Hukum Membaca Qunut dalam sholat
Friday, October 19, 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Di
Indonesia, sepertinya banyak sekali yang mengenal istilah qunut dalam masalah
ibadah. Doa qunut yang sudah dianggap sebagai sebuah kewajiban sepertinya selalu
dilaksanakan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia karena mereka merasa
tanpa qunut subuh, maka tidak afdhal ibadah subuhnya.
Namun,
ada sebagian ummat Islam yang rupanya berang karena menganggap bahwa hal itu
adalah bid’ah yang sesat. Mereka mencela pelaku qunut sebagai ahlul bid’ah yang
menyesatkan.
Dalam masalah khilafiyah atau perbedaan hasil ijtihad di
kalangan ulama’ dengan dalil dhanny adalah suatu yang wajar. Namun yang ironi
bila masalah khilafiyah dinilai bid’ah dan yang bid’ah dinilai khilafiyah,
bahkan masalah wajib, sunnah dan mubah juga dianggap bid’ah, seiring dengan
munculnya ulama’ yang tidak faqih, kelompok ahli bid’ah bertendensi
pembaharuan, faham kerdil bertendensi modenisasi, serta munculnya aliran-aliran
sempalan yang berseberangan dengan islam.
Makalah ini mengajak kita untuk memahami hukum-hukum islam
secara sempurna, profesional dan tidak tendensial pada aliran atau sekte
manapun. Sejumlah masalah yang kerap kali diperselisihkan di kalangan ulama’
dan kini justru ada yang menilainya bid’ah, diangkat dan dibahas secara
profesional, obyektif dan mendalam.
Semua ini dengan harapan agar masyarakat memahami masalah
agama secara benar dan tidak menjadikan suatu perbedaan pendapat sebagai jurang
pemisah di antara sesama muslim, selama perbedaan itu masih dalam koridor
syari’at islam.
B.
Tujuan
Tujuan
dituliskannya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang Hukum
Membaca Qunut Dalam Shalat
BAB
II
PEMBAHASAN
HUKUM
MEMBACA QUNUT DALAM SHALAT
A.
PENGERTIAN QUNUT
Kata
qunut berasal dari kata bahasa arab “قنت – يقنت –قنوتا “ yang artinya
ta’at atau tunduk atau patuh, hal itu sejalan dengan firman Allah :
Artinya:
“Dan barangsiapa diantaramu sekalian (istri-istri Nabi) tetap ta’at kepada
Allah dan rasul-Nya dan mengerjakan amal shalih, niscaya kami memberikan
kepadanya pahala dua kali lipat dan kami sediakan baginya rizqi yang mulia”.QS.
Al-Ahzab: 31
Firman
Allah:
“Hai
Maryam, ta’atlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang
ruku’ ”(Ali Imron : 43)
Firman
Allah:
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, lagi patuh kepada
Allah dan konsekwen dan sekali-kali bukan termasuk orang-orang yang
mempersekutukanAllah” (An-Nahl: 120)
Lafadh “qunut” secara bahasa juga diartikan berdiri lama
baik dalam shalat atau dslsm berdo’a. juga diartikan lama dalam perang dan lama
dalam ibadah haji.
Lama
berdiri dalam melakukan shalat, maksudnya adalah shalat dilakukan dengan khusu’
dan tuma’ninah, tidak terburu-buru. Itulah maksud qunut menurut bahasa seperti
tersebut dalam Hadits “Sebaik-baik shalat adalah yang tidak terburu-buru”
(Mu’jam al-Wasith II/761)
Lafadh qunut dalam segi bahasa yang berarti patuh atau ta’at
atau tunduk disebutkan dalam sejumlah ayat al-Qur’an diantaranya : {Surat Al-Ahzab:31
dan 35. Surat An-Nahl: 120. Surat Ali Imron: 17. Surat At-Tahrim: 12 dan Surat
Al-Baqarah:116}.
“Peliharalah
segala shalatmu dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah karena Allah dalam
shalatmu dengan khusyu’ ” (Al-Baqarah : 238)
Adapun qunut menurut syara’ adalah berdiri lama membaca do’a
qunut dalam shalat. {Mu’jam Al-Wasith II/671}
Anas
bin Malik ra, berkata:
أنّه صلّى الله عليه وسلّم رفع يديه فى القنوت. رواه البيهقى
(سنن البيهقي ج 2 ص 211)
B.
MACAM – MACAM QUNUT
Dalam syari’at islam ada tiga qunut, semuanya dilakukan Nabi
SAW, dan dianjurkan melakukannya pada waktu dan posisinya masing-masing. Ketiga
macam qunut tersebut adalah :
1. Qunut Subuh
Qunut subuh adalah membaca do’a qunut yang dianjurkan
membacanya setelah bangun dari ruku’ raka’at terakhir shalat subuh. Namun
terdapat perbedaan diantara ulama’ tentang hukuma membaca do’a qunut dalam
shalat subuh.
Madzhab
Hanafi
Ulama’ madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya dianjurkan
membaca do’a qunut pada shalat witir saja dan tidak dianjurkan membaca do’a
qunut pada shalat subuh, selain qunut nazilah dalam shalat jahriyah {bacaan
keras}. Menurutnya, bila imam membaca do’a qunut dan makmumnya memilih tidak
qunut dalam shalat subuh, sebaiknya makmum diam mendengarkan bacaan qunut imam.
Juga dikatakan oleh ulama’ senior madzhab hanafi yaitu Muhammad. Sedangkan Abu
Yusuf yang juga ulama’ senior madzhab hanafi mengatakan, bila imam membaca
qunut dalam shalat subuh dan makmum memilih tidak qunut, makmum dianjurkan
mengikuti qunut imam, karena makmum wajib mengikuti imam. {Al-Badai’ I/273.
Al-Lubab I/78. Fathu Al-Qadir I/303. Ad-Durru Al-Muhtar I/626-628}.
Pendapat ini menilai bahwa qunut subuh telah ditinggalkan
oleh Nabi SAW sesuai hadits Ibnu Mas’ud ra, yang menerangkan bahwa Nabi SAW
qunut selama satu bulan kemudian beliau meninggalkannya.
شيبة والطحاوي (نصب الراية ج 2 ص 127)
Dari
Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: Bahwa Nabi SAW, membaca do’a qunut dalam shalat
subuh selama satu bulan kemudian beliau meninggalkannya. HR. Al-Bazzar,
Thabarani, Ibn Syaibah dan Thahawi. {Nasbu al-Rayah II/128}
Namun yang dimaksud qunut yang ditinggalkan Nabi SAW adalah
qunut nazilah, bukan qunut subuh, sesuai pendapat yang rojih. Hadits lain yang
juga mereka pakai alasan bahwa qunut subuh telah di nasakh (hapus) adalah sejumlah
hadits berikut.
عن مالك الآشجعى رضي الله عنه قال : أنّ أباه صلّى خلف رسول
الله صلّى الله عليه وسلّم وأبى بكر وعمر وعثمان وعليّ، فلم يقنت واحد منهم. رواه
أحمد والترمذي وصححه وابن ماجة (نيل ألوطار ج 2 ص 133 والفقه الإسلامي وأدلّته ج 1
ص 810)
Dari Malik al- Asyja’I ra ia berkata: Bahwa ayahnya shalat
bermakmum dibelakang Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra,
tidak seorangpun diantara mereka yang membaca qunut. HR. Ahmad dan Tirmidzi dan
di tashih Ibnu Majah. {Nailul Authar II/133 dan al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu
I/810}
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبي صلّى الله عليه
وسلّم قنت شهرا ثمّ تركه . رواه أحمد (الفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 810 ونيل
الأوطار ج 2 ص 123 )
Anas
ibn Malik ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW qunut selama satu bulan kemudian
beliau tinggalkan. HR. Ahmad {Al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/810 dan Nailul
Authar II/123}
عن أنس رضي الله عنه قال: كان القنوت فى المغرب والفجر. رواه
البخارى (الفقه الإسلامي وأدلّته ج 1 ص 180 ونيل الأوطار ج 2 ص123)
Anas
bin Malik ra, ia berkata: Adalah qunut itu pada shalat maghrib dan shalat
subuh. HR. Bukhari. {al-Fiqh al-Islamy wa-adillatuhu I/180 dan Nailul Authar
II/123}
Sejumlah hadits tersebut menerangkan tentang qunut nazilah
dan bukan qunut subuh. Anjuran membaca qunut dalam shalat subuh terdapat hadits
yang menerangkannya, bukan hadits di atas. Nabi SAW qunut nazilah selama satu
bulan kemudian beliau tinggalkan, setelah mendapat teguran dari Allah. Nabi SAW
juga qunut nazilah pada setiap waktu termasuk dalam shalat subuh dan maghrib
seperti disebutkan dalam hadits diatas. Hadits berikut ini menguatkan bahwa
yang ditinggalkan Nabi SAW adalah qunut nazilah bukan qunut subuh. Nabi SAW
meninggalkan qunut nazilah setelah mendapat teguran dari Allah, seperti
disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان النّبيّ صلّى الله عليه
وسلّم يقول حين يفرغ من صلاة الفجر من القراءة ويكبّر ويرفع رأسه "سمع الله
لمن حمده ربّنا ولك الحمد" ثمّ يقول وهو قائم : اللّهمّ انج الوليد ابن
الوليد، وسلمة ابن هشام وعياش ابن ربيعة، والمستضعفين من المسلمين والمؤمنين :
اللّهمّ اشدد وطأتك على مضرّ واجعل عليهم كسني يوسف. اللّهمّ العن لحيان ورعلان
وذكوان وعصيّة عصت الله ورسوله" ثمّ بلغنا أنّه ترك ذلك لمّا نزل قوله تعالى
"ليس لك من الأمر شيئ أو يتوب عليهم أو يعذّبهم فإنّهم ظالمون" رواه
مسلم (صحيح مسلم ج 5 ص 176-177)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Adalah Nabi SAW berdo’a
ketika selesai membaca ayat al-qur’an dan takbir serta bangun dari ruku’
membaca “sami’allahu liman hamidah” pada shalat subuh kemudian membaca do’a sambil
berdiri “Ya Allah bebaskanlah Al-Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam, Ilyas
ibnu Abi Rab’iah dan orang-orang yang lemah dari kaum muslimin. Ya Allah
berikanlah hukuman yang berat kepada Mudhar, jadikanlah tahun mereka seperti
tahun-tahun Nabi Yusuf. Ya Allah laknatlah Lihyan, Ri’lan, Dzakwan dan
Ushaiyyah yang telah durhaka kepada Allah dan rasul-Nya”. Kemudian sampai
kepada kami berita yang mengatakan bahwa Nabi SAW telah meninggalkan qunut
nazilah setelah turun surat {Ali imran:128} “Tidak ada hak bagimu Muhammad
dalam urusan mereka itu, atau Allah menerima taubat mereka atau menghukumnya,
karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dhalim” HR. Muslim
{Shahih Muslim IV/176-177}
Berdasarkan hadits tersebut, sangat jelas bahwa qunut yang
ditinggalkan Nabi SAW yang pernah dilakukan selama satu bulandalam sejumlah
waktu shalat, termasuk dalam shalat subuh, kemudian beliau tinggalkan adalah
qunut nazilah bukan qunut subuh. Qunut subuh tidak dinaskh (dihapus) dengan
hadits manapun dan hukumnya sunnah.
Madzhab
Maliky
Ulama’ madzhab Maliky berpendapat bahwa sunnah qunut pada
shalat subuh dan makruh membaca qunut selain qunut pada shalat subuh.
{Al-Syarhu al-Shagir I/331. Al-Syarhu al-Kabir I/248 dan al-Qawanin
al-Fiqhiyyah hal. 61}. Do’a qunut yang dipilih oleh Imam Malik yaitu do’a qunut
Ibnu Umar yaitu:
اللّهمّ إنّا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك، ونؤمن بك
ونتوكّل عليك، ونثنى عليك الخير كلّه، نشكرك و نكفّرك ونخلع ونترك من يفجرك،
اللّهمّ إيّاك نعبد ولك نصلّى ونسجد وإليك نسعى ونحفد، نرجو رحمتك ونخشى عذابك،
إنّ عذابك الجدّ بالكفّار ملحق.
Bacaan qunut tersebut berdasarkan
hadits dari Khalid Ibn Abi Imran ra.
عن خالد بن أبى عمران رضي الله عنه قال : "بينما رسول
الله صلّى الله عليه وسلّم يدعو على مضر، إذجاءه جبريل، فأومأ إليه أن اسكت فسكت،
فقال : يا محمّد، إنّ الله لم يبعثك سبّابا ولا لعّانا، وإنّما بعثك رحمة
للعالمين، ليس لك من الأمر شيئ، ثمّ علّمه القنوت : اللّهمّ إنّا نستعينك
..." أخرجه أبو داود فى المراسيل (نصب الراية ج 2 ص 135)
Khalid ibn Abu Imran ra, ia berkata: Pada saat Nabi SAW
berdo’a untuk Mudhar, tiba-tiba datang Malaikat Jibril,maka beliau memberi
isyarah pada saya agar diam, maka diam.Malaikat Jibril berkata: “Muhammad SAW,
Allah SWT tidak mengutusmu sebagai orang pencaci dan pelaknat, namun Allah
mengutusmu sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta, tidak ada hak bagimu
sedikitpun tentang hal itu, kemudian diajarkan membaca do’a qunut “Allaahumma
innaa nasta’iinuka....” HR. Abu Dawud dalam al-Marasil. {Hadits ini shahih,
lafadznya mauquf, tetapi hukumnya marfu’. Diriwayatkan Abu Dawud dalam
al-Marasil XIII/184. Al-Baihaqy dalam as-Sunan al-Kubra II/210 dari jalan Abu
Wahab dari Mu’awiyah bin Shalih dari Abdul Qahir, dari Khalid bin Abi Imran dan
lihat Nasbu al-Royah juz II/135 dan al-Fiqhu al-Islamy wa-adillatuhu I/811}
Para sahabat sepakat atas do’a qunut tersebut, maka lebih
baik membacanya. Boleh memilih do’a qunut lainnya dan boleh pula
menggabungkannya. {al-Fiqhu al-Islamy wa-adillatuhu juz I hal. 811}
Madzhab
Syafi’i
Ulama’ madzhab syafi’i berpendapat bahwa sunnah membaca do’a
qunut dalam shalat subuh yaitu dilakukan setelah bangun dari ruku’ raka’at yang
terakhir. Imam Syafi’i berpendapat qunut subuh sunnah muakkadah karena Nabi SAW
mengerjakannya setiap shalat subuh sepanjang hayatnya. Maka bila lupa tidak
qunut dianjurkan sujud syahwi. {Mughni al-Muhtaj I/166. Al-Majmuk Syarh
al-Muhadzab II/490. Al-Muhadzab I/81. Hasyiyah al-Bajuriy I/168}
Do’a yang dipilih Imam Syafi’i adalah do’a qunut yang
masyhur yang biasa dibaca Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya dalam shalat
subuh dan witir yaitu:
اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن
تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، فإنّك تقضي ولا يقضى عليك، وإنّه
لا يضلّ من واليت، ولا يعزّ من عاديت، تباركت ربّنا وتعاليت، فلك الحمد على ما
قضيت أستغفرك وأتوب إليك، وصلّى الله على سيّدنا محمّد النبيّ الأميّ وعلى اله
وصحبه وسلّم.
Terdapat sejumlah dalil yang menerangkan dianjurkan membaca
do’a qunut dalam shalat subuh diantaranya adalah:
Nabi SAW bila shalat subuh beliau mengangkat kedua tangan
dan membaca do’a qunut “Allaahummahdinii fiman hadait……”
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان رسول الله إذا رفع رأسه
من الركوع من صلاة الصبح في الرّكعة الثّانية رفع يديه فيدعو بهذا الدّعاء :
اللّهمّ اهدني فيمن هديت...."رواه الحاكم وقال : صحيح وزاد البيهقي فيه عبارة
: فلك الحمد على ما قضيت" رواه البيهقي عن ابن عباس (سبل السّلام ج 1 ص 187).
وزاد البيهقي والطبراني "ولا يعزّ من عاديت" (سبل السّلام ج 1 ص 186)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW bila
bangun dari ruku’ dalam shalat subuh pada raka’at yang kedua beliau mengangkat
kedua tangannya dan membaca do’a qunut “Allaahummahdinii fiiman hadaiit....”
HR. Hakim dan berkata: hadits shahih dan ditambahkan dalam hadits tersebut
lanjutan do’a “Falakal hamdu ‘alaa maa qadlait..” HR. Baihaqi dan Ibnu Abbas.
{Subulus salam juz I/188} dan Imam Al-Baihaqi dan Thabarani menambahkan: “Walaa
yaizzu man ‘adait”. {Subulus salam I/186}
Nabi SAW mengajarkan do’a qunut yang dibaca dalam qunut
subuh sama dengan qunut shalat witir yaitu “Allaahummahdinii fiiman hadait....”
Sesuai Hadits diceritakan al-Hasan bin Ali ra, ia berkata : Adalah Nabi SAW
mengajarkan padaku do’a yang dibaca pada qunut witir yaitu:
اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن
تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، وإنّك تقضى ولا يقضى عليك ولا
يضلّ من واليت تباركت ربّنا وتعاليت. رواه الخمسة (سبل السّلام ج 1 ص 362)
“Ya
Allah berikanlah kami petunjuk bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk.
Sehatkan kami bersama orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah
kami pertolongan orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berkatilah
kami pada apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami. Jagalah diri kami dari
kejahatan –kejahatan yang telah Engkau tetapkan. Karena Engkaulah yang
menetapkan dan tidak ada yang menetapkan. Tidak akan terhina orang yang telah
Engkau beri pertolongan. Maha Mulia Engkau Wahai Tuhan Yang Maha Tinggi” HR.
Khamsah.
Nabi SAW tidak pernah meninggalkan membaca qunut pada setiap
shalat subuh hingga akhir hayatnya. Sesuai hadits Anas bin Malik ra.
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ صلّى الله
عليه وسلّم قنت شهرا يدعو عليهم ثمّ ترك فأمّا في الصبح فلم يزل يقنت حتّى فارق
الدّنيا. رواه البيهقي والدار قطني (المجموع ج 3 ص 504)
Anas ibn Malik ra, berkata: Bahwa Nabi SAW qunut nazilah
satu bulan penuh, kemudian beliau tinggalkan qunut nazilah tersebut. Adapun
qunut subuh beliau tidak meninggalkannya sampai akhir hayatnya. HR. Baihaqy dan
Daruquthniy. {Hadits ini lemah, namun dapat dipakai hujjah karena didukung
hadits yang lain.
Madzhab
Hambali
Ulama’ madzhab Hambali berpendapat seperti imam Abu Hanifah,
bahwa dianjurkan qunut dalam shalat witir saja dan tidak dianjurkan dalam
shalat lainnya selain qunut nazilah dalam shalat jahriiyah {bacaan keras} pada
waktu tertentu. Bila imam membaca qunut, makmum dianjurkan mengamininya sambil
mengangkat kedua tangannya, setelah selesai agar menyapukan kedua tapak
tangannya pada wajahnya. {Al-Mughni I/151-155. Kasy-Syaaf al-Qona’ I/490-494}
Pandangan
ulama’ seputar qunut subuh
Terdapat sejumlah pandangan para ulama’ tentang hukum membaca
do’a qunut dalam shalat subuh. Berikut pandangan mereka:
Dalam kitab Al-Mahalliy disebutkan. Syaikh Jalaluddin
al-Mahalliy mengatakan: “Dan sunnah qunut pada i’tidal raka’at kedua pada
shalat subuh membaca “Allahummahdinii...” {Al-Mahalliy I/157}
Dalam kitab Syarah Al-Muhadzab disebutkan imam Nawawi
mengatakan: “Dan termasuk sunnah Nabi SAW qunut pada shalat subuh pada raka’at
kedua berdasarkan hadits Anas ibnu Malik” {Al-Majmuk syarah al-Muhadzab
III/492}
Dalam kitab I’anatut Thalibin Syaikh Syatha mengatakan: Dan
sunnah qunut pada shalat subuh, berdasarkan hadits shahih, bahwa Nabi SAW
qunnut subuh sampai akhir hayatnya. {I’anutut Thalibin I/158}
Dalam kitab Al-Um juz I halaman 205 disebutkan: Imam Syafi’i
mengatakan “Tidak dianjurkan membaca do’a qunut selain pada shalat subuh,
kecuali qunut nazilah, bila terjadi bencana. Bila imam qunut, dianjurkan qunut
bila dikehendaki pada setiap shalat” {al-Um I/205}
Maksudnya adalah bahwa qunut hanya dianjurkan pada shalat
subuh, tidak pada setiap shalat lima waktu, kecuali qunut nazilah maka
dilakukan pada setiap shalat lima waktu bila imam melakukannya.
Tersebut dalam kitab Syarah al-Muhadzab juz II halaman 492,
imam Nawawi mengatakan: “Dan adalah termasuk sunnah Nabi SAW qunut pada shalat
subuh pada raka’at yang kedua berdasarkan pada hadits dari Anas bin Malik”
{al-Majmu’ III/492}
Dalam kitab Al-Aziz syarah al-Wajiz disebutkan adalah
al-Qasim Abdul karim bin Muhammad al-Rafi’ mengatakan: sunnah hukumnya qunut
pada shalat subuh. {al- Aziz syarah al-Wajiz hal. 412}
Dalam kitab Bujairimi disebutkan “Yang sunnah muakkadah
dalam shalat adalah Tasyahud Awal dan Qunut Subuh”. {al-Bujairimi II/44}
Dalam kitab Nihayatuz Zain disebutkan: Syaikh Nawawi al-
Banteniy mengatakan: “Dan sesungguhnya sunnah qunut pada shalat subuh yaitu
pada i’tidal raka’at kedua, setelah membaca do’a yang biasa” {Nihayatuz-zain
hal. 66}
Pendapat
sebagian kalangan
Terdapat sebagian kalangan yang menilai bahwa membaca do’a
qunut pada shalat subuh bid’ah. Pendapat tersebut berdasarkan hadits palsu dari
Thariq salah seorang tabi’in atau yang dikenal dengan Sa’ad bin Thariq atau Abu
Malik al-Asyja’i.
