MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS SYARIAH
Saturday, September 3, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai studi
kelayakan bisnis tidak terlepas dari pemahaman manajemen ditambah dengan
melihat beberapa aspek yang terkait disana seperti aspek ekonomi, teknologi,
politik-hukum dan sosial-budaya. Dimana kesemua aspek ini saling memiliki
keterkaitan satu sama lainnya untuk mendukung kelayakan suatu bisnis baik
dilihat dari segi mikro dan makro.
Aspek-aspek ini didalam
manajemen dilihat sebagai bagian yang mampu mempengaruhi keputusan bisnis,
terutama sebagaimana dikatakan oleh Iman Soeharto (1999: 76) bahwa pengkajian
yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek
atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan. Sedangkan Yakob Ibrahim (1996:
92) mendefinisikan studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha
yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia
dari berbagai aspek.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Studi Kelayakan Usaha
Menurut
Kasmir dan Jakfar (2003: 10) Studi kelayakan bisnis atau usaha adalah kegiatan
yang mempelajari secara mendalam atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak tidaknya usaha tersebut dijalankan[1]
Studi
kelayakan usaha atau disebut juga analisis proyek bisnis adalah penelitian
tentang layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara
terus-menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang
berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan
manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan
ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi
kegiatan usaha.[2]
Studi
kelayakan usaha juga merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak
hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru.[3]
Hasil studi
kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara lain untuk:
1.
Merintis
usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan
jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2.
Mengembangkan
usaha yang sudah ada, misalnya untuk menembah kapasitas pabrik, memperluas
skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru, memperluas cakupn
usaha, dan lain sebagainya.
3.
Memilih
jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan
usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek
A atau proyek B, dan lain sebagainya.[4]
B. Tujuan Studi
Kelayakan Usaha
Ketika ingin
mengetahui kelayakan usaha kita, tentunya kita harus mengetahui tujuannya. Dalam hal ini
Kasmir dan Jakfar, (2003: 20) mengatakan
“paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek
dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan”, yaitu:
1. Menghindari
resiko kerugian. Untuk mengatasi resiko kerugian pada masa yang akan datang
harus ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan
terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Fungsi studi kelayakan adalah
meminimalkan resiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan
perencanaan. Apabila sudah dpat meramalkan yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, kita dapat melakukan perencanaan dan hal-hal yang perlu
direncakan.
3. Memudahkan
pelaksaan pekerjaan. Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan pelaksaan
usaha. Pedoman yang telah tersusun secara sistematis, menyebabkan usaha yang
dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
4. Memudahkan
pengawasan. Pelaksanaan usaha yang sesuai dengan rencana yang sudah disusun, akan
memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadapa jalanya usaha. Pengawasan
ini perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
5. Memudahkan
pengendalian. Apabila dalam pelaksanaan telah dilakukan pengawasan, jika
terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat di lakukan
pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah
mengendalikan agar tidak melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga tujuan
perusahaan akan tercapai.[5]
C. Pihak-pihak
yang Berkepentingan
Adapun pihak
yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha di antaranya:
1.
Pihak
Wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai
bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang tentu memerlukan
pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan pada ketidakpastian. Dalam
kewirausahaan, studi kelayakan usaha sangat penting dilakukan agar kegiatan
usaha tidak mengalami kegagalan dan memberi keuntungan sepanjang waktu. Studi
kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman, dan bahan pertimbangan untuk
merintis dan mengembangkan usaha atau melakukan investasi baru, sehingga bisnis
yang akan dilakukan meyakinkan wirausaha itu sendiri maupun pihak-pihak lain
yang berkepentingan.
2.
Investor dan
Penyandang Dana
Bagi
investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha sangat penting untuk
memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas
modal yang ditanamkan atau dipinjamkan, apakah investasi yang dilakukannya
memberikan jaminan pengembalian investasi yang memadai atau tidak. Oleh
investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak
atau tidaknya investasi dilakukan.
