Makalah Alam Pikir Manusia
Monday, August 29, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain(makhluk hewan dan tumbuhan).Ciri-ciri tersebut
adalah manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik
dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain, tubuh manusia lebih
lemah, tetapi rohaninya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih kuat dan lebih maju
di banding makhluk lain. Hal ini terbukti,saat inimanusia telah mampu menguasai
dunia dan hewan. Itu semua dapat terjadi karena hanya manusia yang memiliki
akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat
ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa yang terjadi disekitarnya, bahkan
juga ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan pikiran
manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu dan ingin memahami serta
memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu pada manusia tidak sama,
selalu berkembang seakan tiada batas
yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Pikir
Pola pikir —juga dikenal dengan istilah
mindset — adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis,
mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra
kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita. Sewaktu
kita hanyut dalam samudra informasi maka pikiran mencari arah dengan
berpegangan pada pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu
untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan
kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.
Pola pikir yang sudah dimiliki masih dapat
diubah apabila dirasa sudah tidak mampu membawa diri kita sampai ke tempat
tujuan dengan sukses. Untuk mengganti pola pikir lama dengan pola pikir baru
yang lebih baik diperlukan tekad dan keberanian untuk berubah. Pola pikir baru
yang dianut harus bisa mendorong imajinasi dan kreativitas untuk berkembang.
Pola pikir yang digunakan selayaknya tidak terlalu jauh meloncat ke depan agar
orang-orang di sekitar kita tetap dapat mengikuti serta mengetahui bagaimana
dan di mana pikiran kita berada.
Pola Pikir adalah cara otak dan akal
menerima, memproses, menganalisi, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap
informasi yang masuk melalui indra.
Pola pikir seseorang akan mudah terlihat
ketika menghadapi suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Pola pikir itu
sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang
dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan
menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya.
Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip
hidup. Perlu dipahami bahwa pola pikir itu ada yang positif dan ada pula yang
negatif. Pola pikir positif akan membawa dampak positif bagi penganutnya,
sebaliknya pola pikir negatif akan membawa dampak negatif.
Pola pikir itu ada yang bersifat umum, dan
ada pula yang bersifat spesifik sesuai dengan tuntutan bidang tertentu.
Beberapa ungkapan pola pikir yang bersifat umum, misalnya “Jadilah kita sebagai
penyebab bukan sebagai akibat, karena ,kita yang harus menentukan nasib bukan
nasib yang menentukan kita”. Setiap pikiran menjadi penyebab, dan setiap
kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola
pola pikir agar kondisi yang muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan.
Salah satu ungkapan pola pikir Einstein
bahwa “imajinasi jauh lebih baik dari pengetahuan”. Pengetahuan yang orisinal
bersumber dari imajinasi. Oleh sebab itu, dunia kita tidak akan lebih luas dari
imajinasi kita. Pola pikir yang pernah diucapkan oleh Jonathan Swift, “Kita
dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tetapi oleh visi kita.” Warren Bennis
memiliki pola pikir seperti yang ia ucapkan, “Kepemimpinan adalah kemampuan
mengubah visi menjadi realitas. Pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang
benar dan manajer adalah orang yang melakukan dengan cara yang benar.” Stephen
R. Covey mengatakan bahwa ada empat peran utama sebagai pemimpin, yaitu: 1)
menjadi panutan; 2) menjadi perintis; 3) menjadi penyelaras; dan 4) menjadi
pemberdaya.
B. Mengenali Pola Pikir Manisa
Lazimnya orang hidup (yang normal) akan
selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur
sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik masalah intern maupun
masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka masalah
yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran
untuk memecahkannya. Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun
kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola berpikir yang dianggapnya cocok
atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai akal atau
otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu ada
dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban
serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya. Sejak mengenyam bangku sekolahan
sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi masalah yang
diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu
masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu saja
hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta
benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan
diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah
menjadikan seseorang semakin dewasa dalam berpikir untuk mengatasi masalah.
Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu
konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja
memilih cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga
menjadikan pola berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi semakin
bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan bagian dari hak otonom
setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah referensi dan
keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini.
Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana
seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
Ditemui pula pola pikir manusia yang
terbiasa "coba-coba tapi tidak ada kepastian" seperti yang telah
digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah -
cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya
dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya
begitu. Pola Pikir Ilmiah Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional
dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat
ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala
peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas.
Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan,
keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara
sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain
(universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist). Ilmuwan biasanya
bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai.
Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka
seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan
masalah melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau
kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam pola pikir ilmiah dimulai
perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melakukan
analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran
berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah
membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan. Demikian selintas tulisan mengenali pola pikir
manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan
pola pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai berbagai pola pikir di atas.
Setidaknya, itulah gambaran pola pikir manusia yang dapat dikemukakan. Tidak
menutup kemungkinan tulisan ini dapat dikembangkan melalui diskusi lebih
lanjut. Semoga dapat menambah pengayaan pengetahuan kita bersama.
C. Proses Perkembnagan Pola Pikir
Sejak lahirnya di muka bumi ini, manusia
bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam
memberikan rangsangan kepada manusia melalui pancaindera. Jadi, pancaindera
merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang membuahkan
pengalaman. Pengalaman itu saat demi saat bertambah, karena manusia ingin
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa,
baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah
mengadakan kontak dengan dirinya.
Perkembangan pola pikir manusia ini dari
zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya : 1) Rasa Ingin
Tahu; Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu
ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di
alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang
dirinya sendiri (antroposentris).
Manusia sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri
: a) Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya. b)
Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. c)
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan
dari dalam dan dari luar. c) Memiliki potensi berkembang biak. d)Tumbuh dan
bergerak. e) Berinteraksi dengan lingkungannya,
Mati. Sesuai dengan ciri manusia pada poin (1), yakni manusia mempunyai
otak, maka manusia mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa ingin tahu ini tidak
dimiliki oleh mahluk lain, seperti batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air
dan udara bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu
bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang
bersifat kekal.
D. Perkembangan Pola Pikir Manusia Di Dunia
Islam
Pemikiran Islam adalah pemikiran yang khas,
lain daripada yang lain. Ini wajar, sebab pemikiran Islam berasal dari wahyu
atau bersandarkan pada penjelasan wahyu, sedangkan pemikiran-pemikiran yang
lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa agama-agama non samawi,
ideologi-ideologi politik dan ekonomi, maupun teori-teori sosial sekedar muncul
dari kejeniusan berfikir manusia yang melahirkannya.
Namun perlu disadari, bahwa sekalipun
pemikiran Islam berasal dari wahyu yang turun dari langit, pemikiran islam
adalah diturunkan ke bumi untuk menjadi petunjuk bagi manusia di bumi. Allah
SWT berfirman:
“Sesungguhnya
kami menurunkan kepadamu Al Kitab (al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa
kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya
sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat
(kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung
jawab terhadap mereka.” (Qs. az-Zumar [39]: 41).
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Oleh karena itu, agar bisa memahami
keberadaan pemikiran islam sebagai petunjuk amal perbuatan manusia, maka perlu
dipahami karakteristik pemikiran Islam.
Pemikiran Islam mempunyai beberapa ciri
khas, antara lain bersifat : komperehensif (syumuliyah), luas, praktis
(amaliy), dan manusiawi.
a. Bersifat Komperehensif
Pemikiran Islam mengatur semua aspek
kehidupan manusia, seperti politik, sosial kemasyarakatan, perekonomian,
kebudayaan dan akhlak. Islam hadir dengan membawa aturan yang berkaitan dengan
hubungan manusia dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain.
Aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tercakup dalam perkara
akidah dan ibadah. Sedangkan aturan yang mengatur hubungan antara manusia
dengan dirinya sendiri tercakup dalam hukum-hukum tentang makanan, pakaian, dan
akhlak. Selebihnya adalah aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain, seperti perkara muamalah ekonomi dan sosial, sanksi-sanksi hukum bagi
para pelanggar hukum (uqubat), politik ketatanegaraan, pertahanan dan keamanan,
politik luar negeri dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
“(Dan
ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al
Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qs.an-Nahl[16]:89).
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatangbuas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala.Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlahkepada-Ku. Pada hari ini telah
Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada munikmat-Ku,
dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa
karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”(Qs. al-Mâ’idah [5]: 3)
Setelah memahami kedua ayat di atas seorang
muslim tidak boleh menyatakan bahwa, ada sebagian perbuatan manusia yang tidak
ada status hukumnya dalam Islam. Semua persoalan dari sejak Islam turun ke bumi
15 abad yang lalu hingga hari kiamat, semua masalah pasti tercakup dalam
perkara yang dipecahkan oleh Islam. Kalau sekilas saja kita membaca buku-buku
fiqih, kita akan mendapatkan bahwa masalah yang dipecahkan oleh syariah itu
tidak hanya masalah ritual belaka, tapi seluruh masalah kehidupan.
