Bahaya Sakit Ginjal bisa bawa mati
Sunday, November 6, 2016
Sebelum sampai pada tahap dialisis atau cuci darah,
pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik ternyata lebih banyak meninggal
karena penyakit jantung, bukan karena ginjalnya.
Penyakit ginjal kronik saat ini mendapat lebih banyak
perhatian karena sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu keadaan dimana
ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung
lebih dari tiga bulan.
Selain itu, seseorang dikatakan PGK bila fungsi ginjalnya
yang diukur dengan estimasi laju filtrasi glomerular (eLFG) kurang dari 60
mL/menit.
“Ginjal sebenarnya tidak menyebabkan kematian, yang
membuat orang meninggal karena jantungnya berhenti, kalau ginjalnya mati kan
bisa didialisis. Oleh karena itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal karena
penyakit jantung sebelum mencapai gangguan ginjal tahap terminal (stadium
akhir),” jelas Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, KGer, Ketua Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) dalam acara Temu Media ‘Pentingnya Kontrol
Tekanan Darah pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik’ di Bebek Bengil Resto,
Jakarta, Senin (21/3/2011).
Menurut Prof Jhon, pasien PGK tahap awal mempunyai risiko
5 sampai 10 kali lipat meninggal karena kejadian jantung dibandingkan pasien
gangguan jantung terminal yang harus menjalani dialisis (cuci darah).
Pasien PGK juga memiliki risiko penyakit jantung 20 kali
lipat dibandingkan dengan orang normal.
Mengapa demikian?
dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM menjelaskan, ketika seseorang mengalami
kelainan ginjal maka akan terjadi kelainan-kelainan yang bisa menyebabkan
kerusakan di jantung, seperti anemia (kekurangan darah), toksin uremik,
hiperkalemia (kadar kalium darah tinggi), malnutrisi, peradangan kronik, yang
akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan folat sehingga lama-lama
menyebabkan kerusakan di jantung.
“Oleh karena itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal
karena penyakit jantung bukan karena ginjalnya,” lanjur dr. Dharmeizar.
dr. Dharmeizar menjelaskan, banyak orang yang tidak
menyadari dirinya menderita PGK karena memang PGK biasanya tidak menunjukkan
gejala-gejala umum.
“Kebanyakan pasien sudah datang pada stadium lanjut dan
menunjukkan gejala seperti muntah-muntah, sesak napas karena kelebihan cairan
di paru-paru, mual, pucat, bengkak-bengkak,” jelas dr. Dharmeizar.
Padahal sebenarnya, lanjut dr. Dharmeizar, PGk pencegahan
ginjal dapat dilakukan.
Bagaimana mencegah PGK?
“PGK umumnya tidak bergejala, jadi yang bisa dilakukan
adalah cukup dengan tes urine sederhana yang harganya relatif murah,” jelas dr.
Dharmeizar.
PGK bisa dideteksi dengan tes urine sederhana untuk
mengukur kadar protein dalam urine. Bila protein urine positif dan terjadi
selama lebih dari 3 bulan maka orang tersebut bisa dikatakan mengalami penyakit
ginjal kronik.
Bila pada tes urine ditemukan kadar kreatin positif maka
orang tersebut sudah mengalami PGK tingkat lanjut.
Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium
berkala, yaitu
Urin lengkap
Ureum dan
kreatinin
Gula darah
Kolesterol,
LDL-kolesterol, trigliserid
Apa saja penyebab PGK?
Prof Jhon menjelaskan PGK paling banyak disebabkan karena
beberapa hal berikut:
Hipertensi
Diabetes
Mellitus
Infeksi
sistemik
Infeksi saluran
kemih
Batu ginjal
Toksin obat
Radang
glomerulus (glomerulonefritis) kronis
Bagaimana memperlambat PGK?
1. Mengatur diet dengan:
Cukup kalori (35 kal/kg/hari)
Kurangi protein (0.6 – 0.75 gr/kg/hari)
Asupan garam dikurangi
Jumlah air minum disesuaikan
2. Mengontrol tekanan darah
3. Mengontrol kadar gula darah
4. Mengontrol kolesterol darah
5. Meningkatkan Hb
6. Stop merokok
7. Mengobati infeksi saluran kemih
8. Operasi batu saluran kemih