Makalah Sejarah Islam di Andalusia spanyol
Tuesday, November 22, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari
banyaknya buku sejarah yang kita baca dan informasi-informasi yang kita telah
dapatkan, para ahli sejarah telah mencatat banyak hal tentang perkembangan
peradaban Islam khususnya pertengahan abad ke-8 M hingga permulaan abad ke-13
M. Sejarah peradaban islam telah dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa
tersebut Islam pernah mengalami masa kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan
dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam banyak bidang seperti bidang ilmu
pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih banyak yang lainnya.
Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari Daulah Islam di Timur (Daulah Abbasiah)
yang berpusat di Baghdad maupun Islam di Barat (Daulah Umayyah) yang berpusat
di Cordoba.
Di
masa khilafah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai
keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan
wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman khalifah
al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia
adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi
(tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan
Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan
Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab
dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol
merupakan tempat paling utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap
peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan
politik, social, perekonomian, maupun peradaban antarnegara. Orang-orang eropa
menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh
meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan
sains. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang
budi kepada khazanah ilmu pengetahan Islam yang berkembang di periode klasik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya islam di
Andalusia?
2. Bagaimana perkembangan peradaban dan
pemerintahan politik di Andalusia sebelum dan sesudah masuknya islam?
3. Bagaimana system pemerintahan masa-masa
kekhalifaan di Andalusia?
4. Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan
kekuasaan islam di Andalusia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Proses Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung
Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang
ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit
dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit tua menyebut selat sempit itu dengan
tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa.
Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan
atlantik.
Semenanjung
Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M, didiami oleh
bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia.
Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa
belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol
diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah
Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah
itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa
bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah
kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan
penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji akan
membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan Islam yang memimpin pasukan
kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun,
yang sebagai perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq
ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta
(Jabal Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M,
mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah
7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan
tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada
akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja
Foderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada,
Toledo dan hingga akhirnya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
2.2
Perkembangan Politik
Pada
waktu Bani Umayyah (661-750 M) yang berpusat di Damaskus jatuh pada tahun 132 H
(750 M) dan digantikan oleh Bani
Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada saat itu terjadi pembunuhan massal
serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah, terdapat seorang amir
yang dapat meloloskan diri dan selamat dari pembantaian, ia bernama Amir
Abdurrahman bin Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia memasuki Mesir, Barca
(Libya), dan Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak kurang dari enam tahun,
Abdurrahman berhasil memasuki Andalusia. Pada awalnya, amir yang memegang
kekuasaan terakhir di Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) adalah seorang
wali Yusuf ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh
Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun
740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah.
Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut,
menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi
penguasa Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil” dengan gelar Amir Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan
bahwa Abdurrahman I merupakan “founding father”Daulah Umayyah di Andalusia dan
sekaligus sebagai peletak dasar kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia.
2.3.
Periode Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak
pertama kali Islam menginjakkan kaki di daerah Spanyol hingga masa jatuhnya,
Islam memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat
Islam. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa selama tujuh setengah abad dan itu
merupakan waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri
Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam beberapa periode.
1.
Periode pertama (711-755M)
Pada
periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai sempurna,
berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada
periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan
diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan dari
bani umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani
Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Pada
periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan abdurrahman III yang bergelar
“An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok
(Muluk al-thawaif). Pada periode ini spanyol diperintah oleh penguasa
dengan khalifah. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak
kemajuan dan kejaaan yang menyaingi
daulah Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas
Cordoba. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
Abdurrahman III adalah seorang raja
yang teramat sangat lama memerintah 50 tahun lamanya. 50 tahun dia membela
kerajaan yang telah didirikan nenek moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman
III adalah masa yang amat gemilang dalam sejarah Arab Spanyol. Segala
pemberontakan di padamkan, perpecahan disatukan disatukan kembali, perselisihan
di hapuskan. Pada saat pemerintahan Abdurrahman III, islam telah sanggup
mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol. Ia juga meninggalkan jejak besar dalam
sejarah tidak saja di semenanjung Iberia tetapi juga seluruh Eropa.
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada
masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi
lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti sevilla, Cordoba,
Taledo dan sebagainya.
Pada
periode ini umat islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya
jika itu terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walau pun demikian, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari istana ke istana yang
lain.
5.
Periode kelima (1086-1248 M)
Pada
periode ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa negara,
tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan dinasti marurabithun
(1086-1143 M) dan dinasti muwahhidin (1146-1235 M):
a. Dinasti Murabitun
Dinasti
murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang
didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya, islam
dapat memasuki Spanyol dan dapat menguasainya. Dalam perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini
dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah
Saragossa dapat dikuasai oleh kaum Kristen pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143
M, kekuasaan dinasti ini digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
b.
Dinasti Muwahhidun
Dinasti
ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan
oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan
kecil-kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia).
Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti ini
mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova,
Almeria, dan Granada jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun
mengalami kemunduran dimana pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil
memperoleh kemenangan di Las Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat
muslim tidak mampu bertahan dari serangan-serangan kristen yang besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa
Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol
islam lepas dari tangan penguasa islam.
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Pada
peride ini hanya berkuasa di granada di bawah Dinasti Ahmar atau daulat
Nasriyah (1232-1492 M). Dinasti ini yang
mendirikan istana Alhambara di kota Granada tu. Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik
dinasti merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abbdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merampas
kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan
Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa ini Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Dengan jatuhnya kerajaan Bani
Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M sampai tinggal
sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma untuk memeluk agama
Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa, ada yang dibunuh dan
ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan diam-diam. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di wilayah ini. Walau pun
islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah
abad lamanya.
2.4
Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia
1.
Perkembangan Pembangunan
Kemajuan
Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil.
Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah diantaranya:
1. al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang
didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2. Rushafat, istana yang dikelilingi oleh
taman yang di sebelah barat laut Cordova.
3. Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170
H/786 M yang hingga kini masih tegak.
4. Al-Zahra, kota satelit di bukit
pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan
masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid, danau
kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik
senjata, dan pabrik perhiasan.
2. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan
baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad
ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola
negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang
dapat diperjual-belikan , meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara,
buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol
memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya penguasaan armada
Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah. Beberapa kota seperti seville dan
Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan
perdagangan internasional.
3. Perkembangan Intelektual
Dalam
masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan budaya Barat.
Kebangkitan intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah
sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak
ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke
dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa Arab untuk dapat
menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Dalam sejarah Andalusia, kota
Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan. Banyak sarjana-sarjana Eropa yang
berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu
pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat
Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir,
memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Spanyol. Disamping dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur
juga mendorong negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini
uraian mengenai perkembangan intelektual di masing-masing bidang:
a. Astronomi
Di
bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar terhadap
kontribusi ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia menulis
buku al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan
al-Khwarizmi merupakan orang pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan
aljabar. Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi
adalah Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ada
pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari
Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat
itu.
.
b.
Matematika
Ilmu
eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya
perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal dari buku
India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari
(154 H/ 771 M).[9]Dengan perantara buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar
matematika memperkenalkan angka-angka India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga
angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan angka Arab.
c.
Filsafat
Sumbangan
Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani
Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[10]Karya-karya ilmiah dan
filosofis dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi
perpustakaan dan universitas besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat
utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak
melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan
Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi dalam masalah yang dikemukakannya
seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum opusnya adalah tadbir
al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy
(sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang sangat
terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd
(1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari
Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga
dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal
dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara
Neo-Platonis.
d.
Kedokteran
Ada
banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar kemajuan
Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis
buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain
itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin disebut
Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-Hawi. Buku tersebut
telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke
dalam bahasa Latin dengan judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou.
Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan
hasil-hasil penyelidikan. Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara
lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter
istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah
al-tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf
besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya
besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
Dokter
islam lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang
berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun
of Medicine dan menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30
tahun terakhir dari abad 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia
Medica memuat kira-kira 760 macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat.
Dikatakan oleh William Osler, bahwa diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu
Sina lah yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.
e.
Sastra
Lahirnya
karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa Arab
telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh
orang-orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan
bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab,
baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak
bermunculan, seperti al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid karya al-Fath Ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[14]
f. Sejarah
Dalam
bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga memberikan
sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun,
melalui karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori
perkembangan sejarah, baik berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim,
maupun kekuatan moral dan ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan
hukum kemajuan dan keruntuhan bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai
pencipta ilmu baru, karena tak ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai
pandangan sejarah yang sejelas itu dan mengulasnya secara filsafat. Buku
Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli
lainnya, dan kebebasan Ibnu Khaldun diakui oleh sejarawan Toynbee.
2.5
Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia
Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol
yang begitu lama tentu memberikan catatan besar dalam mengembangkan dan
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban dunia. Namun, sejarah
panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan kehancuran.
Kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan
ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam
melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan
setelah al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi
para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan kristen dibawah kekuasaan
kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah cukup puas bagi mereka. Mereka
membiarkan umat Kristen menganut agamanya dan menjalankan hukum adat dan
tradisi kristen, termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan
senjata.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal
ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim sebagaimana
politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf yang berasal dari
umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti tempat-tempat daerah
taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih diberlakukannya
istilah ibad danmuwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya
kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
ieologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara
mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan
Bani Umayyah.
3. Kesulitan Ekonomi
Dalam
catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu
aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan
pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan
dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah
lagi dengan datangnya musim paceklik dan membuat para petani tidak mampu
membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh
para penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan
Kekuasaan
merupakan hal yang menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang
awalnya menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol akhirnya jatuh ke
tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Spanyol
Islam bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu,
tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen
disana.[16]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Andalusia,
sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat
Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak
perhatian besar dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena
penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah
menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai
dari tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh
khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap
periodenya. Tentu, hal ini banyak memiliki peranan yang sangat penting dan
besar dalam perkembangan umat Islam. Dimana
pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah
abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk mengembangkan
Islam.
Namun,
di balik usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad
itu, umat Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika,
umat Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat
Islam tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat
itu. Sehingga pada akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.
Demikianlah
Islam di Andalusia, walaupun pada akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun
islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan
cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali
kontribusi Islam bagi kebangunan peradaban dan kebudayaan baru Barat. Sumbangan
Islam itu telah menjadi dasar kemajuan
Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan teknologi,
astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
DAFTAR
PUSTAKA
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Amin,
Samsul Munir,, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Ismail,
Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Mubarok,
Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Lapidus,
Ira. M.. Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.
Hamka,
Sejarah Umat Islam, Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD, 2005.