عن مالك الأشجعي رضي الله عنه قال : يا أبت إنّك قد صلّيت خلف
النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم وأبي بكر وعمر وعثمان وعليّ ابن أبي طالب ههنا
بالكوفة نحو خمسين سنين، أكانوا يقنتون؟ فقال : أي بنيّ محدث. رواه أحمد والنسائي
وابن ماجة والترمذي وصححه في صحيحه ج 1 ص 192 وقال ابن العربي هذا حديث لم يصح
(فقه السنة ج 2 ص 38)
Imam
Tirmidzi perawi hadits tersebut mengatakan: “Bahwa hadits itu lemah”. Hadits
lemah tidak dapat dipakai dalil, terlebih bila hadits tersebut bertentangan
dengan hadits shahih yang justru menganjurkan qunut subuh. Hadits tersebut
menerangkan semua qunut bid’ah.
Terdapat pula hadits dari Anas bin Malik ra, yang
menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah membaca do’a qunut pada shalat
subuh kecuali qunut nazilah.
عن أنس رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم
كان لايقنت فى صلاة الصبح إلاّ إذا دعا لقوم او دعا على قوم. رواه ابن حبان
والخطيب وابن خزيمة وصححه (فقه السنة ج 2 ص 38)
Namun hadits tersebut bertolak belakang dengan sejumlah
hadits shahih yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAWmembaca qunut dalam
shalat subuh baik qunut nazilah dan qunut subuh seperti disebutkan dalam hadits
diatas.
Imam Abu Bakar bin Arabiy yang terkenal dengan nama Ibnu
Al-Arabiy memberi keterangan demikian: “Bahwa benar bahwa Nabi SAW qunut dalam
shalat subuh dan benar bahwa Nabi SAW qunut sebelum ruku’ atau sesudah ruku’
dan benar bahwa Nabi SAW qunut Nazilah dan begitupula para sahabat melakukan
qunut di Madinah, Sayyidina Umar mengatakan bahwa qunut sunnah hukumnya, yang
demikian ini sudah biasa dilakukan para sahabat di Masjid Madinah”. {Shahih
Tirmidzi I/192}
Terdapat hadits palsu yang juga dipakai alasan bagi yang
mengatakan qunut subuh bid’ah yaitu:
أنّه صلّى الله عليه وسلّم : نهى عن القنوت فى الصبح. رواه
البيهقى
Ulama’ ahli hadits sepakat bahwa hadits tersebut palsu.
Hadits palsu tidak dipakai hujjah. Dalam kitab Mizanu al-I’tidal disebutkan:
“Dalam rawi hadits ini terdapat orang yang bernama Muhammad bin Ya’la, Anbasah
bin Abdur rahman dan Abdullah bin Rafi’ Muhammad bin Ya’la adalah orang Kufah.
Imam Bukhari mengatakan ia adalah orang yang ditinggalkan oleh ahli hadits
{matruk}” {Mizan al-I’tidal IV/70}
Dalam kitab Mizan al-I’tidal juz II hal. 422 disebutkan:
“Abdullah bin Abu Rafi’ adalah banyak meriwayatkan hadits palsu dan hadits
mursal serta munkar” {Mizan al-I’tidal II/422}
Imam Daruquthniy mengatakan: “Muhammad bin Ya’la, Anbasah
bin Abdurrahman dan Abdullah bin Rafi’ perawi hadits tersebut adalah
orang-orang yang lemah dan riwayatnya tidak dapat dipercaya”.
2. Qunut Witir
Qunut Witir adalah membaca do’a qunut pada raka’at terakhir
setelah bangun dari ruku’ dalam shalat witir Ramadhan yang dimulai pada
pertengahan malam bulan suci Ramadhan yaitu tanggal 15 Qamariyah hingga akhir
bulan Ramadhan. Membaca do’a qunut selain disunnahkan dalam shalat subuh juga
dalam shalat witir Ramadhan. Namun terdapat sedikit perbedaan pendapat
dikalangan ulama’ tentang hukum qunut dalam shalat witir.
Madzhab
Maliki
Ulama’ madzhab Maliki berpendapat bahwa dianjurkan membaca
do’a qunut hanya dalam shalat subuh saja dan tidak dianjurkan dalam shalat
witir dan shalat lainnya. Menurutnya makruh membaca do’a qunut dalam shalat
witir. {al-Syarhu al-Kabir I/248 dan al-Qowanin al-Fiqhiyah hal. 61}
Jumhur
Ulama’
Mayoritas ulama’ diantaranya ulama’ Syafi’iya, Hanafiyah,
dan Hanabilah berpendapat bahwa qunut witir sunnah hukumnya. {Al-Badai’ I/273.
Al-Lubab I/78. Fathu al-Qadir I/309. Ad-Durru al-Muhtar I/626-628. Mughni
al-Muhtaj I/166. Al-Majmu’ syarah al-Muhadzab II/474-490. Al-Muhadzab I/81.
Hasyiyah al-Bajuriy I/168}. Namun meraka berbeda pendapat dalam memilih do’a
yang dibaca dalam qunut I/168}. Namun meraka berbeda pendapat dalam memilih
do’a yang dibaca dalam qunut witir, yaitu:
Imam
Abu Hanifah
Do’a qunut yang dibaca dalam qunut witir menurut Imam Abu
Hanifah adalah do’a qunut tersebut dalam hadits yang diceritakan oleh Khalid
ibn Abi Imran ra, yaitu:
اللّهمّ إنّا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك، ونؤمن بك
ونتوكّل عليك، ونثنى عليك الخير كلّه، نشكرك و نكفّرك ونخلع ونترك من يفجرك،
اللّهمّ إيّاك نعبد ولك نصلّى ونسجد وإليك نسعى ونحفد، نرجو رحمتك ونخشى عذابك،
إنّ عذابك الجدّ بالكفّار ملحق.
Bacaan qunut tersebut berdasarkan
hadits dari Khalid Ibn Abi Imran ra.
عن خالد بن أبى عمران رضي الله عنه قال : "بينما رسول
الله صلّى الله عليه وسلّم يدعو على مضر، إذجاءه جبريل، فأومأ إليه أن اسكت فسكت،
فقال : يا محمّد، إنّ الله لم يبعثك سبّابا ولا لعّانا، وإنّما بعثك رحمة
للعالمين، ليس لك من الأمر شيئ، ثمّ علّمه القنوت : اللّهمّ إنّا نستعينك
..." أخرجه أبو داود فى المراسيل (نصب الراية ج 2 ص 135 والفقه الإسلامى
وأدلّته ج 1 ص 811)
Imam Ahmad ibn Hambal
Do’a qunut witir menurut madzhab Hambali adalah sama dengan
do’a qunut yang dibaca dalam qunut shalat subuh. Dibaca dengan suara keras. Makmum
dianjurkan mengamini dan mengangkat kedua tangan kemudian menyapu muka setelah
selesai do’a. Sesuai hadits Saib ra.
عن السّائب بن يزيد عن أبيه رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ
صلّى الله عليه وسلّم كان إذا دعا رفع يديه ومسح بهما وجهه. رواه أبو داود فى سننه
ج 2 ص 1492 وأحمد فى مسنده ج 4 ص221 والطبراني فى الكبير ج 22 ص241 عن قتيبة ابن
سعد عن ابن لهيعة عن حفص ابن هشام هبن عتبة هبن أبى وقاص عن السائب هبن يزيد عن
أبيه.
Diceritakan
dari al-Sa’ib ibn Yazid dari ayahnya ia berkata: Bahwa Nabi SAW berdo’a sambil
mengangkat kedua tangannya dan menyapu muka setelahnya HR. Abu Dawud, Ahmad,
dan Thabarani. {Sunan Abu Dawud II/1492. Musnad Ahmad IV/221. Al-Kabir
XXII/241}
عن ابن عبّاس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلّى الله
عليه وسلّم : إذا دعوت الله فادع بباطن كفّيك ولا تدع بظهورهما فإذا فرغت فامسح
بهما وجهك. رواه ابن ماجة فى سننه ج 1 ص 1181 وعبد ابن حميد فى المنتخب ج 1 ص236
والحاكم فى المستدرك ج 1 ص 719 والطبراني فىى المجموع الكبير ج 10 ص 10779 عن صالح
ابن حسن الأنصاري عن محمد ابن كعب القرضي عن ابن عباس رضي الله عنهما.
Diceritakan
dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Nabi SAW bersabda: Bila kamu berdo’a maka
berdo’alah sambil menadahkan tapak tanganmu dan jangan kamu berdo’a sambil
membalik tanganmu, maka bila kamu selesai berdo’a sapukanlah kedua tapak
tanganmu pada wajahmu. HR. Ibnu Majah, Abdubnu Humaid, Hakim dan Thabarani
{Sunan Ibnu Majah I/1181. Al-Muntakhab I/236. Al-Mustadrak I/719. Al-Majmuk
al-Kabir X/10779}
Imam Ahmad ibn Hambal memilih do’a yang dibaca pada qunut
witir adalah “Allaahummahdinii fiiman hadait....” sesuai hadits yang
diceritakan al-Hasan bin Ali ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW mengajarkan
kepadaku do’a yang dibaca pada qunut witir yaitu:
اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن
تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، وإنّك تقضى ولا يقضى عليك ولا
يضلّ من واليت تباركت ربّنا وتعاليت. رواه النسائي وابن ماجة وابو داود والترمذي
وأحمد والدارمي والحاكم والبيهقي (صحيح الترمذي ج 1 ص 144 وصحيح ابن ماجة ج 1 ص
194 وسبل السّلام ج 1 ص 362 )
Madzhab
Syafi’i
Imam Syafi’i mengatakan bahwa sunnah membaca do’a qunut
dalam shalat witir yaitu dimulai dari pertengahan malam bulan suci Ramadhan
{tanggal 15 Ramadhan}. Sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud dan Baihaqi:
أنّ أبي ابن كعب رضي الله عنه كان يقنت فى النّصف الأخير من
رمضان حين يصلّي التّراويح. قال عنه الحنابلة فيه انقطاع (الفقه الإسلامي وأدلّته
ج 1 ص 827)
“Sesungguhnya
Ubay ibn Ka’ab ra, adalah membaca do’a qunut pada pertengahan akhir bulan
Ramadhan ketika shalat tarawih”. Al-Hanabilah mengatakan rawi hadits itu ada yang
terputus. {Al-Fiqh al-Islami wa-adillatuhu juz I/827}
Adapun do’a qunut yang dibaca dalam qunut witir menurut Imam
Syafi’i adalah sama dengan do’a qunut dalam shalat subuh. Menurutnya dalam
pendapat yang rajih boleh ditambahkan setelahnya do’a yang dipilih Imam Abu
Hanifah. Do’a qunut yang dipilih oleh Imam Syafi’i dan Ulama’ Syafi’iyah adalah
do’a qunut yang masyhur , yaitu:
اللّهمّ اهدني فيمن هديت، وعافني فيمن عافيت، وتولّني فيمن
تولّيت، وبارك لي فيما أعطيت، وقني شرّ ما قضيت، فإنّك تقضي ولا يقضى عليك، وإنّه
لا يضلّ من واليت، ولا يعزّ من عاديت، تباركت ربّنا وتعاليت، فلك الحمد على ما
قضيت أستغفرك وأتوب إليك، وصلّى الله على سيّدنا محمّد النبيّ الأميّ وعلى اله
وصحبه وسلّم.
