ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS
Saturday, June 8, 2013
ISTILAH-ISTILAH
DALAM ILMU HADITS
1. Hadits,
atsar dan khabar
- Hadits = Asal arti hadits ialah omongan, perkataan, ucapan dan sebangsanya.
Hadits menurut bahasa berarti اَلْجَدِيْدُ yaitu sesuatu yang baru, hadis juga
bararti اَلْخَبَرْ yaitu berita.
Menurut ahli hadits, pengertian hadits ialah
segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal ihwalnya. Sementara para ulama ushul
memberikan pengertian hadits adalah
“Segala
perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang barkaitan dengan hokum syara’
dan ketetapannya.
- Atsar = Sedang atsar ialah perkataan sahabat sebagaimana hadits perkataan Nabi Saw
Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama
dengan khabar yaitu sesuatu yang didasarkan kepada Nabi Muhammad, sahabat dan
tabi’in
- Khabar = khabar menurut bahasa adalah semua berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sebagai ulama mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang dating selain dari Nabi Muhammad.
2. Sanad,
Matan dan Rowi
- Sanad = Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran, menurut istilah sanad adalah
“Silsilah
orang-orang (yang meriwayatkan hadis) yang menyampaikannya kepada matan hadits.
- Matan
Matan menurut
bahasa berarti mairtafa’a min al-ardi (tanah yang meninggi), sedangkan menurut
istilah adalah :
“Suatu kalimat
tempat berakhirnya sanad” dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa matan
adalah lafadz hadis yang diucapkan oleh Nabi Saw atau isi hadits.
- Rawi
Rawi yakni yang
meriwayatkan hadits
Untuk lebih
jelasnya tentang perbedaan antara sanad, rawi dan ikatan, perhatikan contoh
hadis di bawah ini:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُبْنُ مَعْمَرَ بْنِ رَبِعِيِّ الْقَيْسِى، حَدَّثَنَا أَبُوْ هِشَامٍ
اَلْمَحْزُوْ مِيْ عَبْدِ الْوَاحِدِ وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ
بْنُ حَكِيْمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ عُمْرَانَ عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَنْ تَوَضَّأْ فَأْ حُسَنَ الْونُضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ
جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ: (رواه مسلم)
Penjelasan
Dari nama Muhammad bin Ma’mur sampai dengan
Usman bin Affan r.a adalah sanad dari hadis tersebut. Mulai kata man tawadda’
sampai dengan kata tahta azfarih adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang
dicatat di ujung hadits adalah perawinya.
3. Hadis
Mutawatir dan Ahad
a. Hadits
Mutawatir
Mutawatir menurut bahasa berarti mutatabi’
yakni sesuatu yang datang berikut dengan kita/ yang beriring-iringan antara
satu dnegan yagn lainnya, tanpa ada jaraknya. Menurut istilah mutawatir adalah
hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah belajar orang yang menurut adalah mustahil
mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Pada intinya hadis mutawatir
yaitu hadist yang diriwayatkan oleh banyak orang di setiap generasi sejak
generasi sahabat hingga generasi akhir.
b. Hadist
ahad
Kata ahad menurut bahasa berarti satu, sedangkan
menurut istilah ahad adalah ishobar yang jumlah perawinya tidak sebanyak jumlah
perawi hadist mutawatir.
Ada
juga ulama yang mendefinisikan hadist ahad secara singkat yakni hadist ahad
secara singkat yakni hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir.
4. Hadis
shahih hasan dan dhoi’if
a. Hadis
shohih
Shohih menurut bahasa berarti ضِدُّ
السَّقِيْمِ (lawan sakit) yang
berarti shah, benar, sempurna, sehat, ibnu al-shaleh mengartikan hadist shohih
yaitu hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh orang-orang yagn
berwafaq adil, dan dhabil, dari orang yang berwatak seperti itu juga sampai
puncaknya, hadist mana tidak yadz dan tidak pula mengandung cacat.
Gambaran mengenai pengertian hadist shohih
menjadi lebih jelas setelah imam syafi’I memberikan ketentuan, bahwa riwayat
suatu hadist dapat dijadikan hujjah apabila
1.
Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat
dipercaya amalan agamanya.
2.
Rangkaina riwayatnya bersambung sampai kepada
pagi Muhammad atau dapat juga tidak sampai ke pada pagi.
Syarat-syarat hadis shohih
- Sanadnya bersambung
- para perawinya bersifat adil
- para perawinya dhabil
- Matannya tidak syadz
- Matannya tidak berillat
b. Hadis
Hasan
Hadis hasan menurut bahasa
berarti مَا تَشْتَهِيْهِ النَّفْسُى وَتَمِيْلُ اِلَيْهِ yaitu sesuatu yang disenangi dan
dicondongi oleh nafsu. Sebenarnya hadis hasan itu sama dengan hadis shahih.
Bedanya, kalau di dalam hadis shahih semua periwayat harus sempurna
kedhabitannya. Maka dalam hadis hasan ada perawi yang kedhabitannya, kecermatan
atau hafalannya kurang sempurna.
