Makalah Pengobatan Virus Hepatitis
Monday, October 24, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Penyakit hepatitis terbanyak
disebabkan oleh virus. Ada banyak penyabab yang dapat merusak organ hati.
Hepatitis sering disebut juga dengan istilah penyakit hati,sakit silver,atau
sakit kuning. Namun, istilah sakit kuning dapat menimbulkan keracunan karena
tidak semua sakit kuning disebabkan oleh hati.
Siapapun pasti tidak ingin mengidap
penyakit ini. Virus hepatitis sangat berbahaya misalnya virus hepatitis B dan C
dapat menyebabkan hepatitis kronis. Selain itu juga dapat mengakibatkan
kematian. Berat ringannya gejala yang timbul dari penyakit hepatitisini
tergantung dari ganasnya penyebab penyakit dan daya tahan tubuh penderita.
Virus hepatitis merupakan penyebab
terbanyak dari gangguan hati. Dari 7 jenis virus hepatitisyang dikenal, hanya 3
diantaranya yang paling banyak menimbulkan infeksi hati. Setiap jenis virus
dapat merangsang terbentuknya antibody terhadap partikel virus masing-masing.
Melihat hasil pengobatan penyakit
ini dengan metode pengobatan modern masih belum memuaskan. Angka kekambuhan
yang cukup tinggi, efek samping yang berat, dan harga obatyang sangat mahal
sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar penderita. Maka dari itu perlu
adanya cara untuk pengobatan herbal yang lebih terjangkau oleh penderita.
Oleh karena itu perlu adanya
pengenalan kepada masyarakat tentang pengobatan penyakit hepatitis dengan pengobata
herbal. Seperti memperkenalkan melalui buku-buku, ataupun majalah yang berisi
tentang cara-cara pengobatan herbal agar masyarakat atau penderita lebih mudah
untuk mengobati penyakitnya dengan pengobatan herbal.
1.2
Perumusan Masalah
Adapun permasalahan
yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa gejala hepatitis?
2.
Apa penyebab hepatitis?
3.
Apa jenis virus hepatitis?
4.
Apa obat tradisional penyakit hepatitis?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menambah pengetahuan tentang penyakit
hati atau hepatitis bagi pembaca.
2.
Untuk mengetahui bagaimana cara untuk
mengobati dengan pengobatan herbal.
3. Untuk mengembangkan penulis mengungkap
maksud pengarang yang terdapat dalam karyanya. Sehingga pembaca betul-betul
paham sesuai penghayatan yang dilakukan pembaca.
1.4
Manfaat Penulisan
Untuk mendapatkan
pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit hati atauhepatitis dengan
pengobatan herbal.
1.5
Metode Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh teori
yang diajarkan pada buku-buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis serta
mencari sumber-sumber yang ada pada buku referensi.
Adapun dalam
pegolahan data, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:
1.
Studi Kepustakaan
Mengambil pengertian dari buku yang sudah ada,
dengan harapan karya tulis ini tidak menyimpang dari pengertian yang sudah ada
sebelumnya.
2.
Metode Analisis Data
Dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan.
Yaitu, mengambil pengertian dari buku yang sudah ada dan mengambil data dari
internet untuk memperoleh data yang relevan. Dengan harapan karya tulis ini
tidak menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam menyusun
karya tulis ini penulis membagi atas beberapa bab dan tiap-tiap bab penulis
bagi menjadi beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian
tersebut adalah:
a.
Bagian
formalitas, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan
persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
b.
Bagain isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan, meliputi:
Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penulisan , Metode Penulisan , Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan
Teori, meliputi pengertian hepatitis
BAB III Pembahasan
meliputi: Gejala hepatitis, Penyebab Hepatitis, Virus hepatitis, Obat
tradisional penyakit hepatitis.
BAB IV Penutup meliputi: simpulan
dan saran.
c.
Bagian
akhir, berisi daftar pustaka yang digunakan penulis dalam mencari resensi buku.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan
hati. Secara populer juga dikenal dengan sebutan penyakit hati, sakit silver,
atau sakit kuning. Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi hepatitis akut dan
hepatitis kronis. Disebut hepatitis kronis, bila penyakitnya masih berlangsung
setelah 6 bulan.
Dengan semakin berkembangnya pemeriksaan
serologis-imunologis untuk penyakit hepatitis virus, maka saat ini sudah dapat
dideteksi 5 macam virus sebagai penyebabnya. Kelima macam virus itu adalah
hepatitis A (VHA), virus hepetitis B (VHB), virus hepetitis C (VHC atau Non-A
Non-B parenteral), virus hepatitis D (VHD), dan virus hepatitis E (VHE atau
Non-A Non-B enterik). Masih ada 2 jenis virus lagi yaitu virus hepatitis G
(VHG) dan virus hepatitis transfusion transmitet (VHTT). Kedua jenis virus ini
masih belum jelas benar kemampuannya dalam menimbulkan penyakit dan perubahan patologi.
