran pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari pada sub pokok pengukuran, pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01) untuk pertemuan pertama dan RPP 02 untuk pertemuan ke-2.
c. Observasi dan Evalasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan pendekatan kontekstual oleh peneliti yang dilakukan oleh satu observer yaitu guru IPA-Fisika dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh 3 orang observer. Dan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa pada materi pokok pengukuran dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus I).
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melaksanakan diskusi refleksi berdasarkan hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi. Untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan telah efektif serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan pengukuran.
Dalam tahap ini, keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi dipertahankan dan diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan menyelidiki variabel penelitian yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pengukuran pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari.
Penelitian tindakan kelas ini merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus seperti gambar berikut:
Gambar 1. Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang didesain dalam faktor yang diselidiki, untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi pokok pengukuran.
Dengan mengacu pada gambar 1, maka prosedur penelitian tindakan ini meliputi : 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi; 4) refleksi dalam setiap siklus.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini meliputi :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 01) untuk pertemuan pertama sesuai dengan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual.
2) Membuat Lenbar Kegiatan (LKS 01)
3) Membuat lembar observasi aktivitas siswa selama KBM berlangsung, serta lembar aktivitas guru dalam menerapkan model pendekatan kontekstual.
4) Menyiapakan instrumen tes hasil belajar berupa tes essay yang digunakan pada akhir siklus (siklus 1) beserta kunci jawabannya.
5) Mengembangkan alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi : “Pelaksanaan Tindakan sesuai dengan penggunakan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pengukuran pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari pada sub pokok pengukuran, pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01) untuk pertemuan pertama dan RPP 02 untuk pertemuan ke-2.
c. Observasi dan Evalasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan pendekatan kontekstual oleh peneliti yang dilakukan oleh satu observer yaitu guru IPA-Fisika dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh 3 orang observer. Dan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa pada materi pokok pengukuran dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus I).
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melaksanakan diskusi refleksi berdasarkan hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi. Untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan telah efektif serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan pengukuran.
Dalam tahap ini, keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi dipertahankan dan diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut pada siklus berikutnya.
TUGAS BAHASA INDONESIA
PENELITIAN TENTANG
KENAKALAN REMAJA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ASFARONI MIRZA
DEWI MUSTIKA
NANDA RIZKY PRATAMA
RINGGA ISTIA
ROBIYANTO
SITI NURINTAN
Seni Anyaman – Anyaman, Karya Seni, dan Media Sosialisasi
Anyaman merupakan bentuk kebudayaan yang mempengaruhi pada kebudayaan masyarakat Melayu. Anyaman bukan saja menjadi sebuah bentuk kerajinan tangan semata, tapi lebih dari itu anyaman merupakan karya seni yang tidak saja cantik, tapi juga indah.
Secara harfiah, anyaman berarti hasil persilangan bahan-bahan tertentu melalui sebuah pola hingga menghasilkan sebuah karya. Bahan-bahan yang banyak digunakan sebagai bahan anyaman adalah rotan, lidi, akar, pelepah, bambu, eceng gondok, dan beberapa jenis tanaman lain yang dikeringkan.
Bahkan, dengan berkembangnya kreativitas dari perajin, sampah-sampah plastik rumah tangga pun bisa disulap menjadi sebuah anyaman hasil karya yang bisa dipakai kembali dalam berbagai bentuk, antara lain, tas dan taplak meja.
Tahukah Anda, bahwa usia anyaman ini sama tuanya dengan usia peradaban manusia? Konon, manusia mulai mengenal anyaman ketika melihat burung yang sedang membangun sarangnya yang kokoh. Seni anyaman ini sudah berkembang sejak ribuan tahun lamanya dan dipercaya sudah berkembang sejak masa neolitihikum (seni bercocok tanam) dan kelahirannya disejajarkan dengan kelahiran seni tembikar.
Pada saat ini, masyarakat purba sudah mengenal rotan dan akar yang telah dibasahi terlebih dahulu agar mudah dalam membentuk sebuah tali simpul yang digunakan untuk mengikat hewan peliharaan dan hasil bumi mereka.
Seni anyaman berasal dari hasil karya masyarakat Melayu yang hingga saat ini masih dikagumi dan juga masih diminati. Rumah-rumah di pedesaan yang memakai bilik dari bambu merupakan salah satu bentuk yang paling nyata dari eksistensi anyaman ini.
Pernah mendengar kota Pedamaran di Sumatera Selatan? Menyandang kota sebagai kota tikar, kegiatan anyaman di kota ini berlangsung setiap waktu dan dilakukan oleh ibu-ibu dan gadis remaja. Para pengayam ini, terutama yang masih dalam tahap belajar membuat anyaman dengan penuh keseriusan agar anyaman sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Karena, apabila salah beberapa langkah dalam mengayam maka hasil anyamannya akan berbeda.
Anyaman bukan saja menjadi sebuah karya seni, tetapi juga menjadi media komunikasi dan sosialisasi bagi penduduk. Dalam proses mengayam, terjadi saling interaksi baik berupa pertanyaan, guyonan, dan perbincangan ringan yang bertujuan sebagai tali pengikat keakraban sesama.
Seperti halnya dengan para perajin anyaman di desa, misalnya tikar, proses mengayam menjadi sebuah kegiatan sosial, sebuah proses tempat berlangsungnya pertukaran cerita. Hampir di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, anyaman ini dikenal dan setiap wilayah tersebut memiliki pola atau motif tertentu sehingga menjadi ciri khas.
Sejak kemunculannnya, seni mengayam ini dipercaya dan diawali tanpa ada campur tangan bahan dari luar. Semua bahan yang dulu digunakan merupakan bahan-bahan dari hutan yang banyak tersebar. Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan bahan-bahan untuk menciptakan anyaman. Jenis tumbuhan ini banyak sekali tumbuh di hutan-hutan sehingga masyarakat tidak akan kesulitan untuk mendapatkannya.
Penciptaan model atau bentuk anyaman disesuaikan dengan fungsi kebutuhan sehari-hari. misalnya, anyaman berbentuk topi, tudung saji, tikar, bilik, bakul, dan berbagai bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan tentang Gempa Bumi
Apakah Gempabumi itu ?
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Parameter Gempabumi
Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time - OT)
Lokasi pusat gempabumi (Episenter)
Kedalaman pusat gempabumi (Depth)
Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)
Karakteristik Gempabumi
Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
Lokasi kejadian tertentu
Akibatnya dapat menimbulkan bencana
Berpotensi terulang lagi
Belum dapat diprediksi
Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
Mengapa Gempabumi Terjadi ?
Lempeng Tektonik
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Jalur gempa bumi Dunia
Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami.
Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).
Akibat Gempabumi
Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
Likuifaksi ( liquifaction)
Longsoran Tanah
Tsunami
Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)
Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempabumi
Kekuatan gempabumi
Kedalaman gempabumi
Jarak hiposentrum gempabumi
Lama getaran gempabumi
Kondisi tanah setempat
Kondisi bangunan
TSUNAMI
Simulasi Tsunami Desember 2004
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu
= pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang
tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam,
namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena
hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.
Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami
Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika
terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti
letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
- Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
- Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
- Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Gambar sosiologi