Makalah Metode Ilmiah dan Non Ilmiah
Sunday, November 20, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengetahuan
(knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan
pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan
bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi
pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah
adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak
perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Sedangkan pengetahuan pra-ilmiah
adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap
pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah.
Ilmu (sains)
berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami
sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan
dan memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah
diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.
Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi
suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis
serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara
lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis,
berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode
tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan
kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan
langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu
pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian
(konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research)
Metode ilmiah
boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak
untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Dengan adanya
metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah
terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan
sebagainya.
Menurut Almadk (1939),” metode
ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa
metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu
interelasi.”
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian Metode
Ilmiah?
2.
Kriteria-kriteria apa
saja yang tercantum dalam metode ilmiah?
3.
Langkah-langkah apa
saja yang diperlukan dalam membuat metode ilmiah?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan
dari pebulisan makalah ini memberi pengetahuan dan wawasan mengenai metode
ilmiah, serta langkah-langkah pembuatan metode ilmiah kepada masyarakat awam
pada umumnya dan kaum intelektual (mahasiswa) pada khususnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI METODE ILMIAH
Metode
merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol.
Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami
berdasarkan bukti fisis.
Jadi, bila kita
menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara
keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk
memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan
seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban
dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan
fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara
penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan
satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya
metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti
apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa
jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.
B.
SIKAP ILMIAH
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa
ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur
Dalam
melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun
berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu
masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
4. Teliti
Teliti
artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti dalam
melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga menghasilkan
data yang baik.
5. Objektif
Objektif
artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta
yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau
menerima pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang
Benar
Artinya
bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling hebat.
Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.
C.
KEGUNAAN METODE ILMIAH
Dengan adanya
sikap dan metode ilmiah akan menghasilkan penemuan-penemuan yang berkualitas
tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan
metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain :
1.
Membantu memecahkan
permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
2.
Menguji hasil
penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
3.
Memecahkan atau
menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
D.
KRITERIA METODE ILMIAH
Supaya suatu
metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.
2 Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah
harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang
lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu
penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis,
maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun
katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami
serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip
analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan
menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode
ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan
pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh
akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang
peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan
fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan
dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak
berdasarkan perasaan.
6 Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam
memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk
artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton,
mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi
ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang
rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan
ukuran nominal, ranking dan rating.
E.
LANGKAH – LANGKAH METODE ILMIAH
1. Karakterisasi (Observasi dan
Pengukuran)
Metode ilmiah
bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses
karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang
dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud
seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses
pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti
laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau
dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering
memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau
voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan
peralatan semacam itu.
Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam
bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga
disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran
berulang atas kuantitas yang diukur.
1. Hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi
berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu
eksperimen dalam laboratorium atau observasi suatu fenomena di alam.
Prediksi tersebut
dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang
diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah
benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya
hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya
adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut
konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi
tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut
belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang
mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi
memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan. Yang perlu diingat, jika menurut
hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang
dilakukan salah.
2. Melakukan Eksperimen
Eksperimen
dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan
semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil eksperimen
tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil
eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen
tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi
yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil
eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Ada tiga jenis
variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang dapat
diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang
perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel
yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
•
Usahakan hanya satu
variabel bebas selama eksperimen.
•
Pertahankan kondisi
yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan Catat hasil
eksperimen secara lengkap dan seksama.
3. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah
merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun,
seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu.
Ketidakberhasilan
untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan
ulang subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam
menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan
eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan
ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan
definisi subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai penelitian
mereka sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap yang manapun.
Mereka dapat
mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk hipotesis mereka
sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi
mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh
orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi didasarkan pada eksperimen yang
dilakukan oleh orang lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai
dengan hipotesis :
•
Jangan ubah hipotesis
•
Jangan abaikan hasil
eksperimen
•
Berikan alasan yang
masuk akal mengapa tidak sesuai
•
Berikan cara-cara yang
mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
•
Bila cukup waktu
lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Pengertian metode
ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah
(science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis.
