Makalah KALIMAT DEKLARATIF
Sunday, November 20, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbahasa, baik secara lisan
maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan
tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku
sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran,
atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan itu dinamakan kalimat. Memberi definisi suatu kata dapat
bertujuan untuk memperjelas maksud suatu kata tertentu. Memberikan definisi
pada suatu kata sering ditulis atau disajikan dalam suatu proposal, karya
tulis, karya ilmiah, thesis, skripsi, ceramah, seminar, dan kegiatan lainnya.
Dengan adanya definisi yang jelas, suatu pembicaraan atau uraian kalimat akan
lebih mudah diterima dan dicerna oleh pembaca atau pendengar. Selain itu
definisi juga berfungsi untuk memberikan batasan-batasan suatu teori atau
permasalahan yang sedang diteliti atau diuraikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering mencari definisi suatu kata dengan menggunakan kamus yang berupa buku.
Tentunya cara tersebut dirasa masih kurang praktis karena harus membuka
lembar-demi lembar untuk mencari definisi atau arti dari kata yang sedang
dicari. Jika anda sedang bekerja berhadapan dengan komputer, tentu akan lebih
enak mencari definisi kata menggunakan media online yang langsung akan
memberikannya kepada anda tanpa harus bersusah payah. Definisi yang disajikan
dapat berupa kata dalam bahasa Indonesia maupun kata dalam bahasa lain
khususnya bahasa Inggris.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat sebuah pokok pembahsan yang
mengenai tentang kalimat, dari beberapa pokok pembahasan yang mengenai kalimat
penulis mendapatkan pula beberapa tentang pembahasan yang akan di bahas dalam
makalah ini yaitu :
1.
Kalimat
Deklaratif
2.
Kalimat
Introgatif
3.
DKalimat
Inperatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa
kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang
lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang
utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya
(?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik
lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat
(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
B. Kalimat Deklaratif
Menurut Abdul Chaer (2009, 187)
mengatakan bahwa kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya
menyampaikan pernyataan yang ditujukan keada orang lain.
Contoh:
KPKakan memeriksa anggota DPR itu yang
diduga kuat menerima aliran BLBI.
Merupakan Tindak Tutur yang dilakukan P
dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang
baru, misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi
maaf.
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang
dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan response tertentu (Cook dalam Tarigan, 1994:
8-9). Kalimat Deklaratif
dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan atau
pernyataan. Dalam bentuk tulisan kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan
dalam bentuk lisan akhir kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Kalimat Deklaratif yaitu kalimat yang
mengandung informasi tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan
memakluminya.
1.
Besok paman pergi ke
Medan.
2. Menyerah
kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena sesungguhnya manusia ditakdirkan
untuk menang.
3. Kecemburuan
pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya piker hanya karena perbedaan
status sosia
C. Kalimat Introgatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang
mengharapkan adanya jawaban secara verbal. Jawaban ini dapat berupa pengakuan,
keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer,
2009:189)
Tipe dasar dari sebuah kalimat interogatif yang paling luas distribusinya
adalah pertanyaan ya-ntidak, yang telah di observasi oleh beberapa peneliti,
kalimat tanya tersebut memiliki ciri intonasi akhir yang meninggi. Pola
intonasi ini terdapat dalam beberapa kasus menjadi sebuah fitur gramatikal
penanda interogasi. Seperti pendapat (Jacaltec, dalam Craig 1977) yang
menyatakan bahwa intonasi akhir yang meninggi adalah salah satu indikasi yang
frekuensi kemunculannya sangat sering ditemukan sebagai aturan interogasi dan
satu-satunya fitur yang membedakan kalimat interogatif dari kalimat deklaratif.
Kalimat tanya y/t mirip dengan pertanyaan yang berat sebelah pada beberapa
tingkatan, yang memperlihatkan keinginan pembicara pada suatu keadaan adalah
benar seperti apa yang diharapkan, dimana pembicara tersebut lebih mengharapkan
jawaban ya atau betul.
Tipe kalimat tanya yang kedua yaitu
pertanyaan yang mengharapkan informasi. Jumlah dari kata tanya sangat
bervariasi. Kebanyakan bahasa memiliki interogatif pronomina , ada juga yang
memiliki interogatif adverbial (when, where, how dalam bahasa
Inggris).Sementara mereka menginterogasi bagian suatu keadaan, pertanyaan informasi
selalu memperlihatkan letak suatu keadaan sebagai informasi pra anggapan.
Informasi baru adalah permintaan identitas dari suatu bagian kalimat yang di
tanyakanBagian kalimat yang dipertanyakan bisa disebut juga dengan ‘fokus’
suatu kalimat, tapi juga merupakan menyangkut hal apakah suatu kalimat
tersebut. Maka istilah ‘topik’ diperlukan.
Bentuk interogatif biasanya ditemukan dalam posisi dari
fokus dan topik , dimana kebanyakan bahasa disebut posisi awal kalimat. Secara
semantik, pertanyaan informasi sama seperti pertanyaan alternatif dalam
menspesifikasikan suatu batasan atau jangkauan dimana jawabannya harus
ditemukan. Kata interogatif mengindikasikan semuanya sendiri., atau dengan
bantuan fitur sintaktik suatu pertanyaan tempat letaknya, ketertarikan seorang
penanya pada bagian keadaan tertentu yang ingin diketahui. Namun kata
interogatif juga memiliki tipikal untuk membatasi lahan seorang penanya dari
suatu bagian hal yang belum diketahui tersebut. Dengan demikian, kata tanya
siapa mengindikasikan bahwa seorang penanya menginginkan yang tertuju tersebut
untuk menunjuk pada seseorang, kapan menunjuk pada waktu, dimana menunjuk pada
tempat, dan sebagainya.
Berikut
adalah jenis dan pemakaian kalimat tanya :
Kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ”ya” atau “tidak”,
kalimat tersebut dapat dibentuk dengan cara memberi intonasi tanya pada sebuah
klausa (kalimat). Bisa dilihat dari kalimat-kalimat berikut :
-
Jadi
rakyat kita suruh bikin pabrik tepung ketela?
-
Mereka
bekerja sama dengan penduduk?
Kalimat jawaban dari kalimat-kalimat tersebut dapat dibuat dalam bentuk
singkat, tetapi dapat juga dalam bentuk lengkap, seperti ya dan ya, rakyat kita
suruh bikin pabrik tepung ketela… atau tidak dan tdak, mereka tidak bekerja
sama denga penduduk.
Kalimat interogatif juga dapat dibentuk dengan cara memberi apakah di muka
sebuah klausa (kalimat), dapat dilihat dari contoh berikut :
Serta memberi partikel tanya –kah pada bagian kalimat yang ingin
ditanyakan. Dalam hal ini bagian kalimat yang diberi partikel –kah tersebut
lazim ditempatkan pada awal kalimat
-
Ditahan
KPKkah pejabat itu?
-
Guru
SMPkah suaminya?
-
Apakah
kamu cukup sehat?
Kalimat interogatif yang meminta jawaban mengenai salah satu unsur kalimat
dibentuk dengan bantuan kata tanya (apa, siapa, mana, berapa, dan kapan) sesuai
dengan bagian mana dari kalimat yang ingin ditanyakan
(a)
Penggunaan
apa, yaitu untuk menanyakan benda, contoh :
- Apa isi peti
itu?
- Apa yang kau
sumbangkan kepada mereka?
- Apa bedanya sih
dengan teknologi?
(b)
Penggunaan
kata tanya siapa, yaitu untuk menanyakan orang
- Siapa nama gadis
itu?
- Selama bapak di
rumah sakit, siapa saja yang mengunjunginya?
- Oleh siapa dia
dimarahi?
(c)
Penggunaan
kata tanya mana, untuk menanyakan keberadaan benda (termasuk orang)
- Mana Pak Lurah?
- Istrimu yang
mana?
- Mana buku itu?
(d)
Penggunaan
kata tanya berapa, yaitu untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu
digunakan
-
Berapa
harga yang kau pinta?
-
Berapa
yang kudengar?
-
Berapa
order?
(e)
Penggunaan
kata tanya kapan, untuk menanyakan waktu
a.
Kapan
kamu akan menikah?
b. Kapan kamu kembali?
Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa alasan yang dibentuk dengan
bantuan kata tanya mengapa atau kenapa
v
Mengapa
kamu sering terlambat?
v
Kenapa
anggota DPR itu ditangkap?
v
Mengapa
anjing dan kucing sering berkelahi?
Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa pendapat (mengenai hal yang
ditanyakan) dibentuk dengan bantuan kata tanya bagaimana
v
Bagaimana
kalian menyelamatkan diri?
v
Bagaimana
dengan rumah ini, kalau kita dapat rumah dinas?
Kalimat interogatif yang mengharapkan jawaban untuk menguatkan yang
ditanyakan. Oleh karena itu, jawaban yang diharapkan adalah “ya” atau “betul”,
meskipun secara eksplisit kata “ya” atau “betul” itu tidak diucapkan
o
Anda
berasal dari Papua, bukan?
o
Kamu
sudah punya anak, bukan?
o
Tetapi
ia pernah ditangkap petani timun, bukan?
Fungsi berbagai kata tanya ditentukan berdasarkan kemungkinan kalimat
jawabnya. Kata tanya apa berbeda dengan kata tanya siapa. Misalnya, seperti
data kalimat di atas Apa isi peti itu?menghendaki jawaban Isi peti itu
buku-buku bekas, koran, dan sebagainya, sedangkan kalimat Siapa nama gadis itu?
menghendaki jawaban Nama gadis itu Nina. Jelaslah bahwa kata apa menanyakan
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, sedangkan kata tanya siapa menanyakan orang.
Kata tanya mengapa dan kenapa menghendaki jawaban yang diawali dengan kata
karena atau dengan kata lain, kata tanya mengapa berfungsi menanyakan sebab dan
alasan. Misalnya, Mengapa kamu sering terlambat? pertanyaan tersebut
menghendaki jawaban karena saya terlambat bangun, dan kalimat Kenapa anggota
DPR itu ditangkap? Menghendaki jawaban karena dia telah melakukan tindak
korupsi, melanggar peratutan, dan sebagainya.
Kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana dengan rumah ini, kalau kita
dapat rumah dinas? menghendaki jawaban Rumah ini aka dijual. Maka dapat
dikatakan bahwa kata tanya bagaimana dalam kalimat tersebut menanyakan keadaan,
berbeda dengan kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana kalian
menyelamatkan diri? Yang menghendaki jawaban yang diawali dengan kata dengan
sevagai penanda cara, misalnya dengan cara berteriak meminta tolong, dengan
cara kabur, dan sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa kata tanya bagaimana
tersebut menanyakan cara.
Kata tanya mana menanyakan tempat, misalnya Mana pak lurah? Dan Mana buku
itu? yang mana pertanyaan tersebut mungkin dijawab Di rumah dan di dalam laci.
Maka dari itu, kata tanya mana tersebut dapat dijelaskan sebagai kata tanya
yang menanyakan tempat.
Sedangkan kata tanya mana dalam kalimat Istrimu yang mana? Menghendaki
jawaban yang membedakan seorang istri yang ditanyakan dengan istri-istri lain
yang dimiliki oleh orang yang ditujukan pertanyaan. Maka dari itu, kata tanya
mana tersebut dijelaskan sebagai kata tanya yang menanyakan sesuatu atau
seseorang dalam suatu kelompok.
D. Kalimat Inperatif
Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat
imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar
mitra tutur melakukan sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif
dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau
kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P)
biasanya verba yang menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak mendapat
awalan me-N.