3.
Masyarakat
dan Pemerintah
Bagi
masyarakat, studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian
apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya atau sebaliknya justru merugikan, seperti bagaimana dampak
lingkungan, apakah positif atau negatif. Bagi pemerintah, studi kelayakan
sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan fasilitas
lainnya.[6]
D. Aspek-aspek
Studi Kelayakan Usaha
Secara umum
suatu pengerjaan proyek/ usaha yang akan dilakukan dianggap feasible
(layak) adalah apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
1. Proyek/usaha
yang dikerjakan tersebut mampu memberikan manfaat yang berarti kepada publik
(masyarakat).
2. Proyek/usaha
yang dikerjakan tersebut adalah dianggap mampu berkembang (expand) dan
yang terpenting memiliki kondisi kontinuitas usaha yang tinggi.
3. Proyek/usaha
yang akan dikerjakan itu nantinya diperkirakan akan mampu tahan terhadap
berbagai goncangan ekonomi (economic fluctuation) baik karena faktor
domestik maupun global.
4. Proyek/usaha
yang dikerjakan tahan terhadap berbagai masalah termasuk jika timbulnya krisis
kepercayaan.
5. Proyek/usaha
tersebut diharapkan akan bisa menampung lapangan pekerjaan atau secara tidak
langsung telah mencoba mengurangi angka pengangguran (unemployment).
6. Proyek/usaha
yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan mampu memberikan suatu keuntungan
yang wajar dengan juga mampu untuk mengembalikan cicilan bunga beserta pokoknya
secara tepat waktu.
7. Proyek/
usaha yang sedang dilaksanakan adalah searah dengan konsep rencana pembangunan
pemerintah baik pemda dan pusat.
8. Manajer yang
membawahi pengerjaan proyek/usaha tersebut adalah orang yang memiliki
pengalaman dan pendidikan yang cukup.
9. Manajer dan
karyawan yang mengerjakan proyek/usaha tersebut adalah memiliki performance
yang dapat dipertanggungjawabkan secara konsep manajemen modern, seperti
kedisiplinan, loyalitas, kejujuran dan keinginan untuk terus memperbaiki
kesalahan.
10.
Diharapkan
proyek/usaha tersebut berkeinginan dalam jangka panjang untuk
menerapkan penggunaan teknologi modern guna mengantisipasi perkembangan
teknologi yang dinamis juga untuk mengantisipasi akan munculnya para pesaing.[7]
Beberapa aspek yang tidak bisa
dihilangkan dalam kajian kelayakan yaitu:
1) Aspek Sumber Daya Manusia
(SDM)
Dalam hal
membangun proyek bisnis, ketersediaan SDM-nya, yaitu manajer proyek dan staf
proyek hendaknya dikaji secara cermat. Kesuksesan suatu perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang
solid, yaitu manajer dan timnya. Membangun sebuat tim yang efektif merupakan
suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan. Dalam membangun sebuah tim
yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan hanya pada keahlian teknis para
manajer atau anggota tim semata, tetapi juga pada peranan penting mereka dan
keselarasan mereka dalam bekerja.[8]
2)
Aspek Teknis
Evaluasi
aspek teknis mempelajari kebutuhan teknis proyek, sperti penentuan kapasitas
produk, jenis teknologi yang digunakan, penggunaan peralatan, dan mesin serta
lokasi usaha yang paling menguntungkan.
Setiap
gagasan kewirausahaan- baik produksi barang maupun penyediaan jasa- mempunyai
aspek teknis yang hatus dianalisis seblum usaha implementasi gagasan
dilaksanakan. Ada dua langkah penting dalam proses ini, yaitu:
a. Identifikasi
spesifikasi teknis penting
Evaluasi
gagasan ventura baru hendaknya dimulai dengan identifikasi persyaratan teknis
yang kritis terhadapa pasar sehingga mampu memenuhi harapan dari pelanggan
potensial. Persyaratan teknis yang paling penting adalah:
1. Desain
fungsional produk dan daya tarik penampilannya
2. Fleksibilitas,
memungkinkan adanya modifikasi cirri luar dari produk untuk memenuhi permintaan
konsumen atau perubahan teknologi dan persaingan.
