makalah keseimbangan lingkungan
Sunday, September 18, 2016
BAB
1. PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Seperti kita
ketahui, lingkungan kita yang ada di Kutai Barat ini masih cukup segar karena
dilingkungan sekitar kita masih banyak pepohonan yang dapat memberikan udara
segar bagi kita semua. Namun, seperti yang kita Alami di Kutai Barat ini,
ada-ada saja oknum-oknum tertentu yang tidak memperdulikan lingkungan sekitaar
kita. Jadi, Latar Belakang saya menulis Karya Ilmiah ini adalah agar kita semua
sebagai masyarakat bisa menyeimbangkan lingkungan kita agar tetap sehat dan
tetap bersih.
B.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan saya ini adalah ingin
memberi sedikit ulasan tentang KESEIMBANGAN LINGKUNGAN agar para pembaca dapat
memahami dan mengerti serta agar kita semua dapat ambil peran aktif dalam
keseimbangan lingkungan.
BAB 2.
PENGERTIAN EKOSISTEM DAN MACAM-MACAM EKOSISTEM
A.
PENGERTIAN
EKOSISTEM
Ekosistem
adalah Interaksi antara komponen biotik dan abiotic.
Komponen Ekosistem ;
1.
Komponen Biotik adalah ekosistem yang
tersusun dari mahkluk hidup.
2.
Komponen Abiotic adalah adalah
lingkungan dari abiotic.
1. Komponen
Biotik
Komponen Biotik dalam ekosistem tidak
dipelajari secara individual, tetapi dalam satuan Populasi dan Komunitas .
Populasi
adalah kumpulan mahkluk hidup yang sejenis yang menepati suatu kawasan
tertentu.
Komunitas
adalah Interaksi antara suatu area tertentu.
HIRARKI MAHKLUK HIDUP
INDIVIDU
POPULASI
KOMUNITAS
BIOTA(kumpulan hewan)
BIOMA(kelompok hewan dan tumbuhan)
BIOFERA(berbagai macam kehidupan)
2. Komponen
Abiotik
·
Cahaya
·
Udara
·
Air
·
Batu dan Tanah
·
Suhu
·
Topografi (keadaan tinggi rendahnya
disuatu permukaan bumi)
B. MACAM-MACAM EKOSISTEM
Ada
3 Bagian besar :
1. Darat
2. Akuatiq
3. Buatan
1. Ekosistem Darat
ð
Hutan
Hujan Tropis, Berada disekitar garis khatulistiwa.
Dengan ciri – ciri sebagai berikut :
·
Intensitas curah hujan tinggi
·
Intensitas Cahaya Matahari
·
Lama waktu siang malam sama
·
Keanekaragamaan sepesias tinggi
·
Mengalami 2 musim, Panas dan dingin
ð
Padang
Rumput, biasa disebut STEFA, dengan ciri-ciri :
·
Intensitas curah hujan rendah
·
Vegetasi pada rumput, rerumputan dan
semak
·
Produktifitas padang rumput relative
lebih rendah
ð
Padang
Gurun, ciri-cirinya :
·
Intensitas curah hujan rendah
·
Biomakri (mahkluk hidup yang mampu
bertahan pada padang gurun)
ð
Hutan
Gugur Temprata, dengan ciri-ciri :
·
Intensitas curah hujan lebih rendah dari
pada curah hujan hutan tropis
·
Mengalami 4 musim
·
Keanekaragamaan spesias sedang
ð
Taiga,
ciri-cirinya :
·
Mengalami musim dingin yang sangat
dingin
·
Musim panas yang singkat dan dingin
ð
Tundra
:
·
Tanpa Pohon
·
Suhu rata-rata dibawah titik beku
·
Intensitas curah hujan rendah
Karakteristik
Tundra yaitu :
-
Suhu dingin yang ekstrim
-
Keragaman spesias rendah
-
Struktur vegetasinya sederhana
-
Musim tumbuh dan berkembang biak pendek
Tundra
dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1.
Tundra Artik,
terletak di Kutub Utara dengan kondisi lingkungan menyerupai gurun, tetapi
gurun dengan suhu lingkungan yang dingin. Hewan yang ada pada Tundra Artik
antara lain Serigala, Rubah, Beruang Kutub, Tupai, serta berbagai jenis burung
dan serangga.
2. Tundra
Alpine, Terletak di ketinggian gunung dimana
pepohonan tidak dapat tumbuh. Hewan yang ada pada Tundra Alpine antara lain
Marmot, Kambing Gunung, Domba, dan berbagai jenis Burung.
2.
Ekosistem
Akuatik
Ekosistem ini tidak
telalu dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan curah hujan. Kedalaman dan arus air
sangat berperan dalam ekosistem ini. Kedalaman menentukan sejauh mana matahari
dapat berfenetrasi kedalam perairan. Semakin dalam perairan, maka cahaya tidak
dapat masuk hingga ke dasar perairan.
Ekosistem Akuatik
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar
dapat digolongkan menjadi Danau, Lahan Basah, dan Sungai,
·
Danau
Struktur Danau :
-
Zona
Litoral adalah Bagian dasar danau yang dangkal
-
Zona
Limnetik adalah Bagian danau yang tebuka
-
Zona
Fiotik adalah Cahaya Matahari masih bisa berfenetasi
-
Zona
Afotik adalah Cahaya Matahari tidak bisa berfenetrasi
·
Lahan
Basah
Lahan
Basah disebut juga Wet Land, adalah
suatu daerah yang digenangi air sehingga kondisinya menyokong untuk kehidupan
berbagai jenis organisme akuatik. Lahan basah dibedakan menjadi 3, yaitu :
1)
Rawa (Marsh)
2)
Rawa Lumpur (Swamp)
3)
Tanah Gambut (Bog)
·
Sungai
Sungai
adalah
badan air yang begerak terus-menerus menuju satu arah. Sungai dibagian hilir
lebih tinggi kandungan materi organiknya karena arusnya relative rendah
dibandingkan dibagian hulu. Namun pada bagian hulu sungai lebih tinggi kadar
oksigennya dibandingkan pada bagian hilir karena arus sungai yang tenang.
b. Ekosistem Laut
Terdiri dari beberapa
zona, yaitu :
·
Zona
Interkidal adalah zona pasang surut
·
Zona
Neritik adalah zona laut dangkal
·
Zona
Pelagik adalah zona laut terbuka
Berdasarkan
ada atau tidak adanya penetrasi cahaya, ekosistem laut dibagi menjadi :
Ø Zona Fotik adalah area
permukaan laut yang masih dapat menerima cahaya matahari dalam jumlah yang
cukup untuk proses fotosintesis organismenya.
Ø Zona Bentikadalah
area dasar laut
Ø Zona Afotik adalah
area pertengahan antara permukaan dengan dasar laut yang tidak menerima masukan
cahaya matahari yang cukup untuk proses fotosintesis organismenya.
3. Ekosistem Buatan
Merupakan Ekosistem
yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya untuk diambil
manfaatnya, contohnya :
·
Sawah
·
Waduk
·
Tambak
·
Perkebunan Kopi
·
Hutan tanam produksi seperti, Jati &
Karet
BAB 3. DAMPAK
EKSPLOITASI YANG BERLEBIHAN TERHADAP LINGKUNGAN
Dibandingkan dengan mahkluk organisme
lainnya, manusia memiliki pengaruh yang sangat kuat dibumi ini. Selain
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, populasi manusia juga sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan. Sikap manusia yang cenderung
merusak lingkungan, seperti membakar hutan, memberantas hama dengan bahan
kimia, mengubah berbagai ekosistem alami menjadi ekosistem buatan, memberikan
dampak negatife terhadap lingkungan.
Berikut ini akan
dijelaskan berbagai dampak negatife terhadap ekosistem akibat ekploitasi
berlebihan oleh manusia :
1.
Fragmentasi
dan Degradasi Habitat
Meningkatnya
populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk
mendukung kesejahteraan manusia, seperti lahan untuk pertanian, tempat tinggal,
industri, dll.
Fragmentasi
dan Degradasi Habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian
organisme karena kehilangan sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman
spesies pada habitat tersebut.
2.
Terganggunya
Aliran Energi di dalam Ekosistem
Ekosistem alami yang
dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan aliran energi dalam ekosistem tersebut.
Hal
tersebut menyebebkan aliran energi yang semula bersifat kompleks, yaitu antara
berbagai jenis produsen, konsumen, detritivora, menjadi aliran energi yang
lebih sederhana, yaitu satu jenis produsen (padi), berbagai konsumen, dan
detritivora.
3.
Resistensi
Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan
pestisida dan antibiotik secara berlebihan untuk membunuh populasi organisme
yang merugikan (hama / fatogen) dapat menyebabkan munculnya populasi organisme
yang kebal terhadap festisida dan antibiotik tersebut. Pada akhirnya, populasi
hama yang bertahan hidup dan mampu berkembang biak merupakan hama yang kebal (
resisten ) terhadap pestisida jenis tersebut.
4.
Hilangnya
Spesies Penting di Dalam Ekosistem
Hilangnya
suatu organisme dapat memberikan dampak yang cukup besar di dalam ekosistem.
Contohnya, di dalam ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator seperti
burung, ular, dsb dapat meningkatkan populasi organisme lain, misalnya tikus
yang memakan padi. Akibatnya, populasi padi akan menurun dan hasil panen akan
berkurang.
5.
Introduksi
Spesies Asing
Introduksi
/ masuknya spesies dari satu ekosistem ke dalam ekosistem lainnya biasanya
bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan manusia. Ledakan populasi
tanaman eceng gondok di ekosistem perairan air tawar di indonesia, dikarenakan
tidak terdapatnya serangga predator alami (Neochetine eichhorniae ) yang
mengontrol pertumbuhan populasi tanaman tersebut,
6.
Berkurangnya
Sumber daya Alam Terbaharui
Kayu,
tanduk, gading, dsb merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sumber
daya alam tersebut digolongkan ke dalam sumber daya alam yang dapat di
perbaharui karena berasal dari organisme yang dapat berkembang biak. Walaupun
memiliki sifat dapat diperbaharui, penggunaan dan eksploitasi secara berlebihan
dapat menurunkan jumlah dan kualitas sumber daya alam tersebut.
7.
Terganggunya
Daur materi di dalam Ekosistem
Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia juga akan ikut
meningkat. Meningkatnya aktivitas manusia di dunia berpengaruh terhadap daur
biogeokimia.
BAB 4.
KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
Lingkungan sebenarnya bersifat dinamis dan memiliki
kemampuaan untuk mendukung kelangsungan mahkluk hidup didalamnya yang disebut Daya Dukung Lingkungan. Lingkungan juga
memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi lingkungan ke keadaan seimbang
ketika lingkungan mendapat gangguan atau kerusakan sampai batas tertentu yang
disebut Daya Lenting Lingkungan.
Lingkungan mengacu kepada segala sesuatu yang mengelilingi
suatu organisme dan memengaruhi cara hidup organisme tersebut. Keseimbangan Lingkungan dapat diartikan
sebagai kemampuan lingkungan untuk mengatasi tekanan dari alam maupun dari
aktivitas manusia, serta kemampuan lingkungan dalam menjaga kestabilan
kehidupaan didalamnya. Keseimbangan dapat tercapai ketika interaksi antar
prganisme dengan factor lingkungan dan interaksi antarkomponen dalam suatu
lingkungan dapat berjalan dengan proporsional.
1. Interaksi Antar Komponen Ekosistem
Dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Ekosistem
tersusun oleh komponen biotik dan abiotik, keduanya saling berinteraksi dalam
menjaga keseimbangan lingkungan dan kestabilan ekosistem. Interaksi antar
komponen biotik dalam menjaga keseimbangan lingkungan dapat kita lihat dalam
rantai makanan dan jarring-jaring makanan. Pengontrolan terhadap populasi
setiap komponen biotik dalam ekosistem dapat menjaga kestabilan ekosistem.
Walaupun demikian, dalam sebuah ekosistem, akan senantiasa terjadi fluktuasi
populasi komponen biotik secara teratur. Proses ini akan berlangsung selama
lingkungan dalam kegiatan seimbang , dan pada lingkungan yang seimbang tidak
akan terjadi peningkatan dan penurunan populasi komponen biotik tertentu secara
mencolok.
Selain
itu, interaksi antarkomponen abiotik dan biotik juga juga menjaga keseimbangan
lingkungan apabila berjalan dengan sesuai dan berkesinambungan. Faktor-faktor
lingkungan, seperti suhu, air, intensitas cahaya, kelembapan, dan salinitas
dapat menjadi factor penentu bagi persebaran organisme dimuka bumi karena
setiap jenis organisme memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap berbagai
factor lingkungan.
2. Sukesi
Sukesi adalah proses
perubahan komposisi spesies dalam suatu komunitas biologi akibat adanya
gangguan pada komunitas tersebut. Di alam, terdapat dua sukesi yaitu :
a.
Sukesi
primer
Sulkesi primer adalah proses perubahan
komposisi komunitas yang terjadi pada suatu kawasan yang pada mulanya hampir tidak
ada kehidupan. Sukesi primer biasanya terjadi pada pulau Vulkanis baru atau
area yang awalnya tertutupi oleh glasier atau lapisan es.
Umumnya, hanya organisme yang memiliki
tingkat toleransi tinggi dan luas saja yang mampu tumbuh dan berkembang pada area
tersebut, seperti lumut dan Lichenes. Organisme
yang mampu tumbuh pertama kali dan kemudian membentuk suatu ekosistem didebut Organisme pionir atau spesies pionir.
b.
Sukesi
Skunder
Sukesi Skunder terjadi pada area yang
mulanya ada kehidupan tetapi kemudian mengalami beberapa gangguan yang
menyebabkan hilangnya komunitas yang ada diarea tersebut dan hanya meninggalkan
tanah yang tetap utuh. Misalnya hutan yang mengalami penebangan mengalami
sukesi skunder yang pada ahkirnya hutan dapat pulih kembali jika tidak diganggu
lagi.
c.
Komunitas
Klimaks
Komunitas Klimaks merupakan komunitas
yang dihasilkan dari proses sukesi. Komunitas klimaks bersifat stabil dan
memilki tingkat keseimbangan lingkungan yang tinggi. Komunitas klimaks biasanya
didominasi oleh organisme yang memiliki umur panjang, seperti pohon-pohon besar
dan hewan yang memiliki siklus hidup yang panjang.
BAB. 5 PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
beberapa uraian diatas, dapat kita simpulkan bagaimana situasi lingkungan kita
jika seandainya kita tidak merawat bumi kita ini dengan baik maka kita akan
menhadapi lebih banyak lagi bencana-bencan yang dapat merugikan kita semua
sebagai penduduk dimuka bumi ini. Saya berharap kita semua dapat berperan aktif
dalam menjaga keseimbangan lingkungan kita ini.
B. Saran
Saya
selaku penulis karya ilmiah ini menyadari bahwa karya ilmiah yang saya tulis
ini masih kurang sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat
membangunsangat saya harapkan demi kelangsungan penulisan karya ilmiah yang berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku IPA (KTSP 2006) oleh Meike Miarsyah, Dewi Lufiati, Tia Mutiara, Ernawwati yang diterbitkan oleh ERLANGGA