Perlu dicatat
bahwa istilah kalimat “perintah” dan “kalimat suruh” tidak digunakan dalam buku
ini dan sebagai gantinya digunakan kalimat istilah “imperatif”. Alasan
digunakan istilah “imperatif” dalam tulisan ini adalah karena sosok ini
memiliki cakupan makna yang jauh lebih luas manakala dibandingkan dengan istilah
lainnya.
Dalam konteks
situasi tutur tertentu, dalam konteks indeksial yang sifatnya tertentu, seorang
penutur dapat menentukan apakah dalam bertutur itu, ia harus menggunakan
tuturan yang tegas, sopan, atau hanya menyindir. Kenyataan yang demikian ini dapat
menujukkan, bahwa ternyata, analisis terhadap satuan lingual imperatif yang
dilakukan secara struktural saja, belumlah cukup untuk memerikan segala
lekuk-liku imperatif dalam bahasa Indonesia.
Ciri lain kalimat imperatif dapat
diawali kata seperti tolong, coba,
mari, silahkan, dan biar (Mulyani,
2004:2). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa
Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Kalimat imperatif dibedakan
berdasarkan nilai komunikatif dalam bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni :
(1)
Kalimat imperatif
biasa
Kalimat
imperatif biasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Kalimat (1) memakai
intonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel
pengeras -lah. Kalimat imperatif ini berkisar antara imperatif yang sangat
halus sampai dengan imperatif yang sangat kasar (Rahardi, 2005: 79).
(2)
Kalimat imperatif
permintaan,
Kalimat
imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat
halus. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda
kesantunan tolong, coba, harap, mohon, sudilah kirannya, dapatkah seandainya,
diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat (Rahardi, 2005: 80).
(3)
Kalimat imperatif
pemberian izin,
Kalimat
imperatif izin adalah kalimat yang dimaksudkan untuk memberikan izin. Kalimat
ini ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah,
diperkenankan, dipersilakan, dan diizinkan (Rahardi, 2005: 81).
(4)
Kalimat imperatif
ajakan,
Kalimat
imperatif ajakan biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo (yo), biar,
coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2005: 82).
(5)
Kalimat imperatif
suruhan (Rahardi, 2005:79-83).
Kalimat
imperatif suruhan digunakan dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap,
hendaklah, hendaknya, mohon, silakan, dan tolong.
a.
Wujud
Formal dan Wujud Pragmatik Iperatif
Wujud imperatif mencakup dua macam
hal yakni wujud imperatif formal atau struktur, adalah realisasi maksud
imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya.
Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut
makna pragmatiknya. Dengan demikian wujud pragmatik imperatif dalam bahasa
Indonesia itu dapat berupa tuturan yang bermacam-macam sejauh di dalamnya
terkandung makna pragmatik imperatif.
1.
Wujud
Formal Imperatif
Wujud formal
imperatif adalah realisasi maksud imperatif itu apabila dikaitkan dengan ciri
formal atau ciri strukturnya. Secara formal dapat dibagi menjadi dua macam
perwujudan yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Imperatif aktif dibedakan
menjadi dua yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperatih aktif
transitif.
2.
Wujud
Pragmatif Imperatif
Adapun yang
dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi wujud imperatif dalam bahasa
Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang
melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat
ditentukan oleh konteksnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Menurut Abdul Chaer (2009, 187)
mengatakan bahwa kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya
menyampaikan pernyataan yang ditujukan keada orang lain.
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan
adanya jawaban secara verbal. Jawaban ini dapat berupa pengakuan, keterangan,
alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189)
Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat
imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar
mitra tutur melakukan sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif
dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau
kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P)
biasanya verba yang menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak mendapat
awalan me-N.
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto.
2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V). Yagyakarta: PT LkiS Pelangi
Aksara.
Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya dan Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Moeliono,
Anton M. (Penyunting Penyelia). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.