Substansi Genetika dan Pembelahan sel
Tuesday, October 23, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
bahwa hanya dangan petunjuk dan hidayah-Nya sajalah makalah ini bisa selesai
dan bisa terwujud sehingga sampai dihadapan para pembaca yang berbahagia.
Semoga kiranya memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan bagi para
pembaca pada masa sekarang dan yang akan datang.
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai seamakin menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat universal, tampak studi tentang dengan Mengetahui Sejarah Indonesia mejadi sangat penting dan mendapakan perhatian yang sangat luas, baik dikalangan Siswa maupun dikalangan Umum.
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai seamakin menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat universal, tampak studi tentang dengan Mengetahui Sejarah Indonesia mejadi sangat penting dan mendapakan perhatian yang sangat luas, baik dikalangan Siswa maupun dikalangan Umum.
Semoga
Makalah yang berjudul “Substansi Genetika
dan Pembelahan sel ” akan bisa berguna bagi teman teman dan masyarakat umum
nya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Manusia tersusun
oleh berjuta-juta sel yang kemudian membentuk jaringan-jaringan lalu akan
berlanjut menjadi organ dan sistem organ dan barulah kemudian menjadi individu
(makhluk hidup).
Setiap sel yang
menyusun tubuh manusia mempunyai fungsi dan perannya masing-masing, salah satu
sel yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan manusia selanjutnya adalah
sel yang mengatur dan berperan dalam hal reproduksi karena salah satu ciri
makhluk hidup adalah mampu berkembang biak. Pada saat berkembang biak sebagian
sifat individu akan diwariskan kepada keturunannya. Sebagai contoh, orang yang
berambut keriting mungkin akan memiliki anak berambut keriting juga. Buah
mangga yang rasanya manis kemungkinan juga akan menghasilkan biji yang nanti
dapat tumbuh menjadi pohon mangga yang menghasilkan buah yang manis juga.
Bagaimana cara sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu individu dapat diwariskan
pada keturunannya? Bahan atau substansi apa yang dapat membawa sifat suatu
individu tersebut diwariskan kepada keturunannya? Di dalam biologi terdapat
cabang ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat dari suatu individu kepada
keturunannya, yaitu genetika. Dalam genetika, juga dipelajari faktor atau
substansi genetika yang membawa sifat-sifat dari induk ke keturunannya. Sel mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dengan melakukan
pembelahan. Pada hewan uniseluler cara ini digunakan sebagai alat reproduksi,
sedangkan pada hewan multi seluler cara ini digunakan dalam memperbanyak sel
somatis untuk pertumbuhan dan pada sel gamet untuk proses pewarisan keturunan hingga
akhirnya membantu membentuk individu baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SUBSTANSI GENETIKA
Genetika adalah ilmu tentang keturunan yang mempelajari berbagai
problematika manusia seperti kesehatannya, cacat lahirnya jasmanimaupun mental,
pewarisan ciri-ciri dan kelainan bawaan, bahkan sampai merekayasanya. Kita
ketahui bahwa kehidupan manusia berawal dari pertemuan sel sperma laki-laki dan
sel telur wanita (ovum) dan menghasilkan suatu bentuk yang telah terbuahi
(zigot), yang dalam psikologi Islam disebut Nutfah, yaitu air mani atau
sperma yang keluar dari sulbi (tulang belakang) laki-laki lalu bersarang di
rahim perempuan. Sperma dan sel telur disebut sel benih (germ cell), sel ini
mengandung 46 kromosom yang dibentuk menjadi 23 pasang, dalam setiap pasang
kromosom terdiri dari 1 kromosom pihak ayah dan 1 kromosom pihak ibu.
Semua orang ingin punya keturunan yang baik, sempurna
jasmani rohani, sehingga bila seorang anak lahir, pertama mereka akan tanya
perempuan atau laki-laki, setelah itu cacat atau tidak. Ada beberapa penyakit
yang memang diwariskan seperti Thalasemia, polidaktili, kemampuan mengecap (nontaster),
Anonychia (kelainan kuku pada beberapa jari yang tidak ada atau tidak baik
tumbuhnya), Retinal aplasia (kelainan pada retina, buta), Katarak (gen
dominan K), cystic fibrosis (kelainan metabolisme sehingga terjadi
penurunan fungsi pancreas, infeksi pernafasan kronis, paru-paru), albinisme
dan kretinisme.
Kelainan pada kromosom selain terjadi karena bawaan,
juga dapat terjadi karena nondisjuntion waktu ibu membentuk sel telur,
sehingga hilangnya sebuah kromosom kelamin selama mitosis setelah zigot XX atau
XY terbentuk. Seperti Symdrome turner atau terjadi trisomi atau
penambahan kromosom pada saat oogenesis, nondisjuction XX, sehingga kromosom
bertambah menjadi 47 XXY contohnya pada Syndrome klinefelter.
Faktor umur ketika melahirkan juga berpengaruh, misalnya
pada kasus Sindrom Down Trisomi 21, biasanya lahir sebagai anak
terakhir keluarga besar, atau dari usia ibu yang sudah lanjut, nondisjunctio
terjadi pada meiosis I menghasilkan ovum yang mengandung 2 buah autosom nomor
21 dan bila ovum ini dibuahi oleh sperma normal yang membawa nomor 21 maka
terbentuklah zigot trisomi 21. Mengapa kromosom begitu penting ? Karena pembawa
sifat gnetika disebut kromosom, yang berada dalam nucleus berbentuk batang atau
bengkok terdiri dari kromatin. Untuk mempelajari kromosom manusia telah
digunakan bemacam-macam jaringan, yang paling umum adalah kulit, sumsum tulang
atau darah perifer.
2.1.1.
Genetika dan Awal Kehidupan
Perkembangan
setiap individu dimulai dengan fertilisasi, yaitu saat oosit sekunder yang
mengandung ovum yang dibuahi sperma. Sebelum sperma dapat memasuki oosit
sekunder, pertama-tama sperma harus dapat menembus berlapis-lapis sel granulose
yang melekat disisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.
Kemudian sperma
juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata yang berupa gliko protein
yaitu zona pelusida. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik
sperma maupun oosit sekunder menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga
terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma bagian akrosom
mengeluarkan :
(1) hialuronidase,
enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang terdapat pada lapisan
korona radiata,
(2) akrosin,
protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida, dan
(3) antifertilizin,
antigen terhadap oosit sekunder senhingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
Selain sperma,
oosit sekunder juga mnegeluarkan senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah fertilizin,
yang tersusun atas glikoprotein yang berfungsi :
(1) mengaktifkan
sperma agar bergerak lebih cepat,
(2) menarik sperma
secara kemostaksis positif, dan
(3) mengumpulkan
sperma di sekeliling oosit sekunder
Pada saat sperma
menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit dibagian korteks oosit sekunder
mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat
ditembus oleh sperma lainnya.
Segera setelah
sperma memasuki nukleus, kepala sperma akan membesar. Sebaliknya ekor sperma
akan berdegenerasi. Kemudian inti pserma yang mengandung 23 kromosom dengan
ovum yang mengandung 23 kromosom akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23
pasang kromosom atau 46 kromosom.
2.1.2.
Perkembangan Pranatal
Sebagai hasil
konsepsi, zigot selanjutnya akan ditanam pada endometrium uterus. Dalam
perjalanannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil
pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya dengan bentuk
seperti arbei yang disebut tahap morulla.
Morulla akan terus
membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula dengan rongga
didalamnya yang disebut blastocoel. Sel-sel dalam blastosit akan berkembang
menjadi bakal embrio atau embrioblas. Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan
dasar yang terdiri dari lapisan luar (ectoderm) dan lapisan dalam (endoderrm).
Permukaan ectoderm melekuk kedalam sehingga membentuk lapisan tengah
(mesoderm). Selanjutnya ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi
berbagai organ (organogenesis) pada minggu keempat sampai kedelapan. Ectoderm
akan membentuk sistem syaraf, mata, kulit, rambut, kuku dan hidung. Mesoderm
akan membentuk tulang otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar
kelamin. Endoderm akan membentuk organ-organ pencernaan dan pernafasan.
Sementara massa
sel dalam yang menjadi embrio, lapisan sel yang diluar akan membentuk sel janin
yaitu karion dan amnion. Keduanya bersama membran ketiga yang berasal dari
dinding uterus ibu, membentuk kantung yang berisi cairan amnion yang berfungsi
sebagai buffer untuk melindungi embrio dari tekanan hebat yang dialami ibu.
Selain itu juga memberi temperatus merata dan bertugas melindungi perlekatan antara
embrio dan amnion.
Secara bersamaan
kantung-kantung janin yang lain dibentuk, yang terpenting menjadi tali pusat
(umbilicus) yang memanjang dari embrio ke bagian dinding uterus, dimana uterus
dan karion tersambung. Daerah ini disebut plasenta.
Tali pusat
merupakan tali kehidupan embrio. Didalamnya terdapat dua pembuluh darah yang
membawa darah dari embrio ke palsenta dan sebuah pembuluh balik yang membawa
darah ke plasenta bayi. Walupun demikian aliran darah bayi dan ibunya tidak
terjadi secara langsung. Keduanya mengalir ke arah plasenta dan sistem ini
selalu dipisahkan oleh dinding sel dalam plasenta. Zat yang dapat melalui
plasenta antara lain makanan dari darah ibu, seperti gula, lemak dan protein.
Bahan sisa dari bayi terutama zat asam arang juga dapat melalui plasenta.
Beberapa vitamin, obat-obatan vaksin dan bibit penyakit juga bisa melalui
plasenta. Dengan demikian kesehatan ibu sangat berpengaruh bagi kesehatan
janin. Hubungan langsung antara susunan saraf ibu dan embrio tidak ada. Tetapi
emosi ibu dapat mempengaruhi secara tidak langsung fungsi fisiologis anak.
B.
PEMBELAHAN
SEL
Ada dua macam pembelahan sel, yaitu
pembelahan secara langsung ’amitosis’ dan pembelahan secara tidak
langsung ’mitosis dan meiosis’.
Amitosis
Adalah pembelahan inti secara langsung
diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Proses pembelahan sel pada sel
prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik. Pada prokariotik
pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan
sel, duplikasi materi genetic, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma
yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru. Proses pembelahan yang
demikian dinamakan amitosis, amitosis adalah pembelahan sel secara langsung
tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Kromosom hasil duplikasi, awalnya akan menempel pada membrane plasma. Selanjutnya, akan terjadi pertumbuhan antara dua tempat perlekatan kromosom untuk melakukan pemisahan materi inti. Kemudian akan terjadi sitokenesis yang diikuti dengan terbentuknya dinding sel baru hingga dua sel anakan terbentuk, pembelahan yang demikian juga sering disebut dengan pembelahan biner (binary fision) atau pembelahan sel secara langsung.
Kromosom hasil duplikasi, awalnya akan menempel pada membrane plasma. Selanjutnya, akan terjadi pertumbuhan antara dua tempat perlekatan kromosom untuk melakukan pemisahan materi inti. Kemudian akan terjadi sitokenesis yang diikuti dengan terbentuknya dinding sel baru hingga dua sel anakan terbentuk, pembelahan yang demikian juga sering disebut dengan pembelahan biner (binary fision) atau pembelahan sel secara langsung.
Pembelahan sel pada prokariotik
Pada sel prokariotik, materi genetik
tersebar didalam suatu badan serupa inti yang tidak dikelilingi oleh membran.
Mikroorganisme yang prokariotik, misalnya bakteri dan alga hijau-biru. Proses
pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik.
Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi
proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetik, pembagian kromosom, dan
pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukkan dinding sel baru.
Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis. Amitosis adalah pembelahan
sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Ciri-ciri sel prokariotik adalah bahan
genetik (DNA) tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, DNA terdapat pada
nukleolit yang tidak terselubungi oleh membran. Secara umum sel prokariotik
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sel eukariotik. Setiap
prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan sering terlihat dalam tipe
rantai, agregat, atau kelompok sel yang jumlahnya ratusan.
Pembelahan sel pada eukariotik
Pada sel-sel eukariotik, hal pembagian
material genetik secara persis sama adalah lebih kompleks. Sebuah sel
eukariotik mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak DNA dibanding sebuah sel
prokariotik. Disamping itu, DNA ini berbentuk linea, membentuk sejumlah
kromosom yang jelas berbeda. Sebagai contoh, sel-sel somatik (tubuh) manusia
mempunyai 46 kromosom, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Pada saat
sel-sel ini membelah, setiap sel anak harus menerima satu duplikat dan hanya
satu dari setiap 46 kromosom. Disamping itu, sel-sel eukariotik
mengandung berbagai macam organela dan ini juga harus dibagi sec ara merata
diantara sel-sel anak. Pada sel eukariotik memiliki inti sel yang sangat kompleks
dengan selubung inti yang terdiri dari dua membran. Sel-sel pada tubuh hewan
dan tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik. Mikroorganisme yang
eukariotik, misalnya protozoa, protista, dan semua jamur
C. PEMBELAHAN
SEL
Pembelahan sel adalah suatu proses dimana material
seluler dibagi kedalam dua sel anak. Ada dua macam pembelahan sel, yaitu
pembelahan secara langsung ’amitosis’ dan pembelahan secara tidak langsung
’mitosis dan meiosis’. Sel-sel mengalami pembelahan melalui
serangkaian proses yang terjadi berulang kali darin pertumbuhan ke pembelahan,
yang dikenal sebagai siklus sel, siklus sel terdiri atas lima fase utama : G1,
S, G2, mitosis, dan sitokinesis.
Sel-sel tersebut juga memiliki kemampuan yang
berbeda-beda melakukan pembelahannya, ada sel-sel yang mampu melakukan
pembelahan secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami
pembelahan sama sekali setelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya
sel-sel germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat
untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau mati. Akan tetapi sel-sel yang ada
pada organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel-sel saraf
pada jaringan saraf yang sama sekali tidak mampu melakukan pembelahan setelah
usia tertentu. Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan
pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga hanya dalam waktu beberpa
jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahan jutaan sel bakteri. Sama dengan
bakteri, protozoa bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya dalam waktu
singkat, misalkan amoeba, paramecium, didinum, dan euglena.
Pembelahan sel pada prokariotik
Pada sel prokariotik, materi genetik
tersebar didalam suatu badan serupa inti yang tidak dikelilingi oleh membran.
Mikroorganisme yang prokariotik, misalnya bakteri dan alga hijau-biru. Proses
pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada
eukariotik. Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang
meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetik, pembagian kromosom,
dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukkan dinding sel baru.
Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis. Amitosis adalah pembelahan
sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Ciri-ciri sel prokariotik adalah bahan
genetik (DNA) tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, DNA terdapat pada
nukleolit yang tidak terselubungi oleh membran. Secara umum sel prokariotik
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sel eukariotik. Setiap
prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan sering terlihat dalam tipe
rantai, agregat, atau kelompok sel yang jumlahnya ratusan.
Pembelahan sel pada eukariotik
Pada sel-sel eukariotik, hal pembagian
material genetik secara persis sama adalah lebih kompleks. Sebuah sel
eukariotik mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak DNA dibanding sebuah sel
prokariotik. Disamping itu, DNA ini berbentuk linea, membentuk sejumlah
kromosom yang jelas berbeda. Sebagai contoh, sel-sel somatik (tubuh) manusia mempunyai
46 kromosom, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Pada saat sel-sel ini
membelah, setiap sel anak harus menerima satu duplikat dan hanya satu
dari setiap 46 kromosom. Disamping itu, sel-sel eukariotik mengandung
berbagai macam organela dan ini juga harus dibagi sec ara merata diantara
sel-sel anak. Pada sel eukariotik memiliki inti sel yang sangat kompleks dengan
selubung inti yang terdiri dari dua membran. Sel-sel pada tubuh hewan dan
tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik. Mikroorganisme yang
eukariotik, misalnya protozoa, protista, dan semua jamur.
Siklus sel
Sel-sel mengalami pembelahan melalui
serangkaian proses yang terjadi berulang kali darin pertumbuhan ke pembelahan,
yang dikenal sebagai siklus sel, siklus sel terdiri atas lima fase utama : G1,
S, G2, mitosis, dan sitokinesis. Durasi (lamanya) masing-masing fase dari
siklus ini berfariasi dari beberapa jam sampai beberapa hari, bergantung dari
tipe sel dan faktor-faktor luar seperti suhu dan nutrisi yang tersedia.
Siklus sel merupakan serangkaian kejadian
dengan urutan tertentu berupa duplikasi kromosom sel dan organel didalamnya
yang mengarah ke pembelahan sel. Pada eukariotik (sel bernukleus), proses
perbanyakan atau sintesis bahan genetik terjadi sebelum berlangsungnya proses
pembelahan sel, mitosis atau meiosis.
Sel yang mempunyai kemampuan membelah adalah sel "muda" atau sel immature yang belum memiliki fungsi tertentu. Pada kondisi lingkungan yang mendukung sel akan memasuki siklus sel dan menghasilkan 2 sel identik. Sel yang tidak lagi membelah akan keluar dari siklus dan berdeferensiasi menjadi sel yang mature dengan struktur dan fungsi tertentu.
Pada dasarnya siklus sel terdapat 2 fase utama yaitu fase S (DNA sintesis) dan fase M (Mitosis). Pada fase S terjadi duplikasi kromosom, organele dan protein interseluler dan pada fase M terjadi pemisahan kromosom dan pembelahan sel. Sebagian besar sel memerlukan waktu ekstra untuk proses sintesis sehingga pada siklus sel terdapat ekstra fase Gap yaitu Gap 1 antara fase M dan fase S serta Gap 2 antara fase S dan Mitosis. Hal ini mendasari pembagian fase menjadi 4 fase yaitu Fase G1, Fase S, Fase G2 (ketiganya disebut Interfase) dan fase M (mitosis dan sitokinesis). Interfase adalah fase istirahat, sel ini sebenarnya sangat aktif secara biokimia walaupun terlihat tidak ada perubahan morfologi (waktu lama, 23 jam dalam 1 siklus 24 jam). M phase (mitosis) merupakan inti dari siklus sel dan secara morfologi terjadi perubahan yang jelas teramati berupa kromosom yang tertarik ke kutub, sitogenesis dan akhirnya sel terbagi menjadi dua (waktu cepat, 1 jam dalam 1 siklus 24 jam).
Fase Gi dan G2 bukan hanya sebagai ekstra waktu proses
sintesis namun juga berperan sebagai ekstra waktu bagi sel untuk memonitor
kondisi lingkungan internal dan eksternal sebelum masuk ke fase S dan M. Jika
kondisi lingkungan tidak mendukung maka sel berhenti berprogress pada G1 dan
bahkan memasuki kondisi resting state pada Go (G zero). Go ini dapat
berlangsung selama berhari-hari, bertahun-tahun atau sampai sel mati. Jika
kondisi lingkungan mendukung dan terdapat sinyal untuk tumbuh maka sel akan
memulai proses pada suatu titik akhir G1 yang disebut titik "Start".
Setelah melalui titik ini sel akan mulai masuk fase S ditandai dengan Replikasi
DNA yang terus berlangsung bahkan walau signal pertumbuhan dan pembelahan sudah
tidak ada.
Bagan tipe pembelahan sel
1.
Amitosis
Adalah pembelahan inti secara langsung diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Proses pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada
eukariotik. Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang
meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetic, pembagian kromosom,
dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru.
Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis, amitosis adalah pembelahan
sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Kromosom hasil duplikasi, awalnya akan menempel pada membrane plasma. Selanjutnya, akan terjadi pertumbuhan antara dua tempat perlekatan kromosom untuk melakukan pemisahan materi inti. Kemudian akan terjadi sitokenesis yang diikuti dengan terbentuknya dinding sel baru hingga dua sel anakan terbentuk, pembelahan yang demikian juga sering disebut dengan pembelahan biner (binary fision) atau pembelahan sel secara langsung.
2.
Mitosis
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah
digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.
Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel.
Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi
organel dan komponen sel yang nyaris sama. Mitosis dan sitokenesis merupakan
fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, di mana sel awal terbagi menjadi dua sel
anakan yang memiliki genetik yang sama dengan sel awal.
Mitosis terjadi hanya pada sel eukariot. Pada organisme
multisel, sel somatik mengalami mitosis, sedangkan sel kelamin (yang akan
menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui
proses yang berbeda yang disebut meiosis. Sel prokariot yang tidak memiliki
nukleus menjalani pembelahan yang disebut pembelahan biner.
Karena sitokinesis umumnya terjadi setelah mitosis,
istilah "mitosis" sering digunakan untuk menyatakan "fase
mitosis". Perlu diketahui bahwa banyak sel yang melakukan mitosis dan
sitokinesis secara terpisah, membentuk sel tunggal dengan beberapa inti. Hal
ini dilakukan misalnya oleh fungi dan slime moulds. Pada hewan, sitokinesis dan
mitosis juga dapat terjadi terpisah, misalnya pada tahap tertentu pada
perkembangan embrio lalat buah.
Hasil utama dari mitosis adalah pembagian genom sel awal
kepada dua sel anakan. Genom terdiri dari sejumlah kromosom, yaitu kompleks DNA
yang berpilin rapat yang mengandung informasi genetik vital untuk menjalankan
fungsi sel secara benar. Karena tiap sel anakan harus identik secara genetik
dengan sel awal, sel awal harus menggandakan tiap kromosom sebelum melakukan
mitosis. Proses penggandaan terjadi pada pertengahan intefase, yaitu fase
sebelum fase mitosis pada siklus sel.
Setelah penggandaan, tiap kromosom memiliki kopi identik
yang disebut sister chromatid, yang berlekatan pada daerah kromosom yang
disebut sentromer. Sister chromatid itu sendiri tidak dianggap sebagai
kromosom.
Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah
melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase.
Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel
yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada
tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti.
Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada
mitosis adalah sebagai berikut:
Proses mitosis secara konvensional dibagi 6 fase yaitu
interfase, profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase (awal dan
akhir). Profase biasanya merupakan fase terpanjang, dengan mengambil waktu
kurang lebih 60 % dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam mitosis. Selama
pembelahan mitosis yang berlangsung pada sel hewan dan sel tumbuhan.
Tahap interfase merupakan tahap persiapan yang esensial
untuk pembelahan sel karena pada tahap ini kromosom direplikasi.
Saat pembelahan sel, kromatin dikemas sangat padat/kompak
sehingga tampak sebagai kromosom. Selama interfase, kromatin tidak terlalu
terkondensasi à untuk ekspresi informasi genetik. Nukleus telah terbentuk
dengan jelas dan dibungkus oleh selubuing nukleus. Tepat di luar nukleus
terdapat dua sentrosom yang terbentuk sebelumnya oleh replikasi sentrosom
tunggal.
1. Kromatin menebal, memendek è kromosom
2. Nukleolus melebur
3. Sentriol memisah – benang-benang gelendong mulai
terbentuk
4. Dinding inti mulai melebur tapi belum seluruhnya
5. Kromosom menduplikasi è kromatid
1. Dinding inti benar-benar melebur, benang gelendong
meluas
2. Terdapat bidang pembelahan (ekuator)
3. Kromatid menuju bidang pembelahan berkumpul / berderet
pada bidang pembelahan
4. Terbentuk benang antar kromatid / benang interkromosom
( interzonal )
1. Dimulai dengan pemisahan kromatid pada sentromernya
2. Sentromer dari masing-masing kromatid membelah menjadi
dua
3. Kromatid memisah dari bidang pembelahan kromoson
4. Kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan (
pergerakan ini dibantu oleh kontraksi benang kromosom dan dorongan benang
interkromosomal )
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony JF Griffiths, Jeffrey H Miller, David
T Suzuki, Richard C Lewontin, and William M Gelbart (2000). An Introduction to
Genetic Analysis (edisi ke-7). W. H. Freeman. hlm. Historical development of
the chromosome theory.
http://www.crayonpedia.org/mw/A._Pembelahan_sel_secara_Amitosis_12.1
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitosis
http://id.wikipedia.org/wiki/Meiosis
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0113%20Bio%203-1b.htm