Do’a
qunut yang dibaca dalam qunut witir sama dengan do’a qunut yang dibaca dalam qunut
subuh tersebut berdasarkan sejumlah hadits shahih diantaranya.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان رسول الله إذا رفع رأسه
من الركوع من صلاة الصبح في الرّكعة الثّانية رفع يديه فيدعو بهذا الدّعاء :
اللّهمّ اهدني فيمن هديت...."رواه الحاكم وقال : صحيح وزاد البيهقي فيه عبارة
: فلك الحمد على ما قضيت" رواه البيهقي عن ابن عباس (سبل السّلام ج 1 ص 187).
وزاد البيهقي والطبراني "ولا يعزّ من عاديت" (سبل السّلام ج 1 ص 186)
Dan hadits dari Ibnu Abbas ra,
diceritakan.
عن ابن عبّاس رضي الله عنهما قال : كان النّبيّ صلّى الله عليه
وسلّم يقنت فى صلاة الصّبح وفى الوتر بهؤلاء كلمات : اللّهمّ اهدني فيمن هديت إلى
آخره. رواه البيهقي (سنن البيهقي ج 2 ص 210)
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Adalah Nabi SAW qunut pada
shalat subuh dan pada witir Ramadhan dengan do’a ini “ Allahummahdini fiiman
hadait” HR. Baihaqi. {Sunan Baihaqi II/210}
Terdapat sejumlah hadits lain yang menerangkan dianjurkannya
qunut witir Ramadhan dalam sejumlah hadits shahih diantaranya hadits dari Umar
ibnu Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab dan
para sahabat lainnya. {Nasbu al-Rayah II/123}
3. Qunut Nazilah
Qunut nazilah adalah membaca do’a qunut pada sejumlah
sahalat fardlu {jahriyah} pada raka’at terakhir setelah ruku’ sebelum sujud
seperti dalam qunut subuh dan qunut witir Ramadhan. Qunut nazilah dianjurkan
bila terjadi musibah menimpa kaum muslimin, seperti pembantaian kaum muslimin
dan sejenisnya. Para ulama’ berbeda pendapat tentang hukum qunut nazilah.
Madzhab
Syafi’i
و
قال الشافعية : يسن أن يقنت للشدائد فى جميع أوقات الصلاة و يجهر فيه الامام و
المنفرد , و تسن فيه الجماعة فى شهر رمضان , و القنوت فى الركعة الأخيرة منه فى
النصف الثانى من ذلك الشهر , كما يسن القنوت بعد الرفع من ركوع الثانية فى الصبح
كل يوم
Artinya:
"Dan telah berkata madzhab Imam Syafi'i: Disunnahkan qunut (qunut nazilah) karena adanya perkara-perkara yang bersifat berat (misalnya turunnya bencana) di dalam semua waktu shalat. Imam dan munfarid (orang yang shalat sendirian) membaca dengan suara keras di dalam qunut itu. Begitupula disunnahkan berjama'ah membaca qunut di bulan suci Ramadhan. Adapun bacaan qunut itu di raka'at akhir pada setengah kedua dari bulan suci Ramadhan, sebagaimana disunnahkan membaca qunut setelah bangun dari ruku' kedua di dalam shalat shubuh pada setiap hari".
"Dan telah berkata madzhab Imam Syafi'i: Disunnahkan qunut (qunut nazilah) karena adanya perkara-perkara yang bersifat berat (misalnya turunnya bencana) di dalam semua waktu shalat. Imam dan munfarid (orang yang shalat sendirian) membaca dengan suara keras di dalam qunut itu. Begitupula disunnahkan berjama'ah membaca qunut di bulan suci Ramadhan. Adapun bacaan qunut itu di raka'at akhir pada setengah kedua dari bulan suci Ramadhan, sebagaimana disunnahkan membaca qunut setelah bangun dari ruku' kedua di dalam shalat shubuh pada setiap hari".
Madzhab
Maliki
Ulama’madzhab Maliki berpendapat bahwa sunnah membaca do’a
qunut hanya dalam shalat subuh saja dan tidak dianjurkan dalam shalat lainnya.
Makruh hukumnya membaca do’a qunut pada shalat witir dan nazilah. {al-Syarhu
al-Shaghir I/331. Al-Syarhu al-Kabir I/248 dan al-Qawanin al-Fiqhiyyah hal. 61}
Jumhur
Ulama’
Mayoritas ulama’ yaitu Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah
berpendapat: Dianjurkan membaca do’a qunut nazilah bila terjadi musibah besar
yang menimpa ummat Islam. Anjuran qunut nazilah tersebut tidak secara mutlak,
namun hanya bila terjadi musibah besar yang menimpa ummat islam. Qunut nazilah
dilakukan pada setiap shalat fardlu dengan bacaan keras dan diamini makmum.
Nabi SAW qunut nazilah selama satu bulan terkait musibah besar yang menimpa
ummat islam, kemudian beliau tinggalkan setelah mendapat teguran dari Allah.
{al-Lubab I/79. Hasyiyah al-Bajuriy I/168. Al-Mughniy I/155. Kasy-Syaf al-Qona’
I/494. Al-Muhadzab I/82.al-Majmuk III/486}
Do’a
Yang Dibaca
Do’a yang dibaca dalam qunut nazilah seperti do’a yang diriwayatkan
dari Umar ra. Boleh juga ditambahkan do’a yang lain sesuai kondisinya.
اللّهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، والّف
بين قلوبهم، وأصلح ذات بينهم، وانصرهم على عدوّك وعدوّهم، اللّهمّ العن كفرة أهل
ألكتاب الّذين يكذبون رسلك، ويقاتلون أولياءك، اللّهمّ خالف بين كلمتهم، وزلزل
أقدامهم، وأنزل بهم بأسك الّذى لايردّ عن القوم المجرمين. بسم الله الرّحمن
الرّحيم، اللّهمّ إنّا نستعينك.
Dalil dianjurkannya Qunut Nazilah
Nabi SAW pernah melakukan qunut nazilah selama satu bulan
untuk minta keselamatan bagi ummat islam dan melaknat kaum kafir yang berbuat
aniaya terhadap ummat islam, yaitu Ri’lan, Dzakwan, Lihyan, Ushayah dan
sejumlah orang kafir lainnya. Setelah mendapat teguran dari Allah dengan
turunnya surat Ali Imran: 128 beliau meninggalkannya. Yaitu Firman Allah.
ليس لك من الأمر شيئ او يتوب عليهم او يعذّبهم فإنّهم ظالمون
(ال عمران : 128)
“Tidak
ada sedikit campurtanganmu Muhammad dalam urusan mereka, atau Allah menerima
taubat mereka atau menghukumnya, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang dhalim” {Ali Imran: 128}
Terdapat dalil dianjurkannya qunut
nazilah diantaranya adalah:
عن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال : أنّ النّبيّ صلّى الله
عليه وسلّم قنت شهرا يدعو عليهم ثمّ ترك فأمّا في الصبح فلم يزل يقنت حتّى فارق
الدّنيا. رواه البيهقي والدار قطني (المجموع ج 3 ص 504)
عن أنس رضي الله عنه قال: كان القنوت فى المغرب والفجر. رواه
البخارى (صحيح البخاري ج 1 ص 127)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : لأقربنّ صلاة النّبيّ صلّى
الله عليه وسلّم فكان أبوهريرة يقنت فى الركعة الأخرة من صلاة الظّهر وصلاة العشاء
وصلاة الصّبح بعد ما يقول "سمع الله لمن حمده" فيدعو للمؤمنين ويلعن
الكفّار. رواه البخاري (صحيح البخاري ج 1 ص 104)
Abu Hurairah ra, berkata: “Bahwa cara shalat saya sama
seperti cara shalat Nabi SAW adalah Abu Hurairah ra, qunut nazilah pada raka’at
akhir dalam shalat dhuhur, pada shalat isya’ juga pada shalat subuh, setelah
membaca: “Sami’allahu liman hamidah” beliau berdo’a untuk orang mukmin dan
melaknat orang-orang kafir” HR. Bukhari {Shahih Bukhari I/104}
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان النّبيّ صلّى الله عليه
وسلّم يقول حين يفرغ من صلاة الفجر من القراءة ويكبّر ويرفع رأسه "سمع الله
لمن حمده ربّنا ولك الحمد" ثمّ يقول وهو قائم : اللّهمّ انج الوليد ابن
الوليد، وسلمة ابن هشام وعياش ابن ربيعة، والمستضعفين من المسلمين والمؤمنين :
اللّهمّ اشدد وطأتك على مضرّ واجعل عليهم كسني يوسف. اللّهمّ العن لحيان ورعلان
وذكوان وعصيّة عصت الله ورسوله" ثمّ بلغنا أنّه ترك ذلك لمّا نزل قوله تعالى
"ليس لك من الأمر شيئ أو يتوب عليهم أو يعذّبهم فإنّهم ظالمون" رواه
مسلم (صحيح مسلم ج 5 ص 176-177)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Adalah Nabi SAW berdo’a
ketika selesai membaca ayat al-qur’an dan takbir serta bangun dari ruku’
membaca “sami’allahu liman hamidah” pada shalat subuh kemudian membaca do’a
sambil berdiri “Ya Allah bebaskanlah Al-Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam,
Ilyas ibnu Abi Rab’iah dan orang-orang yang lemah dari kaum muslimin. Ya Allah
berikanlah hukuman yang berat kepada Mudhar, jadikanlah tahun mereka seperti
tahun-tahun Nabi Yusuf. Ya Allah laknatlah Lihyan, Ri’lan, Dzakwan dan
Ushaiyyah yang telah durhaka kepada Allah dan rasul-Nya”. Kemudian sampai
kepada kami berita yang mengatakan bahwa Nabi SAW telah meninggalkan qunut
nazilah setelah turun surat {Ali imran:128} “Tidak ada hak bagimu Muhammad
dalam urusan mereka itu, atau Allah menerima taubat mereka atau menghukumnya,
karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dhalim” HR. Muslim
{Shahih Muslim IV/176-177}
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masalah khilafiyah di dalam dunia ini tidak akan ada
habisnya, dengan adanya masalah khilafiyah tersebut, maka timbullah berbagai
pendapat dari kalangan ulama’ dan diantara pendapat para ulama’ terdapat
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi dengan timbulnya
banyak masalah khilafiyah di dunia ini dan juga berbagai pendapat dari kalangan
ulama’ tersebut sebagai jurang pemisah diantara sesama muslim, selama perbadaan
itu masih dalam koridor syari’at islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Sufyan Raji, Amaliyah Sunnah Yang Dinilai Bid’ah, (Jakarta: Pustaka Al Riyadl,
2007)
Al-Wazir
Abil Muzaffar Yahya bin Muhammad bin Jabirah As-Syaibani, Ikhtilaful A'immatil
Ulama (اختلاف الأئمة العلماء) (Beirut – Libanon : Darul Kutubil 'Ilmiyah)