Virus hepatitis F sekarang ini sudah diragukan keberadaanya. Yang paling umum
ditemukan adalah VHA, VHB, dan VHC.[1]
Kecenderungan meningkatnya jumlah penderita hepatitis
terutama oleh virus, saat ini sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan penanganan lebih baik. Hal ini disebabkan sebagian infeksi virus
hepatitis akan menjadi kronis, yang bisa berakhir dengan kematian akibat
gagalnya fungsi ginjal.[2]
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gejala – gejala Hepatitis
Setiap proses peradangan akan
menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung dari ganasnya
penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis
mengenal empat stadium yang timbul akibat proses peradangan hati akut oleh
virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan fase penyembuhan.
1.
Masa Tunas
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke
dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing
penyebab virus hepatitis tidaklah sama. Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi
pada stadium ini.
2.
Fase Prodmoral (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari.
Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan terasa lemas, cepat
lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak
dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada
persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama dibagian pinggang
dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti akan pilek dan
batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan diatas
seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
3.
Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya
setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi kuning pekat
seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir
langit-langit mulut, dan kulit berubah menjadi kekuningan yang disebut juga
ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk kedalam usus halus,
maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar
bilirubin dalam serum melebihi 2 mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari
bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu pertama dari fase
ikterik, warna kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah
7-10 hari, secara perlahan-lahan warna kuning pada mata dan kulit akan
berkurang. Pada saat ini, keluhan yang ada umumnya mulai berkurang dan
penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini berlangsung sekitar 2-3 minggu.
Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu
(kolestasis) yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih
hebat dan berlangsung lebih lama.
4.
Fase penyembuhan (konvaselen)
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai
menghilang. Penderita merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya
penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6
bulan setelahtimbulnya penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik
seperti diatas. Pada sebagian orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang
lebih ringan (subklinis) atau tanpa memberikan gejala sama sekali
(asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning
(anikterik). Namun, ada juga yang penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan
kematian yang dinamakan hepatitis fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau
ikterus yang bertambah berat, suhu tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat
menurunnya faktor pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda ensefalopati berupa
mengantuk, linglung, tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan akhirnya
kesadaran menurun sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT,
SGPT) serum sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih
(leukositosis). Keadaan ini menandakan adanya kematian (nekrosis) sel parenkim
hati yang luas.
1.2
Penyebab
Hepatitis
Sebenarnya hepatitis atau radang hati dapat disebabkan
oleh berbagai macam penyebab, seperti:
1.
Virus
(penyebab terbanyak)
2.
Bakteri
3.
Parasit
4.
Obat-obatan
5.
Bahan
kimia alami atau sintetis yang merusak hati
6.
Alkohol
7.
Cacing
8.
Gizi
yang buruk
9.
Autoimun
1.3
Jenis
Virus Hepatitis
1.
Hepatitis A
Virus hepatitis A (VHA) berbentuk partikel dengan ukuran
27 nanometer, merupakan virus RNA dan termasuk golongan picornaviridae. Hanya
terdapat satu serotipe yang dapat menimbulkan penyakit hepatitis pada manusia.
Virus ini sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat. Penggandaan
atau replikasi terjadi dalam sel epitel hati dan epitel usus.
Penyakit ini dahulunya dinamakan hepatitis infektiosa.
Sampai sekarang hepatitis A masih bersifat endemis dinegara berkembang
sehubungan dengan lingkungan dan sanitasi yang masih buruk. Pada daerah
beriklim tropis seperti indonesia, penyakit sering timbul selama musim hujan
dan terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Setiap tahun, tidak kurang dari 1,5 juta orang diseluruh
dunia terinfeksi dengan virus hepatitis A. Cara penularannya melalui jalur
fekal-oral, yang berarti melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan virus
ini, atau berhubungan erat dengan penderita. Ini berarti infeksi sering terjadi
pada lingkungan kumuh, dimana lalat dan kecoa banyak ditemukan. Tidak seperti
virus hepatitis B dan C, VHA hanya aktif didarah dalam waktu yang singkat
sehingga penularan melalui jalur inisangat jarang. Sering ditemukan kerang
sebagai pembawa virus.
Masa inkubasi berkisar antara 15-25 hari, rata-rata 30
hari. Setelah virus hepatitis A masuk ke dalam tubuh, ia akan memperbanyak diri
di dalam sel hati, dan sebagian dari pada virus itu masuk ke kandung empedu
untuk selanjutnya dialirkan ke usus halus dan dikeluarkan melalui tinja.
Melalui tinja inilah virus hepatitis A terbesar kepada orang lain dengan
bantuan lalat, kecoa, dan sebagiannya yang hinggap di makanan dan minuman.
Semua golongan usia dapat terserang penyakit ini. Penderita umumnya akan sembuh sempurna serta
tidak pernah menjadi kronis. Penyakit pada fase akut umumnya 90% hadir tanpa
gejala (asimptomatik) atau memberikan gejala yang sangat ringan dan hanya
sekitar 1% yang timbul kuning (ikterus). Gejala penyakit pada anak umumnya
tanpa gejala dan tidak kuning.
Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola
hidupmenjadi lebih sehat dan bersih. Misalnya menjaga kebrsihan dan car makan
yang sehat, seperti mencuci tangan sesudh ke toilet sebelum menyiapkan makanan,
atau sebelum makan. Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan
sanitasi, pemakaian air bersih, pembuangan tinja yang memenuhi syarat
kesehatan, pembuatan sumur yang memenuhi standar, mencegah makanan terkena
lalat, memasak bahan makanan dan minuman.
2.
Hepatitis
B
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
serius baik di dunia maupun di Indonesia karena jumlah penderitanya yang
semakin meningkat. Lebih dari 2 milyar penduduk dunia pernah terkena infeksi
ini. Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 400 juta orang penduduk dunia
yang mengidap HBsag. Dari jumlah tersebut, diperkirakan penderita kronik karier
terdapat 12,5 juta orang di Cina, 2,6 juta di Korea dan 1,7 juta di Jepang.
Infeksi virus hepatitis B tidak hanya di negara-negara Asia. Menurut tim
hepatitis nasional angka kesakitan hepatitis B di Indonesia berkisar antara
5-20%. Oleh kaena itu, Indonesia termasuk kelompok negara dengan endemisitas
sedang sampai tinggi. Ini berarti, infeksi VHB sudah banyak terjadi pada saat
kehamilan, bayi, dan masa anak-anak.
Seringkali infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi virus
tetap berada di dalam tubuh dan infeksi kronis yang secara bertahap merusak
sel-sel hati sehingga orang bersangkutan terancam menderita firosis hati,
bahkan kanker hati.
Diluar tubuh manusia, virus hepatitis B bisa hidup selama
7 hari.stabilitas VHB terhadap desinfektan dan suhu tidak selalu sama dengan
stabilitas HbsAg. Sifat antigenik HbsAg akan rusak jika dipaparkan pada natrium
hipoklorit 0,25% (pemutih) selama 3 menit, tetapi memerlukan waktu 10 menit
untuk menginaktifkan VHB. VHB akan mati pada air mendidih 1000 C atau oleh zat kimia
chlorox.
Hepatitis B dapat dicegah diantaranya, jangan menggunaka
jarum suntik bekas, peralatan tato, dan jarum akupuntur yang tidak steril.
Hindarkan pemakaian bersama peralatan pribadi seperti sikat gigi, pisau cukur
dan peralatan lainnya yang dapat menyebabkan kulit lecet dan luka.
3.
Hepatitis
C
Hepatitis C (VHC) termasuk kelompok Flaviviridae dan
merupakan virus envelopet RNA berantai tunggal dengan ukuran 50-60 nm. Virus
ini sebelumnya dikenal sebagai penyebab hepatitis non-A non-B (NANB) pasca transfusi.
Virus ini sangat bervariasi karena terdiri dari berbagai macam subtipe.
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa VHC bukan saja merupakan
penyebab terbanyak hepatitis NANB pasca transfusi, tetapi juga sebagai penyebab
dari kasus-kasus hepatitis NANB sporadis atau didapat dari komunitas (community
acquired) yang cara infeksinya tidak jelas.
Hepatitis C terbesar diseluruh dunia. Tidak kurang dari
175 juta penduduk dunia terinfeksi dengan virus hepatitis C. Dari segi
epidemiologik, VHC merupakan penyebab penyakit hati yang penting. Hal ini
disebabkan selain menimbulkan hepatitis akut, sebagian besar penderitanya yang
mencapai 80% berlanjut menjadi hepatitis kronik dan mengidap yang merupakan
sumber infeksi. Sekitar 20% dari penderita hepatitis yang menahun akan
berkembang menjadi sirosis hati, yang sangat berpotensi menjadi kanker hati
dikemudian hari. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk berkembang menjadi
sirosis hati adalah 17 tahun dan menjadi kanker hati dalam waktu 20 tahun.
Tidak seluruh penderita hepatitis C memberikan gejala. Hanya sekitar 40%
penderita yang timbul keluhan. Keluhanpun umumnya ringan, tidak kuning
(anikterik), atau tidak memberikan gejala.
Virus hepatitis C belum terbukti onkogenik (menyebabkan
timbulnya kanker). Hal ini disebabkan VHC bukan virus DNA. Namun begitu,
berdasarkan studi epidemiologi retrospektif, penderita hepatitis C kronik
setelah 20-30 tahun akan berkembang menjadi kanker hati. Terjadinya kanker hati
disebabkan sirosisnya. VHC juga lebih cenderung bereplikasi di dalam sel hati
dan menyebabkan infeksi persisten. Selama infeksi kronik VHC-RNA titernya
tinggi walaupun dapat berfluktuasi, antara 105-107 international unit (IU/mL).
Adanya perbedaan sekuen nukleotida pada genom VHC menjadi
dasar pengelompokan VHC dalam 6 genotipe yang berbagi dalam subtipe-suptipenya
(1a, 1b, 1c, dst) yang masing-masing menunjukkan tampilan klinis yang berbeda
seperti beratnya penyakit, progresi ke sirosis dan kanker hati, atau respon
terhadap interferon.
Menurut pendapat ahli, virus hepatitis C mempunyai
kemampuan untuk menekan jumlah trombosit. Bila jumlah trombosit menurun maka
keberhasilan interferon untuk pengobatan hepatitis C juga menurun. Hal ini
berhubungan dengan tingkat fibrosis hati. Sirosis hati merupakan tingkat fibrosis
hati yang paling berat. Pencegahan yang dilakukan pihak medis adalah dengan
melakukan uji saring donor darah terhadap infeksi virus hepatitis C. Belum ada
vaksinasi untuk mencegah tertularnya VHC.
1.4
Obat
Tradisional Penyakit Hepatitis
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional
mempunyai aktifitas biologis karena mengandung berbagai senyawa fitokimiayang
dapat mempengaruhisel-sel hidup suatu organisme. Pada mulanya obat yang berasal
dari tunbuhan ini digunakan dalam bentuk segar atau kering. Pengolahannya
dengan cara direbus atau ditumbuk dan air perasannya, atau dapat pula diseduh
dengan air panas dan diminum setelah dingin, atau dapat dimakan sebagai
sayuran.
Dibawah ini terdapat macam-macam tumbuhan yang dapat
mengatasi penyakit hepatitis kronik baik dalam menurunkan nilai SGOT dan SGPT,
menghambat proses fibrosis, ataupun meningkatkan sistem imun tubuh yang dapat
menyembuhkan penyakit hati menahunnya. Sebagian dari obat tumbuhan tersebut
telah terbukti khasiatnya baik secara klinis maupun laboratoris.
Obat tradisional tersebut diantaranya adalah:
1.
Temulawak
Rimpang temulawak segar seukuran ½ telapak tangan, dengan tebal sekitar 1
jari. Bisa juga menggunakan rimpang temulawak yang sudah dikeringkan. Caranya,
rimpang dipotong-potong dengan tebal seukuran 0,5 cm lalu dijemur. Gunakan 3-9
g temulawak kering.
Cara pemakaian: rimpang temulawak segar dikupas kulitnya, potong-potong
tipis, lalu dicuci bersih. Bila menggunakan rimpang kering, langsung dimasukkan
panci, rebus dengan 3 gelas air sampai air tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring, minum sekaligus. Ampasnya bisa direbus sekali lagi dan diminum pada
sore hari.
Catatan:
a.
Temulawak
rasanya pedas, pahit, sifatnya dingin, masuk meridian hati, jantung, dan
kandung empedu.
b.
Jangan minum air perasan temulawak mentah
karena dalam keadaan mentah patinya bisa mengganggu fungsi ginjal.
2. Semanggi
Gunung
Seluruh tanaman semanggi gunung yang masih segar sebanyak
30-60 g.
Cara pemakaian: herba semanggi gunung yang baru dikumpulkan dicuci bersih
lalu dimasukkan ke dalam panci. Tambahkan air dan arak ketan sama banyak sampai
seluruh tanaman obat ini terendam, lalu ditim. Setelah dingin airnya diminum,
semanggi gunungnya boleh dimakan. Lakukan 2 kali sehari, selama 3-5 hari.
Catatan:
a. Herba ini
rasanya manis sedikit pedas, digunakan untuk pengobatan hepatitis infeksi yang
disertai kuning (ikterik), sisoris hati, perut membuncit berisi cairan
(asites), dan batu empedu.
b. Efek samping
yang mungkin terjadi berupa penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia). Bila
pemakaiannya dihentikan, maka jumlah sel darah putih akan kembali normal.
3. Bunga
Pecut Kuda
Bunga
berikut tangkai bunga pecut kuda segar sebanyak 5-10 tangkai.
Cara
pemakaian: bunga berikut
tangkai bunga setelah dipotong dari tanamannya lalu dicuci bersih.
Potong-potong seperlunya kemudian direbus dengan 3 gelas air bersih sampai
tersisa 1 gelas. Tambahkan gula batu secukupnya. Setelah dingin disaring lalu
diminum. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Catatan:
a.
Simplisia
ini rasanya pahit, sifatnya dingin. Khasiat tanaman obat ini sebagai anti
radang, menyebabkan keguguran (abortif), dan memperbanyak produksi urine.
b.
Pecut kuda digunkan untuk pengobatan hepatitis
A.
c.
Wanita
hamil yang terinfeksi virus hepatitis A dilarang minum rebusan obat ini karena
dapat menyebabkan keguguran.
4. Buah
Tomat
Buah
tomat yang sudah masak sebanyak 2 buah.
Cara
pemakaian: buah tomat dicuci
lalu dipotong-potong. Selanjutnya direbus sebentar dalam air mendidih, lalu
dilumatkan atau dijus. Bila bukan penderita kencing manis (diabetes) boleh
tambahkan gula pasir sesuai selera. Setelah dingin lalu diminum. Lakukan 2 kali
sehari.
Catatan:
a.
Buah tomat rasanya manis, asam, sifatnya
sejuk. Berkhasiat meredakan demam (antipiretik), menyejukkan darah, penewar
racun (detoksikan), meningkatkan produksi air liur, merangsang keluarnya enzim
lambung,melancarkan aliran empedu, antiseptik usus.
b.
Kandungan
chlorine dan sulfur pada buah tomat adalah trace mineral yang berkhasiat
detosikan. Chlorine alamiah dari buah tomat akanmenstimulir kerja hati untuk
membuang racun tubuh.
5. Alang-alang
Akar alang-alang sebanyak 15-30 g (30-60 g bila
menggunakan akar segar).
Cara
pemakaian: akar alang-alang
dipotong-potong seperlunya lalu dicuci bersih. Rebus dengan 3 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring dan diminum airnya. Dibagi 2
kali minum. Minumlah pagi dan sore hari, masing-masing ½ gelas. Lakukan secara
teratur selama 10 hari.
Catatan:
a. Akar alang-alang rasanya manis, sifatnya
sejuk, akar alang-alang digunakan untuk pengobatan hepatitis akut menular
(Hepatitis A), sakit kuning, atau pada sirosis hati yang disertai pendarahan
saluran cerna.
b.
Dilaporkan
dari 28 penderita hepatitis A akut, 21 penderita sembuh dengan rebusan 100 g
akar alang-alang segar setiap hari. Seluruh gejala dan keluhan menghilang dalam
waktu 45 hari.
c.
Simplisia
ini jangan diberikan pada penderita yang fungsi lambungnya dan banyak kencing.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas penulis paparkan di atas, maka
penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1.
Hepatitis
merupakan salah satu penyakit yang cukup ganas dan perlu diwaspadai karena
penyakit kronis hepatitis juga dapat menimbulkan kematian.
2.
Penderita
perlu mengetahui penyebab dan gejala hepatitis.
3.
Secara
umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium, yaitu masa tunas, fase prod
moral, fase kuning, dan fase penyembuhan.
4.
Pengobatan
secara tradisional lebih aman dilakukan penderita karena bahan-bahan yang
digunakan alami tanpa bahan kimia, dan hasilnya juga sudah terbukti.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa
saran diantaranya yaitu:
1.
Agar
pembaca dapat mengenali penyakit hepatitis dan cara pengobatannya dengan obat
tradisional.
2.
Kita
harus selalu menjaga kesehatan dimanapun kita berada.
3.
Diharapkan
manusia bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT karena telah
diberi kesehatan.
4.3 Kata Penutup
Alhamdulillah karya tulis ini dapat terselesaikan dengan
baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini
masih terdapat kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Hanya
kepada Allah SWT penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, Setiawan. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Husadha, Yast. 2004. Fisiologi
dan Pemeriksaan Biokimiawi Hati. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=566443576.
Diakses pada: 3 Januari 2012. (online)