Makalah Keutamaan Wanita Sholehah
Tuesday, November 22, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wanita adalah salah
satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita
berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari
aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam
sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam
adalah wanita muslimah yang sholihah.
Secara umum, wanita
shalihah adalah wanita yang selalu menunaikan perintah-perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena dengan taat kepada Allah, dengan
sendirinya ia akan taat kepada Rasul-Nya. Sehingga ia akan mempunyai tanggung
jawab moral dan peran yang besar terhadap kehidupan bermasyarakat, ia
mengetahui tanggung jawab hari ini dan hari sesudah kematian, sehingga ia
menyempatkan diri untuk melengkapi dirinya dengan iman dan ilmu.
Wanita shalihah faham,
bahwa dengan bekal iman dan ilmu akan menjadikan manusia yang berguna dalam
kehidupan bermasyarakat dan akan diangkat derajatnya oleh Allah Ta’ala.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang
artinya :
Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.”
BAB II
PEMBAHASAN
Rumah tangga nan bahagia & harmonis merupakan idaman
bagi setiap mukmin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi
teladan kepada kita, mengenai cara membina keharmonisan rumah tangga. Sungguh
pada diri Rasulullah itu terdapat teladan nan paling baik. Dan seorang suami
harus menyadari, bahwa dlm rumahnya itu ada pahlawan di balik layar, pembawa
ketenangan & kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
الدُّنْيَا
كُلُّهَا مَتَاعٌ, وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu penuh dgn kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan
dunia yaitu istri nan shalihah”
Pandai-Pandailah
Merawat Istri
Oleh karena itu, seorang suami harus pandai memelihara &
menjaga istrinya secara lahir batin. Sehingga bisa menjadi istri nan ideal, ibu
rumah tangga nan baik & bertanggung jawab. Suasana harmonis sangat
ditentukan dgn kerja sama nan bagus antara suami istri dlm menciptakan suasana
nan kondusif & hangat, tak membosankan, apalagi menjemukan.
Salah
1 contoh suasana harmonis dlm rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ialah Beliau memanggil ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dgn panggilan
kesayangan & mengabarkan kepadanya berita nan membuat jiwa ‘Asiyah menjadi
sangat bahagia.
‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha bercerita sebagai berikut, pada suatu hari Rasulullah
berkata kepadanya.
يَا
عَائِشُ, هَذَا جِبْرِيْلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ
“Wahai
‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha), Malaikat Jibril tadi
menyampaikan salam buatmu”. [Muttafaqun ‘alaihi]
Itulah salah 1 contoh cara menciptakan suasana harmonis dlm
rumah tangga yaitu memanggil istri dgn panggilan kesayangan. kita ini masih
sering melihat kaum suami nan memanggil istrinya seenaknya saja. Kadang kala
memanggil istrinya dgn cacat & kekurangannya. Kalau begitu sikap suami,
bagaimana mungkin keharmonisan dapat tercipta? Bagaimana mungkin akan tumbuh
rasa cinta istri kepada suami?
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam -selaku Nabi umat ini nan paling sempurna
akhlaknya & paling tinggi derajatnya- telah memberikan sebuah contoh nan
berharga dlm hal berlaku baik kepada sang istri & dlm hal kerendahan hati,
serta dlm hal mengetahui keinginan & kecemburuan wanita. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menempatkan mereka pada kedudukan nan diidam-idamkan oleh
seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri nan memiliki kedudukan terhormat
di samping suaminya.
‘Aisyah
Radhiallahu ‘Anha menuturkan:
كُنْتُ
أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٍ, فَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ
فِيّ وَ أَتَعَرَّقُ العَرَقَ فَيَتَنَاوَلُهُ وَ يَضَعُ فَاهُ فِي مَوْضِعِ فِيّ
“Suatu
ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku
kepada Rasulullah & beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum.
Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil
potongan daging itu & memakannya tepat di tempat aku memakannya.”[HR Muslim]
Kalau Perlu Sepiring Berdua Begitulah kemesraan dapat tercipta, yaitu menciptakan rasa
saling memiliki, senasib & sepenanggungan. Sepiring berdua, segelas berdua,
makan berjama’ah serta beberapa hal lain nan dianjurkan oleh Rasulullah agar
dilakukan bersama oleh sepasang suami istri Dengan demikian akan tercipta rasa
saling memahami 1 sama lain. Sekarang ini jarang kita ini lihat suami nan peka
terhadap perasaan istrinya. Si istri makan ala kadar di rumah sementara suami
jajan sepuasnya di luar Wajar bila rasa saling curiga tumbuh sedikit demi
sedikit. Bahkan tak sedikit pasangan suami istri nan cekcok gara-gara perkara
sepele.
B. Sering
Mencium Istri, Tabukah
Diriwayatkan
oleh ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa ia berkata:
أَنَّ
النَّبِيَ قَبَّلَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ
يَتَوَضَّأْ
“Rasulullah
pernah mencium salah seorang istri beliau baru kemudian berangkat menunaikan
shalat tanpa memperbaharuhi wudh”. [HR Abu Dawud & Tirmidzi]
Budaya mencium istri agaknya masih asing di tengah
masyarakat kita, khususnya masyarakat timur. Bahkan masih banyak nan menggapnya
tabu, mereka mengklaimnya sebagai budaya barat. Namun anggapan itu terbantah
dgn riwayat nan kita ini bawakan tadi. Tentu saja mencium istri nan kita ini
maksud di sini bukanlah mencium istri di depan umum atau di hadapan orang
banyak. Sebenarnya banyak sekali hikmah sering-sering mencium istri. Sering
kita ini lihat sepasang suami istri nan saling cuek. Kadang kala si suami pergi
tanpa diketahui oleh istrinya kemana suaminya pergi. Buru-buru melepasnya dgn
ciuman, menanyakan kemana perginya saja tak sempat. Sang suami keburu pergi
menghilang, kadang kala tanpa pamit & tanpa salam? Coba lihat bagaimana
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bergaul dgn istri-istri beliau.
Sampai-sampai Rasulullah menyempatkan mencium istri beliau sebelum berangkat ke
masjid.
C. Ungkapkanlah
Rasa Cinta Kepada Istri
Dalam berbagai kesempatan Rasulullah selalu menjelaskan dgn
gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka –kaum hawa-
memiliki kedudukan nan agung & derajat nan tinggi. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu
seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah
suatu hal nan tabu bagi seorang lelaki nan normal.
‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam: “Siapakah orang nan paling engkau
cintai ?” beliau menjawab: “’Aisyah ” [Muttafaqun ‘alaihi]
Bagi nan mengidamkan keharmonisan
rumah tangga, hendaklah sering-sering membaca kisah-kisah ‘Aisyah Radhiallahu
‘asha bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan mempelajari
bagaimana kiat-kiat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membahagiakan ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha.
Aisyah
Radhiallahu ‘anha bercerita:
كُنْتُ
أَغْتَسِلُ أَنَا وَ رَسُوْلُ اللهِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ
Aku
biasa mandi berdua bersama Rasulullah Shallallahu لlaihi wa Sallam dari 1
bejana. [HR Bukhari].
D. Manfaatkan
Setiap Kesempatan
Rasulullah tak pernah melewatkan sediktpun kesempatan
kecuali beliau manfaatkan utk membahagiakan & menyenangkan istri melalui
hal-hal nan dibolehkan.
Aisyah Radhiallahu ‘Anha mengisahkan: “Pada suatu ketika aku
ikut bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dlm sebuah lawatan. Pada
waktu itu aku masih seorang gadis nan ramping. Beliau memerintahkan rombongan
agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian
beliau berkata kepadaku: “Kemarilah sekarang kita ini berlomba lari. ” Aku pun
meladeninya & akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau hanya diam saja
atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak
gemuk, aku ikut bersama beliau dlm sebuah lawatan. Beliau memerintahkan
rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau mengajakku berlomba
kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya
berkata: “Inilah penebus kekalahan nan lalu ” [HR Ahmad]
Sungguh sebuah permainan nan sangat mengasyikkan & cukup
menghibur. Beliau perintahkan rombongan utk berangkat terlebih dahulu agar
beliau dapat menghibur hati sang istri dgn mengajaknya berlomba lari. Kemudian
beliau memadukan permainan nan lalu dgn nan baru, beliau berkata: “Inilah
penebus kekalahan nan lalu “
Bagi mereka nan sering bepergian melanglang buana serta
memperhatikan cerita orang-orang top & terkemuka, pasti akan takjub melihat
perbuatan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang nabi
nan mulia, pemimpin nan selalu berjaya, berasal dari keturunan nan terhormat,
yakni suku Quraisy & Bani Hasyim. Pada saat-saat mengecap kemenangan &
kembali dari sebuah peperangan bersama rombongan pasukan, namun demikian beliau
tetap sebagai seorang suami nan penuh kasih sayang & rendah hati terhadap
istri-istri beliau. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan
panjang nan ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan nan diraih di medan
pertempuran, tak membuat beliau lupa bahwa beliau di sisi beliau telah setia
menunggu para istri nan sangat membutuhkan sentuhan lembut & bisikan manja.
Agar dapat menghapus beban berat perjalanan nan sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi
Shafiyyah binti Huyaiy Radhiallahu ‘anha. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salla
mmengulurkan tirai di dekat unta nan akan ditunggangi utk melindungi Shafiyyah
Radhiallahu ‘anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada
lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah Radhiallahu ‘anha utk
naik ke atas unta dgn bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam nan
menunjukkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah -selaku pemimpin nan berjaya &
seorang nabi nan diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap
tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu
pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tak mengurangi derajat &
kedudukan beliau.
Kalau kita ini bandingkan dgn sikap & perilaku para
suami sekarang ini, kadang kala kesibukan mereka di luar rumah &
kegiatan-kegiatan mereka lainnya disamping mencari nafkah kadang
mengenyampingkan hak istri. Para istri tak lagi mendapat kemanjaan &
hiburan dari suaminya. Namun nan ditemui sang istri adalah wajah suaminya nan
berkurut bak jeruk purut karena kelelahan atau karena kesal di luar rumah atau
karena masalah-masalah di luar rumah nan menghimpitnya? Jangankan waktu bermain
atau bercanda & bersenda gurau, kadang kala waktu mengobrol saja tak ada
Jika demikian keadaannya bagaimana mungkin keharmonisan rumah tangga dapat
tercipta?
E. Poligami,
Merusak Keharmonisan
Syariat Islam membenarkan para suami utk menikahi lebih dari
1 istri, mereka diizinkan menikahi 4 istri jika memiliki kesanggupan utk itu.
Dan para suami diperintahkan berlaku adil terhadap istri-istrinya, adil dlm
masalah pembagian giliran & nafkah. Dan sebagaimana nan sudah dimaklumi bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi 9 wanita nan kemudian dikenal dgn
sebutan Ummahatul Mukminin Radhiallahu ‘anhum. Rasulullah merupakan contoh
terbaik dlm hal berlaku adil kepada para istri, dlm hal pembagian giliran
ataupun urusan lainnya. ‘Aisyah Radhiallahu anha pernah mengungkapkan:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ, فَأَيَّتُهُنَّ
خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ, وَكَانَ يُقَسِّمُ لِكُلِّ امْرَأَةٍ
مِنْهُنَّ يَوْمَهَا وَلَيْلَتَهَا
Setiap kali Rasulullah Shallallahu
لlaihi wa sallam hendak melakukan lawatan, beliau selalu mengundi para istri.
Bagi nan terpilih akan menyertai beliau dlm lawatan tersebut. Beliau membagi
giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam. [HR Muslim]
Riwayat
Anas berikut ini memaparkan kepada kita ini salah 1 bentuk keadilan beliau
kepada para istri. Anas Radhiyallahu anhu menceritakan:
كَانَ
لِلنَّبِيِّ تِسْعُ نِسْوَةٍ, فَكَانَ إِذَا قَسَّمَ بَيْنَهُنَّ لاَ يَنْتَمِي
إِلَى المَرْأَةِ الأُوْلَى إِلاَّ فِي تِسْعٍ, فَكُنَّ يَجْتَمِعْنَ كُلَّ
لَيْلَةٍ فِي بَيْتِ الَّتِي يَأْتِيْهَا, فَكَانَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ,
فَجَاءَتْ زَيْنَبُ فَمَدَّ يَدَهُ إِلَيْهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ: هَذِهِ
زَيْنَبُ فَكَفَّ النَّبِيُ يَدَهُ…”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam mempunyai 9 orang istri. Apabila beliau telah membagi giliran bagi para
istri, beliau hanya bermalam di rumah istri nan tiba masa gilirannya. Biasanya
para Ummahaatul Mukminin berkumpul setiap malam di rumah tempat beliau
bermalam. Pada suatu malam, mereka berkumpul di rumah ‘Aiysah Radhiallahu ‘anha
nan sedang tiba masa gilirannya. Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Zaenab
Radhiallahu ‘anha nan hadir ketika itu. ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata: “Itu
Zaenab ” Beliau segera menarik tangannya kembali. [Muttafaqun ‘alaihi]
Begitulah keadilan nan dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallahu لlaihi wa sallam. Namun sekarang ini masih ada kita ini temui para
suami nan melakukan sunnah ta’addud (poligami) nan mengabaikan hak salah 1
istrinya. Bahkan tragisnya berakhir pada penyia-nyiaan hak salah 1 istrinya,
apakah itu istri nan pertama ataupun nan kedua. Karena dlm pandangan syariat
tak ada bedanya kedudukan istri pertama dgn istri kedua, ketiga ataupun
keempat.
Hendaklah para suami nan melaksanakan sunnah ta’addud
hendaklah meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dlm bersikap adil
terhadap para istri & dlm memenuhi hak istri-istrinya. Sehingga sunnah
ta’addud ini tak menjadi momok dlm rumah tangga nan kerap kali diasumsikan
bakal merampas keharmonisan rumah tangga. Asumsi seperti itu telah dibantah
oleh Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam, beliau membuktikan bahwa banyak
istri itu tidaklah mengurangi keharmonisan rumah tangga.
F. Ajak
Istri Beribadah Bersama
Demikianlah suasana rumah tangga Rasulullah, suasana
harmonis seperti itu hanya dapat terwujud dgn bimbingan taufik & hidayah
dari Allah. Salah 1 faktor terbinanya rumah tangga nan harmonis bahkan
merupakan pilar utamanya adalah beribadah bersama. Suami hendaklah mengajak
istrinya utk beribadah bersama, seperti shalat malam bersama, shaum sunnat
bersama, & beberapa ibadah lain nan bisa dilakukan bersama-sama. Rasulullah
Shallallahu لlaihi wa sallam telah mencontohkan hal itu. Beliau senantiasa
menganjurkan istri-istri beliau utk giat beribadah serta membantu mereka dlm
melaksanakan ibadah, sesuai dgn perintah Allah Subhanaahu wa Taala.
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ
نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat & bersabarlah kamu dlm mengerjakannya. Kami tak meminta
rizki kepadamu, Kamilah nan memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang nan bertaqwa. [ Thaaha/20:132]
‘Aisyah
Radhiallahu ‘anha menceritakan:
كَانَ
النَّبِيُ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ, فَإِذَا
أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa
sallam biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan
beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir. [Muttafaqun ‘alaihi].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghimbau umatnya
utk mengerjakan shalat malam & menganjurkan agar suami istri hendaknya
saling membantu dlm mengerjakannya. Sampai-sampai sang istri boleh menggunakan
cara terbaik utk itu, yaitu dgn memercikkan air ke wajah suaminya demikian pula
sebaliknya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan sebuah hadits dari
Rasulullah bahwa beliau bersabda:
رَحِمَ
اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ
فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا المَاءَ, رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ
اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي
وَجْهِهِ المَاءَ
Semoga Allah Subhanaahu wa Ta’ala
merahmati seorang suami nan bangun pada malam hari utk mengerjakan shalat malam
lalu membangunkan istrinya utk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia
memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). “Semoga Allah Subhanaahu wa
Ta’ala merahmati seorang istri nan bangun pada malam hari utk mengerjakan
shalat malam lalu membangunkan suaminya utk shalat bersama. Bila si suami
enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun). [HR Ahmad].
G. Jagalah
Penampilanmu
Diantara faktor pendukung terciptanya suasana harmonis
adalah selalu menjaga penampilan. Seorang suami ataupun istri hendaklah selalu
menjaga penampilan masing-masing. Hindarilah penampilan nan awut-awutan &
bau nan tak sedap. Perhatian seorang muslim terhadap penampilan lahiriyah
sebagai pelengkap bagi kesucian batinnya termasuk salah 1 bentuk kesempurnaan
pribadi. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah teladan
nan paling baik. Beliau adalah seorang nan suci lahir maupun batin, beliau
menyenangi wangi-wangian & siwak & beliau menganjurkan umatnya utk itu.
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam bersabda:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ النَّوْمِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Seandainya tak menyusahkan umatku,
niscaya akan kuperintahkan mereka utk bersiwak setiap kali hendak shalat. [HR Muslim]
Hudzaifah
Radhiyallahu anhu berkata:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ النَّوْمِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ.
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa Sallam biasa menggosok
giginya dgn siwak setiap kali bangun dari tidur. [H. R Muslim].
Syuraih
bin Hani’ berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha: ‘Apa
nan pertama sekali dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam setiap
kali memasuki rumahnya ?” ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha menjawab: “Beliau
memulainya dgn bersiwak. ” [HR Muslim].
Betapa
besar perhatian beliau terhadap kebersihan beliau mempersiapkan diri sebaik
mungkin utk bertemu dgn keluarga.
Beliau
selalu membaca doa setiap kali memasuki rumah, sebagai berikut:
بِسْمِ
اللهِ وَلَجْنَا, وَ بِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا, وَعَلَى رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا,
ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَهْلِهِ
Dengan menyebut nama Allah kami
masuk (ke rumah), & dgn menyebut nama Allah kami keluar (darinya), &
kepada Rabb kami, kami bertawakkal. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada
keluarganya.
[HR Abu Dawud]
Wahai saudaraku sekalian para
pemimpin rumah tangga, bahagiakanlah keluargamu dgn penampilan nan bersih &
ucapan salam ketika menemui mereka. Janganlah engkau ganti dgn cacian, makian
& bentakan. Ciptakanlah suasana harmonis dlm rumah tanggamu & jadikanlah
rumahmu sebagai surga bagimu, bagi istri & anak-anakmu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wanita Shalihah ialah
wanita yang senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala, yakni wanita yang
senantiasa melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Adapun yang menjadi ciri wanita sholihah ialah :
1. Selalu menjaga hubungan
baik dengan Allah
a. Selau mengingat
Allah Ta’la dengan dzikrullah
b. Takut kepada Allah
c. Ikhlas dalam beramal
d. Bertaqwa kepada Allah
e. Zuhud
f. Berjiwa qana’ah
g. Bersyukur kepada Allah
h. Khusyu’ dalam beribadah
i. Menunaikan
amanat
j. Menunaikan
shalat lima waktu
2. Selalu menjaga hubungan
baik dengan sesama manusia
a. Taat kepada suami
b. Berbuat baik kepada kedua
orang tua
c. Berbuat baik kepada
guru
d. Berbuat baik kepada
tetangga
e. Mendidik putera-
puterinya
B. SARAN
Mengingat kemampuan
penulis terbatas dalam penulisan makalah ini, maka penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, semoga
penulisan makalah ini bermanfaat bagi pendidikan khususnya dan bagi masyarakat
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Quthub, Ali, Muhammad. dkk. 1982. Wanita Teladan dunia
dan Akhirat. Semarang : CV. Toha Putra.
Salim, Hadiyah.1991. Wanita Islam. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Ahmad.1993. Wanita Bertanya, Islam Menjawab-3.
Serang : H.I. Press. CV.
Muhammad, Ali. 1995. Dialog Tentang Wanita. Surabaya : Pustaka
Progressif
Rifqi, Abu. 1999. Analisa Ciri-Cari Wanita Shalihah. Surabaya
: Terbit Terang
Zainudin, Ahmad. 2000. Wanita muslimah. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Ali, Ahmad. 2001. Keutamaan Wanita Shalihah. Bogor :
Al-Amin
Al-Jumaili, Sayyid. 2002. Pesan-Pesan Rasulullah kepada
Muslimah. Cibinong : Akbar.
Maryam, Abu. 2002. Mutiara Hikmah Wanita Sholihah.
Cibinong : Akbar.
Hery, Muhammad. 2003. Qadhayaal Mar’ah Al-Mu’aashirah.
Serang : H.I. Press. CV