3. Daya tahan
bahan baku produk dapat diandalkan, kinerja produk seperti yang diharapkan pada
kondisi operasi normal
4. Keamanan
produk, tidak menimbulkan bahaya pada kondisi operasional daya guna yang bisa
diterima
5. Kemudahan
dan biaya pemeliharaan yang rendah
6. Standariasasi
melalui dihilangkannya suku cadang yang tidak perlu
7. Kemudahan
untuk diproduksi dan diproses dan kemudian untuk ditangani
b. Pengembangan
dan uji coba produk
Pengembangan
dan uji coba produk termasuk juga studi rekayasa, uji laboratorium, evaluasi
bahan baku alternative, serta fabrikasi model dan prototype untuk uji lapangan.
Untuk setiap tahap pengujian, hasil negative dan positif harus ditimbang dan
dilakukan penyesuaian yang perlu.[9]
3) Aspek
Pemasaran
Untuk
menganalisis aspek pemasaran, seorang wirausaha terlebih dahulu harus melakukan
penelitian pemasaran dengan menggunakan sistem informasi pemasaran yang memadai
berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau
dikembangkan memiliki peluang pasar yang memadai atau tidak. Dalam analisis
pasar, biasanya terdapat beberapa komponen yang harus dianalisis dan dicermati,
di antaranya:
a. Kebutuhan
dan keinginan konsumen, jika kebutuhan dan keinginan konsumen terpenuhi,
berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak bila dilihat dari
kebutuhan/keinginan konsumen.
b. Segmentasi
pasar, pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan
geografi, demografi, dan sosial budaya.
c. Target,
terget pasar menyangkut banyaknya konsumen yan g dapat diraih.
d. Nilai
tambah, wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap
rantai pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir.
e. Masa hidup
produk, harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama atau
tidak.
f.
Struktur
pasar, harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan dipasarkan termasuk
pasar persaingan tidak sempurna atau sempurna.
g. Persaingan
dan strategi pesaing, harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau
rendah, jika persaingan tinggi berarti peluang pasar rendah.
h. Ukuran
pasar, ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan.
i.
Pertumbuhan
pasar, pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan.
j.
Laba kotor,
apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah.
k. Pangsa
pasar, pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang
diminta dengan jumlah barang dan jasa ditawarkan.
4) Aspek Produksi
Beberapa
unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis adalah:
a. Lokasi
operasi, untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling strategis dan
efisien, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi pelanggannya.
b. Volume
operasi, volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi
permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kapasitas.
c. Mesin dan
peralatan, mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa
kini dan yang akan datang.
d. Bahan baku
dan bahan penolong, bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan harus cukup
tersedia.
e. Tenaga
kerja, jumlah dan kualifikasi karyawan harus disesuaikan dengan keperluan jam
kerja dan kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
f.
Tata letak,
tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi harus tepat dan
prosesnya praktis sehingga dapat mendukung proses produksi.
5)
Aspek Manajemen
Dalam
menganalisis aspek-aspek manajemen, terdapat beberapa unsur yang harus
dianalisis, seperti:
a. Kepemilikan,
bentuk kepemilikan perusahaan hendaknya dipilih yang tidak berisiko terlalu
tinggi dan menguntungkan.
b. Organisasi,
bentuk organisasi perusahaan harus tepat dan efisien.
c. Tim
manajemen, bila bisnis merupakan skala besar, maka sebaiknya dibentuk tim
manajemen yang solid.
d. Karyawan,
karyawan harus disesuaikan dengan jumlah dan kualifikasi yang diperlukan.
6)
Aspek Keuangan
Analisis
aspek keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kebutuhan
dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan.
b. Sumber dana,
yaitu sumber dana internal dan modal eksternal.
c. Proyeksi
neraca, sangat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan.
d. Proyeksi
laba rugi, proyeksi laba rugi dari tahun ke tahun menggambarkan perkiraan laba
atua rugi di masa yang akan datang.
e. Proyeksi
arus kas, dari arus kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban keuangannya.[10]
7) Aspek
Kemanfaatan
Aspek
kemanfaatan yang dimaksud disini adalah bahwa proyek/usaha yang dikerjakan
tersebut nantinya diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat dan juga telah
turut membantu menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan. Aspek ini
dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis rencana bisnis dapat
dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap
direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib
atau oleh masyarakat. Dalam aspek ini menyangkut siapa pelaksana bisnis, bisnis
apa yang dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis dilaksanakan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8) Aspek
Kesempatan Kerja
Disini diharapkan
bahwa proyek/usaha yang dikerjakan tersebut adalah mampu untuk membuka lapangan
pekerjaan baru kepada masyarakat yang otomatis itu adalah membantu pemerintah
untuk mengurangi jumlah angka pengangguran. Misalnya pada usaha yang sifatnya
padat karya, jelas untuk usaha seperti ini penyerapan jumlah tenaga kerja akan
terasa sangat signifikan terjadi.
9) Aspek
Lingkungan
Aspek
lingkungan menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan dan
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan suatu perusahaan seperti pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Keseimbangan ekosistem lingkungan
harus selalu dijaga pada saat kerusakan lingkungan sudah terjadi maka
mengembalikan kembali kepada keseimbangan semula adalah sangat sulit karena
proses stabilitas lingkungan itu adalah memakan waktu yang sangat lama.[11]
10) Aspek
Ekonomi, Sosial dan Politik
a.
Aspek
Ekonomi, meliputi :
1.
Rencana
Pembangunan Nasional
2.
Distribusi
Nilai Tambah
3.
Keuntungan
Ekonomi Nasional
4.
Hambatan di
bidang ekonomi, dan
5.
Dukungan
Pemerintah
b.
Aspek
Sosial, meliputi:
1.
Perusahaan
sebagai lembaga sosial
2.
Perubahan
kondisi sosial yang kompleks
3.
Perusahaan
dalam masyarakat yang pluralistik
c.
Aspek
Politik, diutamakan pada good news dan bad news dari situasi
poitik bagi suasana bisnis, khususnya terhadap nilai kurs.[12]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Studi kelayakan usaha merupakan cara untuk
mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memulai suatu bisnis atau
usaha. Dalam memulai usaha banyak yang harus diperhatikan, mulai dari lokasi,
barang yang akan di gunakan untuk usaha, sasaran atau objek yang akan menerima
barang, dana yang yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha tersebut. Sehingga
perlunya studi kelayakan usaha.
Didalam melakukan usaha atau bisnis harus
diperhatikan hal-hal yang yang penting, antara lain: tujuan kelayakan usaha,
pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, invester atau pemberi
dana, masyarakat dan pemerintah, serta perlunya mengetahui aspek-aspek mengenai
kelayakan usaha, yaitu : Aspek Sumber daya manusia, produksi, pemasaran,
teknis, keuangan, kemanfaatan barang, kesempatan kerja, manajamen, lingkungan, social,
ekonomi, dan politik. Agar nantinya dalam berwirausaha berjalan lancer dan
sesuai dengan target atau tujuan yang kita inginkan sehingga menjadi wirausaha
yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, A. 2014. KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fahmi, Irham. Dkk. 2010. Studi Kelayakan Bisnis
Teori Dan Aplikasi. Cet-2. Bandung: Alfabeta.
[7] Irham Fahmi, dkk, Studi Kelayakan Bisnis Teori Dan Aplikasi, Cet-2,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 19-20