2.
Kritria yang termasuk
ke dalam metode ilmiah adalah :
Ø Berdasarkan
fakta
Ø Bebas
dari prasangka
Ø Menggunakan
prinsip-prinsip analisa
Ø Menggunakan
hipotesa
Ø Menggunakan
ukuran objektif
Ø Menggunakan
teknik kuantifikasi
3.
Langkah-langkah dalam
membuat metode ilmiah
Ø Hipotesis
Ø Melakukan
eksperimen
Ø Menyimpulkan
eksperimen
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pemukan-pemuka Hukum Alam Tradisional adalah Cicero dan Thomas Aquinas.
Cicero berpendapat Hukum Alam itu tidak berubah-rubah dan tidak mempunyai
perbedaan dalam masyarakat yang berbeda. Setiap orang mempunyai akses kepada
standar dari hukum yang tertinggi ini
dengan menggunakan akal. Hukum yang tertinggi itu adalah pencerminan Divine Law
atau Hukum Tuhan.
Selanjutnya Thomas Aquinas mengatakan hukum ada empat macam : the eternal
law, the natural law, the divine law, and human (positive) law. Menurut
Aquinas, Hukum Positif berasal dari Hukum Alam. Kadang-kadang Hukum Alam
mendiktekan bagaimana seharusnya Hukum Positif. Misalnya, Hukum Alam
mensyaratkan bahwa pembunuhan itu terlarang. Pada lain waktu Hukum Alam
memberikan ruang kepada manusia untuk memilih (berdasarkan adat lokal atau
pilihan kebijakan). Hukum Alam menghendaki peraturan jalannya mobil untuk
keselamatan pihak lain. Akan tetapi Hukum Alam memberikan keleluasaan kepada
pilihan manusia, jalan di sebelah kiri atau di sebelah kanan, kecepatan
kendaraan 55 mil/jam atau 65 mil/jam. Perbebatan tentang pemikiran Aquinas
terus berlangsung, misalnya, apakah Aquinas percaya Norma Moral berasal secara
langsung dari pengetahuan manusia atau berdasarkan pengalaman penjelmaan alam
atau produk dari pengertian praktis dan pemikiran berdasarkan pengalaman
manusia.
Reaksi dari ajaran ini datang pada abad-abad berikutnya dimana ada
perbedaan dan kemungkinan timbulnya konflik antara Hukum Alam (Natural Law) dan
hukum yang dibuat manusia. Pada zaman Yunani, Aritoteles dan Plato membangun
kembali Hukum Alam (Natural Law). Sampai hari ini hanya Aristoteles yang
mempunyai pengaruh terbesar dalam doktrin Hukum Alam (Natural Law). Aristoteles
menganggap manusia adalah bagian dari alam, bagian dari sesuatu, tetapi juga,
diikuti dengan akal yang cemerlang, yang membuat manusia sesuatu yang istimewa
dan memberikannya kekhususan yang menonjol.
Dalam perkembangan selanjutnya Thomas Hobbes mempunyai motif politik dengan
menggunakan Hukum Alam (Natural Law) untuk membenarkan perlunya pemerintahan
yang absolut, kekuasaan politik yang besar untuk melindungi rakyat biasa
melawan mereka sendiri dan melawan kekurangan/kelemahan mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Strauss, Leo
(1968). "Natural Law". International Encyclopedia of the Social
Sciences. Macmillan, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_law
Dominikus Rato,
Filsafat Hukum Mencari Menemukan dan Memahami
Hukum,Laksbang Justitia, Surabaya, hal. 190.
Wild, John (1953.
Plato’s Modern Enemies and the Theory of Natural Law. Chicago: University of
Chicago Press. p. 136 dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_law
Plato, Gorgias
508a dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_law
Ishaq, Dasar-Dasar
Ilmu Hukum, 2008, hal. 195.
Strauss, Leo (1968). "Natural Law". International Encyclopedia of the Social Sciences. Macmillan. dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_law