makalah dinasti Ayubbiah di mesir
Wednesday, January 9, 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mesir yang menyimpan peradaban yang tinggi
telah terbentuk ketika mengalami berbagai masa keemasan setiap dinasti. Pada periode kedua dari pemerintahan
Abassiyah, Mesir merupakan wilayah
otonom dari Baghdad. Namun karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan
Abassiyah, maka daerah otonomnya mendapat hak otonomnya. Hal itu semakin
membuat dinasti-dinasti kecil yang ada di mesir menguat dan mencapai
kejayaannya. Beberapa dinasti yang masing-masing mengukir peradaban itu adalah
: Dinasti Thuluniyah (868-904 M), Dinasti Ikhsidiyah (935-969 M), Dinasti
Fatimiyah (972-1130 M), Dinasti Ayyubiyah (1169-1250 M), dan Dinasti Mamluk
(1250-1515 M).
Dalam perkembangannya tercatat bahwa
dinasti di Mesir yang paling berpengaruh akan kejayaan Islam adalah Dinasti
Ayyubiyah dan Dinasti Mamluk, mengingat bagaimana perjuangan dan keberhasilan
dinasti tersebut dalam menghadapi sekutu. Dinasti Ayyubiyah di dirikan oleh
Salahudin Al- Ayyubi, kemenangan yang dicapainya dalam mengalahkan tentara
pasukan Perang Salib telah membawa namanya dikalangan mayshur dikalangan bangsa Eropa. Sedangkan
Dinasti Mamluk di dirikan oleh Mamluk Aibak, seorang budak yang diangkat
menjadi tentara Salahudin. Kemenangannya saat mengalahkan kelompok nasrani yang
menyerang Syam dan mengalahkan tentara Mongol, membuat kekuasaan Mamluk di
Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Oleh karena itu
pembahasan pada kali ini akan terfokus pada dua dinasti tersebut.
Dinasti
Ayyubiyah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah Syi’ah di Mesir. Di
saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani
memproklamirkan perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu
Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib.
Shalahudin
Al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke
tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke
Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas
tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari
kelemahannya dinasti fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih
rela kekuasaannya diserahkan kepada shlalahudin dari pada diperbudak tentara
salib yang kafir, maka sejak saat itu selesailah kekuasaan dinasti fatimiyahdi
mesir, berpindah tangan ke Shalahudin Al-Ayyubi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya dinasti Ayyubiyah
Ayyubiyah adalah sebuah dinasti
sunni yang berkuasa dimesir, suriah, sebagian yaman, irak, mekah, hejaz dan
dyarbakir. Dinasti ini didirikan oleh salahuddin alayyubi pada tahun 1174M.
nama lengkapnya adalah salahuddin yusuf ibn ayyub ia berasal dari suku kerdi
hadzbani, ia adalah putra najmudin ayyub dan keponakan asaddudin syirkuh.
Najmudin ayub dan asadudin syirkuh hijrah dari kampung halamanya didekat danau
fan ke takrit, irak. Salahuddin lahir dibenteng takrit pada tahun 532H atau
1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit, pada saat itu ayah dan
pamannya mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang gubernur seljuk untuk kota
mousul, irak. Ketika imaduddin berhasil merebut wilayah balbek, libanon pada
tahun 534H (1139M). najmudin ayub diangkat menjadi gubernur balbek dan menjadi
abdi raja suryah, yakni nuruddin mahmud. Selama dibalbek inilah salahudin
menekuni teknik dan strategi perang serta politik. Selanjutnya dia mempelajari
teologi sunni selama sepuluh tahun didamaskus, dalam lingkungan istana
nuruddin.
Bersama dengan pamannya,
salahuddin melawan tentara perang salib pada tahun 559-564H (1164-1168M).
mereka berhasil mengusirnya dari mesir sejak saat itu asaduddin syirkuh
diangkat menjadi perdana menteri khilafah fathimiyah. Setelah pamannya meninggal
jabatan perdana menteri dipercayakan kepada salahuddin al ayyubi pada tahun
1169M. disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu mempertahankan mesir dan melawan
penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak ada seorangpun
yang menyangka dia dapat bertahan lama dimesir namun keberhasilan salahuddin
dalam mematahkan serangan tentara dan pasukan romawi bzantium yang melancarkan
perang salib kedua terhadap mesir membuat para tentara mengakuinya sebagai
penggganti pamannya.
B. Masa pemerintahan dinasti
ayyubiyah
Pada awal kedudukannya sebagai
perdana menteri, ia masih menghormati simbol-simbol syiaha pada pemerintahan al
adid lidinillah. Namun setelah al adid meninggal pada tahun 1171M, salahuddin
menyatakan loyalitasnya kepada khalifah abbasiyah (al mustadi) dibagdad dan
secara formal menandai berakhirnya rezim fathimiyah di kairo. Ia tetap
mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti fathimiyah
tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari syiah menjadi sunni. Hal ini sesuai
dengan perintah sultan nuruddin dia memerintahkan salahuddin untuk mengambil
kekuasaan dari tangan khilafah fathimiyah dan mengembalikannya kepada khilafah
abbasiyah di bagdad.
Penaklukan mesir oleh
salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi pembentukan
mazhab-mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi,
sebelumnya mazhab syafiiyah yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan
tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom dimesir. Dalam
mengsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan
ekspansi kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun
1173M. taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di
dimyat. Adapun syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki mesir
hulu. Dari mesir, salahuddin juga dapat menyatukan syiria dan mesofotamiya
menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada tahun 1174 ia menrebut damaskus
kemudian alippo tahun 1185 dan merebut mousul pada 1186.
Pada masa pemerintahan salhudidin
kekuatan militernya terkenal sangat tangguh pasukannya diperkuat oleh pasukan
Barbar turki, dan afrika ia juga membangun tembok kota diakiro dan bukit
muqattam sebagai benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama
dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakan
perdaganggan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan menyempurnakan
sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan gerakan offensif
(penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut al quds (jerussalem) dari tangan
tentara salib yang dipimpin oleh guy de lusignan di hittin. Akhirnya pasukannya
berhasil menguasai jerussalem pada tahun 1187M. ini berarti jerussalem dapat
dikuasai oleh orang muslim untuk kedua kalinya setelah delapan puluh tahun
dikuasai oleh kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang frank
tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah
dilakukan pasukan salib dari inggris, prancis dan jerman pada tahun 1189-1192M
namun tidak berhasil mengubah kedudukan salahuddin. Setelah perang berakhir
salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke damaskus.
Perjuangan salahuddin dalam
merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum salib dari baitul
makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah menghabiskan
kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di
damaskus pada tahun 1193M, setelah dua puluh lima tahun memerintah sebelum
meninggal ia membagikan kekaisaran ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Oleh
karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada dibawah kekuasaan almalik al
adil (saudaranya) dan keponakannya al kamil mereka membagi imperiumnya menjadi
sejumlah kerajaan kecil mesir, damaskus, alleppo dan kerajaan mousul sesuai
dengan gagasan saljuk bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun
demikian ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas
kekeluargaan mesir di integrasikan dalam berbagai imperium. Mereka menata
pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang telah berkembang
dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta kepada pejabat-pejabat
militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan
melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan salib. Mereka lebih
memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan mulai melemah
akhirnya pada masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang bertempat di
Diyar bakr dan al jazirah mendapat tekanan dari dinasti seljuk rum dan dinasti
khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil mengembalikan jerussalem kepada kaisar
fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan ekonomi bagi mesir dan
syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut perdagangan kembali dikuasai oleh
kekuatan kristen mediterrania. Setelah al kamil meninggal yakni pada tahun
1238M, dinasti ayyubiyah dirongrong oleh pertentangan-pertentangan intern
pemerintah.
C. Berakhirnya dinasti ayyubiyah
Runtuhnya dinasti ayyubiyah
dimulai pada masa pemrintahan sultan ash shalih. Pada masa pemerintahan ash
shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang berhasil merebut
kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang
salib ke enam yang dipimpin ranja perancis ST Louis, Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249M,
kaum mamluk mengangkat istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan.
Dengan demikian berakhirlah pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun
demikian dinasti ayyubiyah masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara
mongol hendak menyerbu mesir. Komando tentara islam dipegang oleh qutuz,
panglima perang mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil
mengalahkan tentara mongol dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz mengambil alih
kekuasaan dinasti ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan dinasti
ayyubiyah.
D. Ilmu pengetahuan pada masa
dinasti ayyubiyah
Sebagaimana dinasti-dinasti
sebelumnya, dinasti ayyubiyah juga mencapai kemajuan yang gemilang dibidang
ilmu pengetahuan diantaranya.
1.
Bidang pendidikan
Pemerintahan dinasti ayyubiyah
telah berhasil menjadikan damaskus sebagai kota pendidikan hal ini ditandai
dengan dibangunnya dar al hadis al kamilah pada tahun 1222M dan madrasha ash
shauhiyyaha pada tahun 1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab hukum
sunni. Adapun madrasha ash shauhiyyaha berperan sebagai pusat pengajaran empat
mazhab.
2.
Bidang arsitektur
Kemajuan dalam bidang
arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa arab, bangunan masjid dibeirut
yang mirip gereja dan istana-istana yang menyerupai gereja.
3.
Bidang filsafat dan keilmuan
Bukti kongkrit dari kemajuan
filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah adalah adelasd of bath,
karya-karya orang arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang
kedokteran. Pada bidang kedokteran juga telah didirikan sebuah rumah sakit bagi
orang yang menderita cacat pikiran.
4.
Bidang industri
Kemajuan dinasti ayyubiyah
dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang siriya yang
lebih canggih dibanding buatan orang barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain
dan pabrik gelas.
5.
Bidang ekonomi dan perdagangan
Dalam hal perekonomian dinasti
bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga
menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan
menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa
pengaruh bagi eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat
perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan
internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdangan
sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc), bahkan
ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga dimulai
percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan
mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan sultan muhammad al kamil
ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat
tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk
setiap dirhamnya.
6.
Bidang militer
Pada masa pemerintahan
salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat
oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo
dan muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang
seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai
kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang salib
membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan
intelektual misalnya dengan adanya irigasi.
7.
Bidang kebudayaan
Salahuddin al ayyubi menjadi
tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan hari lahir nabi
Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari
kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mesir yang mengalami beberapa
kedinastian mencapai masa kejayaanya ketika pada masa Dinasti Ayyubiyah dan
Dinasti Mamluk. Dinasti Ayyubiyah
berdiri pada tahun 1169 M oleh Salahudin al-Ayubi, yang dulunya panglima
perang raja Nurudin. Ia menjulang reputasinya ketika berhasil melawan tentara
Salib dan berhasil membebaskan Yerussalem. Pada 2 oktober 1187. Salahudin
membagi kekuasaan pada sanak saudaranya sebelum meninggal, mereka masih tetap
bersatu sehingga dapat mempertahankan kekuasaan, tetapi perselisihan intern
keluargaAyubbiyah setelah al-Kamil meninggal, yang sementara itu masih
berlangsung Perang Salib, yang menyebabkan Dinasti ini terpecah.
Dinasti Mamluk berdiri pada
tahun 1250 M, oleh Aybak , namun berjaya
pada masa Baybar, yang mampu menghancurkn pasukan Tartar dari Mongol di Ain
Jaluk pada tahun 1260. Mereka terbagai menjdi 2 kelompok yaitu mamluk Bahri,
yang tinggalnya di laut dan Mamluk Burji, yang tinggalnya di menara benteng.
Pasukan Mamluk selanjutnya terus menghalau tentara Salib yang mengdakan
ekspensinya ke wilayah Muslim. Dinasti ini runtuh karena faktor internal, dari
para sultanya berlaku amoral, dan eksternal, dari serbuan pasukan Usmani.
DAFTAR PUSAKA
Yatim,
Badri. 1995. Sejarah Umat Islam,
Jakarta: Rajawali Press.
Hamka.
1952. Sejarah umat islam II, Jakarta:
Bulan Bintang.
Karim,
Abdul Muhamed. 2007, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, terj. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Hasan,
Ibrahim Hasan. 1989. Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Terj. Yogyakarta: Kota Kembang.
Hitti,
Philip K. 2006. History Of The Arabs,
Terj. Cet 2. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Mufrodi,
Ali. 1997. Islam Dikawasan Kebudayaan
Arab. Jakarta: Logos.
Amin,
Samsul Munir. 2009, Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Amzan
Supriyadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung: Pustaka Setia.