-->

ads

Resiko Penyakit Ginjal Kronis

Penderita penyakit ginjal biasanya memiliki kualitas hidup yang semakin menurun. Apalagi, bila vonis gagal ginjal dijatuhkan, permasalahan menjadi rumit karena harus memikirkan biaya untuk cuci darah. Maklum, sekali cuci darah bisa menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Penanganan masalah ginjal yang terlambat bisa mengakibatkan fungsi ginjal menurun tanpa sepengetahuan penderita. Oleh karena itu, melakukan pengecekan kondisi ginjal saat masih sehat itu perlu sebagai bentuk pencegahan. Bila Anda orang yang berpotensi mengalami masalah ginjal, cek ginjal seharusnya wajib dilakukan.

Menurut dr. Candra Wibowo, Sp. PD, dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta, pencegahan penyakit ginjal itu terletak pada penerapan gaya hidup sehat. Faktor genetika tidak berpengaruh sebagai penyebab masalah ginjal

“Misalnya orang tua (mempunyai) batu ginjal, anaknya bisa tidak terkena batu ginjal jika mempunyai gaya hidup yang baik,” kata dr. Candra seperti dikutip Tribun News. “Sebaliknya, jika orang tua tidak punya riwayat batu ginjal, tapi gaya hidup kita jelek, batu ginjal bisa timbul.”

Ada beberapa hal penting seputar resiko yang memengaruhi penyakit ginjal kronis, di antaranya:

1. Orang tanpa faktor resiko ginjal
Sebaiknya, orang yang sudah berumur 40 tahun ke atas memeriksakan fungsi ginjalnya secara keseluruhan.

2. Orang yang berisiko tinggi
Penderita hipertensi, diabetes, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, dan merokok adalah orang yang perlu mewaspadai kemungkinan terkena penyakit ginjal kronik.

3. Berat badan lahir rendah
Bayi yang beratnya kurang dari 2.300 gram beresiko menderita penyakit ginjal kronik pada suatu masa.

4. Pendidikan rendah
Ada kecenderungan atau risiko lebih tinggi mengalami gangguan ginjal, pada orang berpendidikan rendah. Terutama, menyangkut gaya hidup kurang sehat.

5. Pendapatan rendah
Orang berpenghasilan rendah rentan mengalami infeksi. Penyebabnya, mereka lebih suka mengonsumsi makanan berkualitas kurang baik.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel