Makalah PAI Definisi Rukun Iman
Thursday, September 22, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Beragama adalah suata bentuk keyakinan
manusia terhadap berbagai hal yang yang diajarkan oleh agama yang dianutnya.
Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan
keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada manusia yang mengaku
beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar
keimanan yang dikenal dengan rukun Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar
tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-hal yang “ghoib” yang hanya dapat
diyakini secara transedental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar
daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri
dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat kepada Ajaran Allah
dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah (mengetahui dan percaya
akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta), 3) iman kepada
Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif.
Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman kepada Rasul-rasul Allah
(mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai
kesabaran), 5) iman kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6)
iman kepada Qada dan Qadar (paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah
pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut
merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai
salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman
tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji
berbagai hal yang meyangkut enam pilar keimanan tersebut, baik dalil-dalilnya
maupun pengaruh keimanan tersebut terhadap kehidupan seorang muslim. Diharapkan
kajian tersebut akan menambah pemahaman penulis mengenai pentingnya rukun iman
dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan
masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?
2.
Apakah kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3.
Apakah makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun
Islam ini adalah:
1.
Memahami maksud dengan rukun Iman?
2.
Mengetahui kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3.
Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
1.4 Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan
makalah ini adalah metode deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan
masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori
yang ada dan pengetahuan penulis. Adapun teknis penulisan yang digunakan
adalah kajian kepustakaan terhadap berbagai literatur aqidah.
1.5
Sistematika Penulisan
Makalah
ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan tujuan
Penulisan,
metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan materi, yang
berisi tentang pengertian, dalil-dalil dan materi rukun Iman
Bab
III Penutup,
berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
RUKUN IMAN SEBAGAI PILAR KEYAKINAN UMAT
ISLAM
2.1 Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman dapat diartikan sebagai
pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini
terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:
Patuh dan taat
kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
Mengetahui dan
percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
3.
Iman kepada
Kitab-kitab Allah
Melaksanakan
ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an
4.
Iman kepada
Rasul-rasul Allah
Mencontoh
perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan
dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran
Paham bahwa setiap
perbuatan akan ada pembalasan
Paham pada keputusan
serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta
Mengenai rukun iman ini berikut
dalil-dalilnya:
”Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)
Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam
hadits Jibril: ”Iman ituadalah hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan
engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.” (HR
Muslim)
2.2 Penjelasan
Ringkas Tentang Rukun Iman
2.2.1
Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah
adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki,
Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi.
Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh
diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan,
dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada
(eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu
bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni
menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali
(al-Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan
(Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi
Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat),
berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt),
mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya
(al-Kalam).
2.2.2
Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah
memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan.
Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih
siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam
riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi,
setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi
di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib
mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya
disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani
mereka secara ijmal (global).
2.2.3
Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah
memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang
benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan
petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui
jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah
disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil,
yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa
Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah
mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang
diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta
menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok
ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah
dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan,
dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
2.2.4
Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa
Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul
itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka,
wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula
beriman secara tafshil kepada siapa di antara mereka yang disebut
namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam
Al-Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan
nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan
tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan
Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam
adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi
bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi
Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim
diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan
memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul
Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu : Adam, Idris, Nuh,
Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli,
Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,
Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
1)
"Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2)
"Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih
dahulu Kami utus seorang Rasul," (Isra', 17:15).
2.2.5
Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang
kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan
orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat.
Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts
(kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya
kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti
belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi
penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia
maupun di akhirat.
2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh
bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah
ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman
azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya,
sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di
dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah berfirman ”Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)
2.3
Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan seseorang
muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
a.
Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan
mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya
akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa
Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan
senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati
tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah itu ada.
Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat
yang tidak sesuai dengan perintah Allah.
b.
Pengaruh Iman Kepada Malaikat
Keyakinan
terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan
tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada
malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan
senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan
keyakinan adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan
yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh karena itu iman
kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak
mudah putus asa atau kecewa.
c.
Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan
keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang
harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia
tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah
kehidupan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup
berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya
menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa depan yang
jelas.
d.
Pengaruh Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan
adanya rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan
terbaik yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan perilaku yang
dicontohkan Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan
lengkap mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan
Allah, hubungan antar manusia maupun lainnya.
e.
Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan
akan datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan
tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang
sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan
amal ibadah dan balasannya. Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak
memperolah balasan dari amal perbuatannya, karena ia yakin di hari akhir ia
akan memperoleh balasan apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang
muslim yakin akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka
melamun, melainkan ia akan terus berproses dan mencari makna kehidupan.
f.
Pengaruh Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak
mudah kecewa dan putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan
yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik
kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,
sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik
menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan
takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan
terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang
terbaik dari Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a. Rukun Iman dapat diartikan sebagai
pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini
terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:man
kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada
Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada dan Qadar,
b. Iman kepada Allah serta iman kepada
sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang
ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah
beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam
perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa
sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
c. Keyakinan terhadap adanya malaikatakan
berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang
mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan senantiasa
berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa semua
perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
d. Iman kepada kitab Allah bagi manusia
dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya,
karena jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab
suci.
e. Iman kepada rasul merupakan kebutuhan
manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh
perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah.
f. Beriman kepada hari akhir atau hari
kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan umat
manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa
tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
g. Beriman kepada takdir akan melahirkan
sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab yang menimpanya ia
yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan
memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.
3.2
Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh
terhadap perilakunya sehari-hari, oleha karena itu penulis menyarankan agar
kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT agar hidup
kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita
terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa harus
ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul
Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok
Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka
Syed Mahmudunnasir.
1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk.
1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara