Makalah Manajemen tentang Permodalan Kerja
Friday, September 23, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan
lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa melalui penggunaan
sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang
menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain
digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan
dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
Manajemen modal kerja
yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan
kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan
modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang
cukup tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka
akan menghadapi masalah likuiditas.
Dalam menyusun dan
menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba untuk menyampaikan bahwa modal
kerja memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang di
beriakan oleh perusahaan-perusahaan. sehingga pembaca dapat mengambil manfaat
yang terkandung dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang penulis rumuskan adalah:
1.
Apa pengertiam modal kerja?
2.
Bagaimana konsep modal kerja?
3.
Apa saja jenis modal kerja?
4.
Apa saja faktor yang mempengaruhi modal kerja?
C. Tujuan
Makalah ini kami buat
untuk membahas masalah manajemen modal kerja serta hal-hal yang berkaitan
dengannya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan kita tentang hal ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modal Kerja
Bambang Riyanto (2007 :
20) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah
keseluruhan aktiva lancar.” Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal
kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006 : 89) bahwa “modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.”
Sementara itu menurut J.
Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah selisih antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi
dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang
lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar
B. Konsep Modal Kerja
Riyanto (2001:57-58)
mengemukakan konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:
1.
Modal
Kerja Kuantitatif. Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang
tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja
menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar. Oleh karena semua
elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal
kerja bruto atau gross working capital.
2.
Modal
Kerja Kualitatif. Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi
telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan
demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran
hutang yang segera jatuh tempo.
3.
Modal
Kerja Fungsional. Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi dana dalam
menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Dan pengertian modal
kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada
satu periode tertentu.
C. Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut A. W. Taylor
(Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke
dalam dua jenis sebagai berikut:
1.
Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen
adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat
menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen
dibagi menjadi dua macam yakni:
a.
Modal
Kerja Primer. Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada
dalam perusahaan untuk menjamin agar
perusahaan tetap bisa beroperasi.
b.
Modal
Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan biasa beroperasi dengan tingkat produksi normal.
2.
Modal Kerja Variabel
Modal kerja variabel
adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan
ataupun keadaan lain yang mempengaruhi
perusahaan atau berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan. Modal
kerja variabel terdiri dari:
a.
Modal
Kerja Musiman. Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi
apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus
menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
b.
Modal
Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh
fluktuasi konjungfur.
c.
Modal
Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-
keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat
apabila posisi modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di
atas tersedia.
Kebutuhan modal kerja
dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama. Hal ini disebabkan
oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh
perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang
tidak sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga
mengalami perubahan.
D. Komponen Modal Kerja
Modal kerja yang dibahas
disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu modal kerja neto (net
working capital) yang merupakan kelebihan antara aktiva lancar di atas utang
lancarnya.
Komponen modal kerja
mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai berikut:
1.
Aktiva Lancar.
Munawir (2004:14) menyatakan
pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar adalah uang kas dan
aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi
uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk
aktiva lancar adalah:
a)
Kas (Cash). Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari
uang logam, uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang
paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial
perusahaan, karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling
rendah.
b)
Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment). Obligasi pemerintah,
obligasi perusahaan indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham
perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali dikenal sebagai investasi
jangka pendek. Surat-surat berharga yang dibeli sebagai investasi jangka pendek
dari dana-dana yang sementara belum digunakan, dan bila surat-surat berharga
tersebut dapat segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva lancar.
Surat-surat berharga tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk
diperjualbelikan (trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini
adalah efek (marketable securities).
c)
Wesel Tagih (Notes Receivable). Tagihan perusahaan kepada pihak lain
yang dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang
ditandatangani untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan
datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang tercantum dalam surat
perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut).
d)
Piutang Dagang (Accounts
Receivable). Piutang dagang meliputi keseluruhan tagihan atas langganan
perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil
penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini juga akan menimbulkan resiko
bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin
seluruh dari piutang tersebut.
e)
Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable). Penghasilan
yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada
pihak lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f)
Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli untuk
dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk
perusahaan industri yang mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai
tiga persediaan yakni persediaan bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang
dalam proses, dan persediaan barang jadi.
g)
Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense). Pengeluaran untuk
memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi
biaya atau jasa dari pihak lain yang belum dinikmati oleh perusahaan pada
periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu biaya sewa yang dibayar di muka
dan biaya iklan yang dibayar di muka.
2.
Hutang Lancar
Munawir (2004:18) mengemukakan
pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau hutang jangka
pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar
merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam
jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk
siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah
sebagai berikut:
a)
Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari
perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal
tertentu yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan
kepada bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk
pembelian barang dagangan secara kredit.
b)
Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman
yang timbul karena pembelian
barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan
dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang
normal).
c)
Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang
diterima terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum
menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu
kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya
(perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila
jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah selesai.
d)
Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba
perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum
dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak
perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih
Harus Dipenuhi (Accrual Payables)
Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan
selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya:
upah, bunga, sewa, pensiun dan lain-lain.
E. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah
modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal
yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Munawir (2004:117) menyatakan bahwa
besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1)
Sifat
atau tipe dari perusahaan
2)
Waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta
harga per satuan dari barang tersebut.
3)
Syarat
pembelian bahan atau barang dagangan
4)
Syarat
penjualan
5)
Tingkat
perputaran persediaan.
F. Pentingnya Modal Kerja Yang
Cukup
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah
yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan
tidak mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat menutup kerugian dan
mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:116) manfaat
lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1.
Melindungi
perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti
adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena
harganya merosot.
2.
Memungkinkan
perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3.
Memungkinkan
perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan
keuntungan berupa potongan harga.
4.
Menjamin
perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5.
Memungkinkan
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan
konsumennya.
6.
Memungkinkan
perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7.
Memungkinkan
perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan
dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8.
Memungkinkan
perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi.
Di luar kondisi diatas,
yakni adanya modal kerja yang berlebihan dan terjadinya kekurangan modal kerja,
keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal
kerja yang berlebihan menunjukkan pengelolaan dana yang tidak efektif disamping
akan menimbulkan keburukan- keburukan seperti, dapat menimbulkan
pemborosan-pemborosan, investasi- investasi pada cabang yang tidak diinginkan
dan kerugian bunga karena saldo bank yamg tidak digunak
G. Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang permanen
seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan atau para pemegang saham.
Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi
pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan
semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
Munawir (2004:120)
menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1.
Hasil
Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan
rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan
jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
2.
Keuntungan
Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat berharga
yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva
lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
Dengan adanya penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam
unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
3.
Penjualan
Aktiva Tidak Lancer.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini
menjadi kas atau piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah
penjualan tersebut.
4.
Penjualan
Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang diperlukan,
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi
kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa
perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang
dalam bentuk obligasi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
H. Penentuan Besarnya Kebutuhan
Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung
dari dua faktor :
1.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
merupakan keseluruhan atau jumlah
dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan
bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan
digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
2.
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas
rata-rata setiap hari utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran
upah buruh, dan lain-lain.
I. Manfaat Manajemen Modal
Kerja
a.
Melindungi
perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva
lancar.
b.
Memungkinkan
untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c.
Menjamin
dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
d.
Memungkinkan
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.
e.
Memungkinkan
bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada
para langganannya.
f.
Memungkinkan
bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
g.
Laporan
modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan
terhadap modal kerja.
J. Laporan Modal Kerja
Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil
aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan
sebab-sebab perubahan-peubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
1.
Sifat
umum atau tipe perusahaan (Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public
utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang
pencairannya menjadikan relatif cepat)
2.
Waktu
yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi
per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja bukan langsung
dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli
sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang
diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar
kebutuhan akan modal kerja.
3.
Syarat
pembelian dan penjualan (Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan
baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang
menguntungkan akan memperkecil
a.
kebutuhan
uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran
harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk
membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar).
4.
Tingkat
perputaran persediaan (Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual
kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan
(barang) akan semakin rendah.)
5.
Tingkat
perputaran piutang ( Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu
yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.)
K. Pengelolaan Modal Kerja
Pengelolaan modal kerja dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam modal kerja
diantaranya yaitu:
a)
Kas Merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa digunakan
segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan
dapat memenuhi kewajiban finansialnya, tapi apabila kas yang besar tidak di
imbangi dengan kenaikan penjualan maka tingkat perputaran akan menjadi rendah
sehingga penggunaan kas menjadi tidak efektif.
b)
Piutang Merupakan penjualan secara kredit yang bertujuan untuk
meningkatkan atau untuk mencegah penurunan penjualan. Piutang yang terlalu
besar mengakibatkan perusahaan akan menanggung beban modal yang besar.
c)
Persediaan Dalam hal ini, maka perusahaan akan menanggung biaya
penyimpanan, biaya asuransi dan biaya lain-lain yang semua itu akan memperkecil
tingkat keuntungan.
d)
Hutang Lancar Merupakan cash outflows yang terdiri dari hutang-hutang
jangka pendek seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada
bank lainnya yang berusia kurang dari 1 tahun.
L. Penentuan Besarnya
Kebutuhan Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung
dr 2 faktor :
a)
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah
dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan
bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan
digudang, jika waktu penerimaan piutang
b)
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas
rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran
upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja makin besar, jika :
Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
Contoh:
PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap
harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari.
Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk adalah sbb:
a.
Bahan Mentah A seharga Rp 500
b.
Bahan Mentah B seharga Rp 200
c.
Tenaga Kerja Langsung Rp 400
Biaya administrasi setiap bulan Rp
1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp 2.000.000. Uutuk membeli
bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka kepada supplier bahan
mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut
5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus tersimpan
digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10
hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp 2.000.000.
Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut untuk
membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?
Jawab:
Periode perputaran
•
Bahan mentah A
a.
Dana yang terikat dalam persekot bahan
5 hari
b.
Proses produksi
5 hari
c.
Barang jadi 2 hari
d.
Piutang dagang 10
hari
•
Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a.
Proses produksi
5 hari
b.
Barang jadi
2 hari
c.
Piutang dagang 10
hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan
dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a.
Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp.
1.100.000
b.
Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c.
T kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000
---------- +
JUMLAH Rp.
2.120.000
Biaya administrasi dan gaji pimpinan
:
a.
Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000
b.
Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500
unit
c.
Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300
d.
Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 1.300.000
Dana yang diperlukan untuk biaya
selama periode perputaran
= Rp. 1.300.000 x 17 hari = Rp.
22.100.000
Persediaan kas minimal =
Rp. 2.000.000
------------ +
Jumlah modal kerja yang
dibutuhkan = Rp. 26.220.000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modal kerja merupakan aspek penting dalam manajemen pembelanjaan
perusahaan. Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja
yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan ”insolvent”
(tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan
mungkin terpaksa harus dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan atau badan
usaha salah satu peranan modal kerja adalah menjamin kontinuitas perusahaan
yang menyangkut penggunaan modal, sehingga dapat menentukan modal kerja yang
cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa besar tingkat efisiensi dan
efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola perusahaan.
Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan,
karena neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan
pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa
efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan dan seberapa efisien laba
yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pemilik
dana dan sebagai sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis
efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana
kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang
ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini
diharapkan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya dapat
mengetahui, memahami dan menambah wawasan tentang Manajemen Modal Kerja dan dapat
mengaplikasikannya dalm kehidupan sehari-hari.