AYAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
Saturday, June 8, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan
kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan mukjizat
paling monumental sepanjang perjalanan sejarah umat
manusia. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang bersifat kekal
berbeda halnya dengan mukjizat-mukjizat para nabi terdahulu. Al-Qur’an akan tetap terjaga keasliannya sepanjang masa dan tidak ada seorang
pun yang mampu menyamai kehebatan al-Qur’an dari segi
tata bahasanya. Hal ini menjadi bukti bahwa al-Qur’an
benar-benar wahyu dari Allah.
Seperti telah kita ketahui bahwa
al-Qur’an diterima oleh Rasulullah saw dalam kurun waktu 23 tahun yaitu ada yang
diturunkan ketika Rasul berada di Makkah dan ada yang
diturunkan ketika Rasul berada di Madinah. Pada saat al- Qur’an
diturunkan di Makkah, yakni pada awal pengangkatan (menjadi Nabi), kaum muslimim masih sedikit, sementara kaum musyrikin begitu banyak.
Sehingga untuk berdialog dengan orang kafir harus memakai gaya
bahasa yang tepat juga diperlukan suatu metode.
Al-Qur’an turun di
Makkah sebagai pembela minoritas, yakni ornag-orang Islam dan penolong
serta mempertahankan mereka di tengah lingkungan musuh- musuh
yang musyrik.
Kemudian Rasulullah saw hijrah bersama
masyarakat tersebut dan beliau
menemui masyarakat muslim yang lain di Madinah. Al-Qur’an diturunkan
kepada orang-orang Islam di Madinah, meluaskan
hukum-hukum agama dan menggerakkan kaidah-kaidah serta
membangun masyarakat dan meletakkan dasar-dasar kekuatan.
Selanjutnya dalam makalah ini akan
dibahas mengenai karakteristik ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah, yaitu apa
yang dimaksud dengan Makkiyah- Madaniyah dan bagaimana
karakteristik ayat Makkiyah dan Madaniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Qur’an turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
secara berangsur-angsur dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun dan sebagian
besar diterima oleh Rasul shallallaahu
‘alaihi wa sallam di Mekah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَقُرْءَانًا
فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلاً
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan
secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia
dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS.
Al-Israa’: 106)
Oleh karena itu, para ulama rahimahumullaahu membagi
Al-Qur’an menjadi dua:
1. Al-Makiyah: ayat yang diturunkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sebelum
hijrah ke Madinah.
2. Al-Madaniyah: ayat yang diturunkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam setelah
hijrah ke Madinah.
Berdasarkan hal tersebut maka firman
Allah ‘Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ
لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam sebagai agama bagimu.”
(Al-Maa’idah: 3),
termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada haji wada’ di Arafah.
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari
‘Umar radhiyallaahu ‘anhu
bahwa dia berkata: Sungguh kami mengetahui hari dan tempat turunnya ayat
tersebut kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam yaitu saat beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berada di
Arafah pada hari Jum’at.
B. PERBEDAAN
SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
1.
Perbedaan
dari segi konteks kalimat
v
Sebagian
besar surat Makiyah mempunyai cara penyampaian yang keras dalam konteks
pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas adalah
pembangkang lagi sombong dan hal tersebut sangat pantas bagi mereka. Bacalah
surat Al-Muddatstsir dan Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah
mempunyai penyampaian lembut dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada
orang-orang yang mayoritas menerima dakwah. Bacalah surat Al-Ma’idah
v
Sebagian
besar surat Makiyah pendek dan di dalamnya banyak terjadi perdebatan (antara
para Rasul dengan kaumnya), karena kebanyakan ditujukan kepada orang-orang yang
memusuhi dan menentang, sehingga konteks kalimat yang digunakan disesuaikan
dengan keadaan mereka. Baca surat Ath-Thur! Adapun surat Madaniyah kebanyakan
panjang dan berisi tentang hukum-hukum tanpa ada perdebatan karena keadaan
mereka yang menerima. Baca ayat dain
(ayat tentang hutang) pada surat Al-Baqarah (ayat 282).
2.
Perbedaan
dari segi tema
v
Sebagian
besar surat Makiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang benar,
khususnya berkaitan dengan tauhid
uluhiyah dan penetapan iman kepada Hari Kebangkitan karena
kebanyakan yang diajak bicara mengingkari hal itu. Sedangkan sebagian besar
ayat Madaniyah berisi perincian ibadah-ibadah dan mu’amalah karena keadaan
manusia waktu itu jiwanya telah kokoh dengan tauhid dan aqidah yang benar,
sehingga membutuhkan perincian tentang berbagai ibadah dan mu’amalah.
v
Dalam
ayat Madaniyah banyak disebutkan tentang jihad, hukum-hukumnya dan keadaan
orang-orang munafiq karena keadaan yang menuntut demikian dimana pada masa
tersebut telah disyari’atkan jihad dan mulai bermunculan orang-orang munafiq.
Berbeda dengan isi ayat Makiyah.
C. FAEDAH
SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
Mengetahui surat Madaniyah dan Makiyah
merupakan salah satu bidang ilmu Al-Qur’an yang penting karena di dalamnya
terdapat beberapa manfaat:
v Bukti ketinggian bahasa Al-Qur’an.
Di dalam Al-Qur’an Allah ‘Azza wa Jalla mengajak
bicara setiap kaum sesuai keadaan mereka baik dengan penyampaian yang keras
maupun lembut.
v Tampaknya hikmah pembuatan syari’at ini.
Hal tersebut sangat nyata dimana
Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dan bertahap sesuai keadaan umat pada
masa itu dan kesiapan mereka di dalam menerima dan melaksanakan syari’at yang
diturunkan.
v
Pendidikan terhadap para da’i di
jalan Allah ‘Azza
wa Jalla dan pengarahan bagi mereka agar
mengikuti metode Al-Qur’an dalam tata cara penyampaian dan pemilihan tema yakni
memulai dari
perkara yang paling penting serta menggunakan
kekerasan dan kelembutan sesuai tempatnya.
v Pembeda antara nasikh (hukum yang menghapus) dengan mansukh (hukum yang
dihapus).
Seandainya terdapat dua ayat yaitu
Madaniyah dan Makiyah yang keduanya memenuhi syarat -syarat naskh (penghapusan) maka
ayat Madaniyah tersebut menjadi nasikh
bagi ayat Makiyah karena ayat Madaniyah datang belakangan setelah ayat Makiyah.
D. HIKMAH
DITURUNKANNYA ALQUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
Telah jelas dari pembagian Al-Qur’an
menjadi ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah menunjukkan bahwa Al-Qur’an turun
secara berangsur-angsur. Turunnya Al-Qur’an dengan cara tersebut memiliki
hikmah yang banyak, di antaranya:
v Pengokohan hati Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَقَالَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً
كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيْلاً. وَلاَ
يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيْرًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir:
‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’,
demikianlah (yaitu demikianlah Kami turunkan secara berangsur-angsur) supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqaan: 32-33)
v Memberi kemudahan bagi manusia untuk
menghafal, memahami serta mengamalkan serta mengamalkannya karena Al-Qur’an
dibacakan kepada mereka secara bertahap. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَقُرْءَانًا
فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلاً
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan
dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia
dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS.
Al-Israa’: 106)
v Memberikan semangat untuk menerima dan
melaksanakan apa yang telah diturunkan di dalam Al-Qur’an karena manusia rindu
dan mengharapkan turunnya ayat, terlebih lagi ketika mereka sangat
membutuhkannya.
v Penetapan syari’at secara bertahap sampai
kepada tingkatan yang sempurna.
Seperti yang terdapat dalam ayat khamar yang mana manusia
pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga
sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
Maka untuk pertama kali turunlah
firman Allah ‘Azza wa Jalla
yang menerangkan keadaan mereka:
يَسْأَلُوْنَكَ
عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيْهِمَا إِثْمٌ كَبِيْرٌ وَمَنَافِعُ
لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang
khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan berupa
manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’” (QS. Al-Baqarah: 219)
Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa
manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, dimana akal
menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar
daripada manfaatnya.
Kemudian yang kedua turun firman Allah
‘Azza wa Jalla:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلَوةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى
حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُوْلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan.”
(QS. An-Nisaa’: 43)
Dalam ayat tersebut terdapat perintah
untuk untuk membiasakan meninggalkan khamar pada keadaan-keadaan tertentu yaitu
waktu shalat.
Kemudian tahap ketiga turunlah firman
Allah ‘Azza wa Jalla:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنْصَابُ
وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. إِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلَوةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. وَأَطِيْعُوا
اللهَ وَأَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا
أَنَّمَا عَلَى رَسُوْلِنَا الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya meminum khamar, berjudi, beribadah kepada berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya syaithan
itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) arak atau berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling,
maka ketahuilah sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan
(amanat Allah) dengan terang.”
(QS. Al-Maa’idah: 90-91)
Dalam ayat di atas terdapat larangan
meminum khamar pada semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap
pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia kemudian diperintah untuk membiasakan
diri meninggalkan khamar pada keadaan tertentu.
E.
KARAKTERISTIK AYAT MAKIYAH DAN
MADANIYAH
v Karakteristik
Ayat Makkiyah
Para ulama telah meneliti surah-surah Makky dan Madany, dan
menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan
ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakan. Dari situ
mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri- ciri tersebut.
Adapun ketentuan Makky ialah :
v Setiap surah yang di dalamnya
mengandung “sajdah”.
v Setiap surah yang mengandung lafal “kalla”, lafal ini hanya terdapat dalam separuh
terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan dalam tiga puluh tiga kali dan lima belas surah.
v Setiap surah yang mengandung seruan ya-ayyuhan naasu dan tidak mengandung ya-ayyuhalladzina amanu, terkecuali
surah al-Hajj yang akhirnya terdapat ya-ayyuhalladzina
amanu irka’u wasjudu (Q.S al-Hajj : 77). Namun demikian sebagian besar
ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makky.
v Setiap surah yang mengandung kisah
para nabi dan umat terdahulu kecuali surah Al-Baqarah.
v Setiap surah yang mengandung kisah
Adam dan Iblis, kecuali surah
Al-Baqarah
v Setiap surah yang dibuka dengan
huruf-huruf hijaiyah, seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lain-lain.
Terkecuali surah al-Baqarah dan Ali Imran, sedangkan surah ar-Rad masih
diperselisihkan.
Sedang dari segi ciri tema dan gaya
bahasa atau bisa juga disebut sebagai keistimewaan ayat Makkiyah dapat
diringkas sebagai berikut :
v Ajakan kepada tauhid dan beribadah
hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari
pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksaannya, surga dan
nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti
rasional dan ayat-ayat kauniyah
v Penetapan dasar-dasar ibadah dan
mu’amalah (pidana), etika, keutamaan- keutamaan umum. Diwajibkannya shalat lima
waktu, juga diharamkan memakan harta anak yatim secara zalim, sebagaimana sifat
takabur dan sifat angkuh juga dilarang, dan tradisi buruk lainnya.
v Menyebutkan kisah nabi dan umat-umat
terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang
mendustakan agam sebelum mereka; dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga
ia tabah dalam menghadapi gangguang mereka.
v Suku katanya pendek-pendek disertai
dengan kata-kata yang mengesankan, pernyataannya singkat, ditelinga terasa
menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun
meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah; seperti surah-surah yang
pendek-pendek, dan perkecualiannya hanya sedikit
v Karakteristik
Ayat Madaniyah
Diantara ciri khusus dari
surah-surah Madaniyah ialah :
v Setiap surah yang berisi kewajiban
atau had (sanksi).
v Setiap surah yang di dalamnya
disebutkan tentang orang-orang munafik, terkecuali surah al-Ankabut yang
diturunkan di Makkah adalah termasuk surah Makkiyah.
v Setiap surah yang di dalamnya
terdapat dialog antara Ahli Kitab,8 seperti dapat kita dapati dalam surah
al-Baqarah, an-Nisa, Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain.
Adapun keistimewaan yang terdapat
pada surah Madaniyah antara lain adalah sebagai berikut :
v Al-Qur’an berbicara kepada
masyarakat Islam Madinah, pada umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum,
yang meliputi penjelasan tentang ibadah, mu’amalah,had, kekeluargaan, warisan,
jihad, hubungan sosial, hubungan internasional baik diwaktu damai maupun perang,
dan lain- lain.
v Seruan terhadap Ahli Kitab dari
kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam,
penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan
mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada
mereka karena rasa dengki diantara sesame mereka.
v Di dalam masyarakat Madinah tumbuh
sekelompok orang-orang munafik, lalu al-Qur’anmembeicarakan sifat mereka dan
menguak rahasia mereka. Al-Qur’an menjelaskan bahaya mereka terhadap Islam dan
kaum muslimin, serta membeberkan media-media, tipuan-tipun, serta strategi
mereka untuk memperdaya kuam muslim. Di Makkah tidak terdapat kaum munafik,
karena saat itu umat Islam sedikit, lemah, sementara orang-orang kafir secara
terang-terangan memerangi mereka.
v Pada umumnya ayat-ayat dan
surah-surahnya panjang dan untuk menggambarkan luasnya akidah dan hukum-hukum
Islam. Orang-orang Madinah adalah orang-orang Islam yang menerima dan
mendengarkan al- Qur’an. Mereka diam, di atas kepala mereka seolah-olah ada
seekor burung. Keadaan seperti ini bukan merupakan perlawanan dan pertentangan,
yang membutuhkan keringkasan ayat. Namun ia berada di suatu tempat di mana
terjadi sikap menerima dan diam, dan sikap mengakui yang sesuai dengan perluasan
kata dan keindahan bahasa.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian makalah ini maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
v Dalam memaknai Makkiyah dan Madaniyah terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ulama hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam
memberikan penafsiran atas ayat-ayat al-Qur’an.
v Meskipun terjadi perbedaan dalam memberi makna Makkiyah dan
Madaniyah akan tetapi para ulama mampu memberikan kekhususan-kekhususan yang
menjadi ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah untuk membedakan keduanya.
v Diantara ciri yang paling tampak dari ayat Makkiyah adalah
ayat-ayatnya banyak berisi tentang ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya
kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan,
hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksaannya, surga dan nikmatnya,
argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan
ayat- ayatkauni ah, disamping itu ayat dan surahnya pendek-pendek.
DAFTAR
PUSTAKA
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin,
“Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an, penerjemah: Muhammad Qawwam, LC., Abu
Luqman, penerbit: Cahaya Tauhid Press Malang, cet. ke-1 Muharram 1427H/Pebruari
2006M, hal. 33-38” , http://almuslimah.wordpress.com/2009/08/11/ayat-ayat-makiyah-dan-madaniyah/
__________________,
“Karakteristik Ayat Makiyah dan
Madaniyah”, http://www.scribd.com/doc/27490377/MAKKIYAH-MADANIYAH