b. Bersifat Luas
Keluasan pemikiran Islam memungkinkan Para
Ulama untuk melakukan istinbath (menggali) hukum-hukum syari’iy dari nash-nash
syariat-syariat tentang perkara baru apapun jenisnya, baik perbuatan ataupun
benda. Dalil-dalil syariat hadir dalam bentuk gaya bahasa yang mampu mencakup
perkara apa saja hingga hari kiamat. Apabila ditanyakan kepada seorang muslim
hingga saat ini, apa dalil syariat tentang kebolehan mengendarai roket, pesawat
atau kapal selam, kemudian ia meneliti dalil-dalil syariat untuk mengetahui
hukumnya, niscaya dia akan menemukannya dalam firman Allah SWT :
“Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagairahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikianitu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaanAllah) bagi kaum yang berpikir. (Qs.
al-Jâtsiyah[45]:13).
“Dan
suatu tanda (kebesaran Allah yang besar)bagi mereka adalah bahwa Kami angkut
keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk
mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.”(Qs. Yâsîn [36]: 41 – 42)
Jika ada yang menanyakan, apakah umat Islam
boleh memiliki bom atom, maka dia akan menjumpai hukum syara tentang itu, dalam
firman Allah SWT :
“Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang denganpersiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan
pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan).”(Qs. al-Anfâl [8]: 60)
Sebab, arah dari perintah Allah SWT dalam
Qs. al-Anfâl [8]: 60 tersebut adalah untuk menakut-nakuti musuh (irhabul
aduww). Kalau di masa lalu, adanya pasukan berkuda (al khail) adalah efektif
untuk menakut-nakuti musuh, karena pasukan kavaleri yang ada pada waktu itu
adalah pasukan berkuda. Di masa sekarang, pasukan kavaleri bisa berkendaraan
panser atau yang lain. Dan untuk menakut-nakuti musuh di masa sekarang, bisa
dilakukan dengan parade kapal induk, pesawat tempur supersonik yang dilengkapi
dengan rudal berkepala nuklir, dan persenjataan canggih lainnya.
c. Bersifat Praktis
Hukum-hukum Islam hadir untuk diterapkan dan
dilaksanakan ditengah-tengah kehidupan. Manusia tidak akan dibebani melebihi
yang dia sanggupi. Allah berfirman:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir".(Qs. al-Baqarah [2]: 286).
Pada sebagian besar ayat-ayat al-Quran,
Allah swt telah mengaitkan amal dengan iman seperti firman Allah SWT :
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”
(Qs. al-Ashr [103]: 1 – 3)
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa,dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiadamempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.”(Qs. an-Nûr [24]: 55).
d. Bersifat Manusiawi
Islam menyeru kepada manusia dalam
kapasitasnya sebagai manusia, tanpa melihat lagi ras atau warna kulitnya.
Firman Allah SWT:
“Hai
manusia beribadahlah kepada Tuhan kalian….” (Qs. al-Baqarah [2]: 21).
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku
(Muhammad) adalah utusan Allah untuk kalian semua’.” (Qs. al-A’râf [7]: 158).
“Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya kami
telah menjadikan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan kami telah
menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling
kenal-mengenal’.” (Qs. al-Hujurât [49]: 13).
Rasulullah bersabda:
“Aku diutus untuk orang-orang yang berkulit
merah maupun berkulit hitam.”
Orang-orang selain orang Arab pun telah
beriman pada agama ini, seperti Persia, Romawi, Asia Tengah, India, Indonesia
dan sebagainya. Demikianlah, Islam telah mengeluarkan mereka dari kegelapan
jahiliyah menuju cahaya hidayah, dari keterpurukan menuju kebangkitan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin
tahu. Hewan juga mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau
disebut “idle curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh
instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka
mencari makan, melindungi diri dan berkembang biak. Manusia mempunyai rasa
ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari
usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya.
Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi
ingin tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang
beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk
menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah
Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Dewiki,Santi.2008.Alam Pemikiran Manusia dan
Perkembangannya.(online)
Diunduh pada tanggal 24 – 02 – 2012,
http://massofa.wordpress.com).
Jasin, Drs.Maskori.2010.Ilmu Alamiah
Dasar.Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Kurniawan.2008.Ayat – ayat penciptaan
manusia.(online)
Diunduh pada tanggal 25 – 02 – 2012,
http://www.kurniawan.blogspot.com).
Tim Dosen IAD.2004. Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta : Universitas Negeri Makassar.
Wulaningsih, Dewi Ratna.2010 Pengantar Ilmu
Kealaman Dasar. (online)