-->

ads

Makalah Suku Bunga Sebagai Harta

BAB I
PENDAHULUAN
            Sampai saat ini kita telah membicarakan secara panjang lebar mengenai bekerjanya pasar uang serta berbagai teori mengenai permintaan akan uang. Salah satu dimensi utama dari pasar uang yaitu tingkat bunga, apa sebenarnya maksud dari ;bunga ‘ itu? Mengapa ada ‘bunga’ ? Teori-teori apa saja yang menjelaskan tentang adanya bunga? Apa unsure-unsur yang membentuk  tingkat bunga itu? Apakah pengaruh dari perubahan nilai uang (inflasi) terhadap tingkat bunga? Apakah hubungan antar tingkat bunga untuk hutang-piutang jangka panjang dan hutang-piutang jangka panjang?
BAB II
PEMBAHASAN
1.     Tingkat bunga sebagai “harga “ uang.
Pengertian dasar dari tingkat bunga , yait sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Tingkat bunga sebesar 18% setahun berarti bahwa apabila saya meminjam Rp. 100,- sekarang maka setahun lagi kita harus mengembalikan Rp. 118,- . Pengertian tingkat bunga sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (misalnya setahun lagi). Hutang-Piutang timbul karena terjadi “pertukaran” semacam ini. Pembeli dari satu rupiah sekarang sekaligus juga penjual dai satu rupiah sekarang dan sekaligus juga pembeli satu rupiah nanti, maka orang yang meminjamkan (krediur). Debitur harus membayar kepada kreditur harga dari pertukaran tersebut, dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur (dan yang diterima kreditur).
2.     Mengapa ada bunga ?
A.    Klasik : Leonable Funds
Bunga adalah harga dari (penggunaan) leonable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah ‘ dana yang tersedia untuk dipinjamkan’. Terjemahan bebasnya mungkin lebih baik kita gunakan istilah ‘dana investasi’ sebab menurut teori Klasik bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.
Apakah pasar dana investasi ini?  Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok penabung . Bersama- sama, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplai atau penawaran akan suplai funds. Di lain pihak , dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka ingin berkonsumsi lebih aripada pendapatan yang diterima selama periode tersebut atau yang lebih penting karena mereka adalah pengusaha yang memerlukan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah ‘investor’ dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable funds.

Selanjutnya para ‘penabung’ dan para investor ini bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan (atau keseimbangan)

                                                                                       
Mengapa kurva penawaran akan dana investasi (S) menaik dan kurva permintaan akan dana investasi (I) menurun? Teori Klasik mempunyai jawaban untuk ini sebagai berikut.
Untuk tabungan (penawaran) yang  menaik apabila tingkat bunga naik, jawabannya berdasarkan atas perilaku anggota masyarakat yang sejalan dengan perilaku memaksimunkan kepuasan (utility) dalam teori permintaan konsumen 
B.     Keynesian : Liquidity Preference
Jawaban yang kedua mengenai adanya tingkat bunga yang positif berasal dari Keynes. Kita ingat bahwa dalam teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Kita ingat pula bahwa menurut teori ini ada tiga motif yaitu : transaksi, berjaga-jaga, dan spekulas. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya “permintaab akan uang” yang diberi nama liquiditas preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahwa permintaan akan uang menurut teori Keynes  berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut.
Memegang uang tunai (atau “rupiah” sekarang  menjamin liquiditas orang  tersebut. Presepsi atau keinginan  untuk tetap likuid (oleh sebab itu diberi nama (Liquid Prefarance)  inilah yang membuat orang bersedia membayar harga uang tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsure permintaan akan uang akan bertujuan spekulasi : permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi.
C.     Sintesis Klasik dan Keynesian : IS – LM
Kita lihat perbedaan yang mendasar antar jawaban Mashab Klasik dan jawaban Mashab Keynesian mengenai mengapa ada “bunga”. Mashab Klasik menekankan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif, dalam arti bahwa dengan dana ditangan seorang pengusaha bisa menambah alat produksinya (modal) yang bisa menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, uang bisa meningkatkan produktivitas dank arena adanya kenaikan produktivitas inilah orang mau membayar bunga.
Menurut Mashab  Keynesian uang bisa produktif dengan cara lain. Dengan uang tunai ditangan orang bisa berspekulasi di pasar surat berharga dengan kemungkinan memperoleh keuntungan. Dan karena adanya kemungkinan keuntungan ini orang mau membayar bunga.
Sebenarnya kedua pandangan tersebut saling melengkapi. Kaum klasik memandang uang sebagai : dana investasi” (Ionable funds) yang langsung dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan produksi barang dan jasa. Kaum Keynesian lebih  menekankan sifat uang sebagai suatu “aktiva yang likuid” yang bisa digunakan untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh keuntungan dari pasar surat berharga.  Uang sebenarnya adalah dua-duanya yaitu sebagai aktiva liquid dan  sekaligus juga sebagai dana investasi. Tingkat  bunga adalah harga uang yang dihasilkan dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran dana investasi. Tingkat bunga adalah juga harga uang yang timbul dari keseimbangan  antara permintaan dan penawaran uang sebagai aktiva likuid.
3.     Tingkat bunga murni premi resiko dan biaya transaksi
Apa yang kita bicarakan sampai tahap ini adalah penentuan tingkat bunga dalam dunia imajiner  dimana tidak ada resiko bahwa debitur akan menunggak atau tidak membayar kembali hutangnya dan tidak ada biaya-biaya lain dalam transaksi  hutang piutang tersebut  yang harus dikeluarkan baik oleh debitur maupun oleh kreditur. Dalam dunia imajiner tersebut tingkat bunga bunga yang ada adalah ‘’tingkat bunga murni”. Dalam dunia nyata kreditur harus memperhitungkan kemungkinan bahwa dengan tidak membayar kembali hutangnya ( modal plus bunga) tepat pada waktunya atau tidak membayar sama sekaliAdanya resiko ini tentu harus diperhitungkan oleh kreditur  dalam transaksi yang direncanakan. Apabila kreditur merasa yakin bahwa si debitur akan membayar tepat pada waktunya segala kewajibannya maka resiko tersebut adalah nol, Tetapi apabila kreditur tidak yakin sepenuhnya akan hal tersebut, maka resiko tersebut ada dan harus dipertimbangkan.
4.     Tingkat bunga nominal
Kedua unsur yang menaikkan tingkat bunga melebihi tingkat bunga murni yang disebut diatas terkait langsung dengan karakteristik debitur itu sendiri (premi resiko) atau dengan keadaan lingkungan dimana transaksi tersebut dilaksanakan (biaya transaksi). Ada satu yang penting lagi yang biasanya juga masuk dalam perhitungan kreditur adalah  maupun debitur dalam menentukan tingkat bunga yang mereka setujui untuk transaksi mereka. Pertimbangan ini terkait dengan apa yang diharapkan orang mengenai perkembangan nilai uang yang menjadi objek transaksi pinjam meminjam tersebut.