Menurut para ulama, hadis
hasan dapat naik derajatnya menjadi shahih karena ada hadis lain yang isinya
sama diriwayatkan yagn kualitasnya tidak lebih rendah.
Para
ulama ahli hadis membagi hadis hasan menjadi dua bagian, yaitu hasan lidzatih
dan hasan li ghairih yang dimaksud dengan hadis hasan lidzatih ialah hadis yang
telah memenuhi persyaratan hadis hasan. Adapun yang dimaksud dengan hadis hasan
li ghoirih ialah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan hadis hasan sec
ara sempurna, atau pada dasarnya hadis tersebut adalah hadis dhaif, tetapi
karena ada sanad atau matan lain yang menguatkannya maka ke dudukan hadis dhaif
tersebut naik derajatnya menjadi hasan li ghairih.
Ibn Ash-shalah,
sebagaimana dikutip oleh Al-Qosimi menyebutkan bahwa hadis hasan li hairih
ialah hadis yang sandaran dan sanadnya terdapat seorang yang mashur, bukan
pelupa yang banyak kesalahannya, tidak terlihat adanya sebab-sebab yang
menjadikannya fasiq dan matan hadisnya diketahui baik berdasarkan periwayatannya
hadis lain yang semakna.
Pengertian menurut Ibnu
Ash-Shalah ini memperkuat uraian bahwa pada dasarnya hadis hasan li ghairih
adalah hadis dhaif, yang memiliki syahid dan muttabi’ sehingga kualitasnya
menjadi naik menjadi hadis hasan, akan tetapi, hadis yang sangat lemah seperti
hadis maudu’ dan mankar dan matruk sekali pun ada syahid dan muttabi’
kedudukannya tetap sebagai hadis dhaif dan tidak dapat berubah menjadi hadis
hasan.
c. Hadis
dhaif
Kata dhaif
menruut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari kasla kuat. Secara istilah
diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinsikan hadis dhaif
ini, akan tetapi pad adasarnya isi dan maksudnya sama, beberapa definisi
diantaranya adalah:
- An-Nawawi mendefinsikannya dengan
مَالَمْ يُوْ جَدْ فِيْهِ شُرُوْطُ الصِّحَةِ
وَلاَ شُرُوْطُ الْحَسَنِ
“Hadis
yang di dalamn ya tidak terdapat syarat-syarat hadis sahih dan syarat-syarat
hadis hasan”.
- Menurut Nur ad-Din’ atr mendefinisikan hadis dhaif sebagai hadis yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadis maqbul (hadis yang shahih atau hadis yang hasan).
Dari definisi di atas
dapat diketahui dengan jelas bahwa jika satu syarat saja (dari persyaratan
hadis shahih adalah hadis hasan) hilang, berarti hadis itu dinyatakan sebagai
hadis dhaif. Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua adalah tiga syarat
maka hadis seperti ini dapat dinyatakan sebagai hadis dhaif yang sangat lemah.
a.
Dhaif dari segi persambungan sanadnya
1.
Hadis mursal
Yaitu hadis yang gugur sanadnya setelah
tabi’in
2.
Hadis munathi’
Yaitu hadis yang sanadnya terdapat salah
seorang yang digugurkan (tidak disebutkan namanya) baik diujung maupun
dipangkal.
3.
Hadis Mu’dal
Yaitu hadis yang gugur dua orang sanadnya
atau lebih secara berturut-turut.
4.
Hadis mudallas
Yaitu hadis yang di dalamnya ada sesuatu yang
disembunyikan.
b.
Hadis dha’if yang disebabkan oleh cacat
periwayatnya atau hal lain
1.
Hadis matruk
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seseorang
yang tertuduh dusta terhadap hadis yang diriwayatkannya atau nampak
kefasikannya, baik pada perbuatan adalah pada perkataannya atau orang yang
banyak lupa atau ragu.
2.
Hadis mu’allal
Yaitu hadits yang diriwayatkan tanpa memakai
sanad
3.
Hadis munkar
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang
lemah yang menyalahi riwayat orang yang lebih terpercaya dari padanya.
4.
Hadis syadz
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang
terpercaya, tetapi bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh, orang yang
lebih terpercaya lagi.
5.
Hadis maqlub
Yaitu hadis yang lafalnya tertukar pada salah
seorang dari sanadnya adalah nama seorang sanadnya. Kemudian mendahulukan
penyebutannya yang seharusnya disebut belakangan atau membelakangkan penyebutan
yagn seharusn ya di dahulukan adalah dengan sesuatu pada tempat yang lain.
Kesimpulan
Ilmu hadis merupakna ilmu pengetahuan yagn mengkaji atau
membahas tentang segala yang disandarkan kepada nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan dan taqrir.
Nabi Muhammad Saw bersabda
نَضَرَ
الله امرأ سمع منا حديثا كما سمعه
“Allah memuji
orang yang mendengar hadis dari saya kemudian menyampaikannya seperti apa yang
saya dengar.
DAFTAR
PUSTAKA
Mudasir. H. Drs. Ilmu Hadis, Pustaka
Setia Bandung
1999
Dr. Muh. Zuhri. Hadis Nabi, PT.
Tiara Wacana Yogya. 1997