Tingkat bunga nominal inilah yang harus dibayar debitur kepada kreditur disamping pengembalian pinjam pokoknya pada saat jatuh tempo. Tingkat bunga nominal ini sebenarnya adalah penjumlahan dari unsure-unsur tingkat bunga, yaitu : tingkat bunga murni, premi resiko, biaya transaksi dan premi untuk inflasi yang diharapkan, Jadi :
 =   +  + Rt +         (1)
Dimana  :
 = tingkat bunga nominal
 tingkat bunga murni
 = premi resiko
Rt  = biaya transaksi
 = premi inflasi
Jadi tingkat bunga nominal atau tingkat bunga yang tercatat di pasar apabila unsur-unsurnya berubah.Yang perlu kita catat adalah bahwa masing-masing unsure dipengaruhi oleh factor yang berbeda.
Tingkat bunga adalah suatu harga yang dipengaruhi oleh banyak factor. Berbeda dengan banyak harga barang-barang lain, tingkat bunga sangat dipengaruhi oleh factor-faktor subyektif, terutama yang berkaitan dengan perubahan perkiraan  atau harapan orang  mengenai perkembangan ekonomi dimasa akan datang.
5.     Tingkat bunga riil.
Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama.
               Rr  =  - Ri
Dimana   R  = tingkat bunga riil
              Ri  = laju inflasi
Perhatikan bahwa Ri adalah symbol untuk laju inflasi yang benar-benar terjadi selama periode tersebut, sedangkan Ri adalah untuk laju inflasi yang diharapkan terjadi selama periode yang sama.
Bagi kreditur maupun debitur tingkat bunga riil (yang diharapkan) adalah yang relevan dalam memutuskan apakah mereka akan mengadakan transaksi pinjam-meminjam atau tidak. Bagi kreditur tingkat bunga riil merupakan imbalan riil bagi pengorbananya untuk menyerahkan penggunaan uangnya untuk jangka waktu tertentu. Bagi debitur, tingkat bunga riil merupakan beban riil atas penggunaan uang orang lain. Beban ini disebut beban biaya dari capital atau cost of capital bagi debitur tersebut.
6.     Fisher tentang tingkat bunga riil.
Teori Irving Fisher mengenai tingkat bunga riil, yang didasarkan atas pengamatan jangka panjang berlaku tingkat bunga dan laju inflasi di Amerika Serikat mengatakan bahwa :
Dalam jangka panjang, tingkat bunga riil tidak dipengaruhi oleh laju inflasi.
Makna dari dalil tersebut adalah apabila kita mengabaikan fluktuasi dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun maka kecenderungan umumnya adalah bahwa tingkat bunga nominal akan naik turunnya laju inflasi. Apabila laju inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal akan meningkat, dan sebaliknya.
7.     Tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang
Dalam praktek, jangka waktu hubungan pinjam-meminjam menentukan sekali tingkat bunga yang dibayar debitur  per periode. Jadi misalnya, apabila saya menghendaki untuk meminjam dari seorang kreditur sesuatu jumla tertentu selama 2 bulan, maka saya harus membayar selama 2 % per bulan.
Ada 3 teori pokok mengenai struktur  tingkat bunga menurut jangka waktu, dua diantaranya bisa digolongan sebagai Keynesian dan yang satu disebut Klasik.
Teori yang pertama disebut teori liquidity preference. Teori ini mengatakan bahwa bahwa kurva hasil selalu mempunyai lereng (slope) positif, artinya tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang berjangka lebih lama selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang brjangka lebih pendek.
Teori kedua disebut teori kelompok pasar atau the preferred market habitat theory. Dalam teori ini, masing-masing kelompok seakan-akan mempunyai kelompok pasar sendiri yang terutama menentukan tingkat bunga untuk kelompok tersebut.
Teori ketiga yang bersumber dari Klasik. Teori ini menekankan :
-          Peranan harapan masyarakat mengenai pola perkembangan tingkat bunga dimasa mendatang dalam menentukan struktur tingkat bunga
-          Bahwa kalaupun ada pasar kelompok seperti yang digambarkan oleh teori kelompok  pasar tersebut diatas, tetapi antara kelompok satu dengan yang lain sangat menentukan situasi pasar lain.
8.     Teori Paritas Tingkat Bunga
Teori Paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam system devisa bebas. Teori ini pokoknya menyatakan :
 “Dalam system devisa bebas tingkat bunga dinegara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang Negara yang satu terhadap Negara lain.
BAB III
KESIMPULAN
Tingkat bunga adalah suatu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Mengapa ada bunga? Jawabannya ada 2 teori yakni dari Mashab Klasik dan Mashab Keynesian, dan kedua jawaban ini dipadukan menjadi suatu sintesa, dan sintesa ini yang sekarang diterima oleh kebanyakan ahli ekonomi.
  
Daftar Pustaka
Ekonomi Monoter/Boediono,--ed.3,--BPFE : Yogyakarta, 2001

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel