-->

ads

sejarah peradaban islam periode madinah



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Madinah atau Madinah Al Munawwarah: مدينة رسول الله atau المدينه, (juga Madinat Rasul Allah, Madīnah an-Nabī) adalah kota utama di Arab Saudi. Merupakan kota yang ramai diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslimin. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam menyebar ke seluruh jazirah Arabia lalu ke seluruh dunia.

Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa AlAli bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota Madinah adalah orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya. Namun karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang Ahzab, maka kaum Yahudi diusir ke luar Madinah.


B.PERUMUSAN   MASALAH
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2.Perkembangan Islam masa Rasulullah di Madinah
3.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4.ciri-ciri pokok pada periode ini
5. Strategi dan metode dakwah di madinah
6. peperangan yang terjadi pada periode madinah

C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana :
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2. Islam masa Rasulullah di Madinah
3. Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4. ciri-ciri pokok pada periode ini
5. Strategi dan metode dakwah di madinah
6.peperangan yang terjadi pada periode madinah

D.METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet.









BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA MASA
NABI MUHAMMAD SAW

A.Rasullah Hikrah ke Madinah
Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah membangun 4 masjid yang bersejarah.Beliau melakukan perjalanan menunggu tertidurnya pasukan Quraisj yang mengepung rumah beliau, namun dengan beraninya Ali Bin Abu Tholib menggantikan posisi tidurnya Rasulullah SAW.Akhirnya beliau bisa melaksanakan perjalanan hijrah atas perintah Allah SWT.Tahu Muhammad tidak ada ditempat pasukan Quraisj mengejar Rosulullah SAW.saat itu beliu berlindung bersama sahabatnya Abubakar Assidiq r.a. di Jabal Tsur disebelah selatan dari Majidil haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar Rosulullah Saw. tidak menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat menemukannya pula.
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah
Ketika beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair dan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT[1]


B. Perkembangan Islam masa Rasulullah di Madinah
Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan Para sahabat selalu berdakwah kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus asa. Mereka terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan. Mayoritas penduduk Madinah , terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan  Nabi Muhammad saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia membantu beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal  sebelum menerima ajaran Islam,kedua suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad saw dalam berdakwah.
            Sementara , orang-orang Yahudi merasa tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat mereka. Mereka merasa tersingkir sejak   kehadiran suku Aus dan Khazraj untuk kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan umat Islam.
           
C.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Setiap musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah.Begitu juga nabi Muhammad SAW. Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima Islam adalah Khajraj dari Yatrib (Madinah).Setelah kembali ke negerinya, mereka mengabarkan adanya Nabi terakhir.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
            Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim berbondongbondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:

1.Mendirikan Masjid
              Setelah agama Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan, mengadiliperkara dan lain sebagainya.

2.Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
               Orang-orang Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.

3.Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama terjamin buat semua orang-orang di Madinah”.

4.Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
              Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain.  [2]

D. Ciri-ciri pokok pada periode ini
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:

1.                  Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.]Oleh
karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran.

E.  Strategi dan metode dakwah di madinah
Strategi
Dengan terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
             Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.[3]

Metode Dakwah
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat.Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka.Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya.Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer.Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah.Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah.Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.

Skema Metode Dakwah Rasulullah
     PERIODE  MADINAH
 Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam al Islam)
1.  Membangun Masjid
2.  Membina Ukhuwah Islamiyah
3.  Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.  Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.  Menyusun strategi politik dan militer
6.  Jihad
TAHAPAN DA’WAH RASULULLAH SAW
1.  Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)
Nabi mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala.Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan paganismenya. Nabi saw tidak menampakan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang Quraisy.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam.Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.
Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun.  Demikian pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.

2. Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut manusia, wanita dan lelaki, memeluk Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terang-terangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan janganlah kamu pedulikan orang musyrik.”(al-Hijr : 94)
“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu’ara: 214-215)
Dan katakanlah, “sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Hijr: 89)
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian menyambut perintah Allah, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan pergi ke atas bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“ sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir  mengirimkan orang untuk melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta. “ kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami. “Lalu turunlah firman Allah:
”Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”

Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, ”Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat” dengan mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai Bani Ka’b bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa dapat membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”
Da’wah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan  agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek moyang mereka dalam menyembah  tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”mereka menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)

Ketika Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.[4]

PRINSIP-PRINSIP DA’WAH RASULULLAH
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan Muhammad saw. Banyak ahli  yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa fase, yakni fase pertamaMuhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad saw sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw sebagai politisi dan negarawan, danfase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting, strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang, terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru dunia.
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat, yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai pendidik masyarakat,ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun masyarakat.
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang. Ketika itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara jazirah Arab. Dalam perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai ragam orang dari berbagai bangsa, suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu Yahudi, Nasrani, Majusi, dan orang-orang Romawi.
Dalam perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakta) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa.Hal ini menjadi pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, religius, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari berbagai bangsa.Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi (tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inilah beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan  dari jurang kehancuran serta membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia inilah, dimulai kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan dan revolusi mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak memiliki peri kemanusiaan dan menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sikap mental yang mengangkat derajat kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya menyembah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah sistim kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat ini mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia.Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidin, kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah yang agak terbatas, kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas muslim di tengah-tengah masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan pendidikan di Mekah lebih dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga ayat Al-Qur’an yang turun dalam periode ini lebih ditekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya pendek-pendek dan diawalii ungkapan “Ya ayyuha an-nasa”.
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekankan pada pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di periode ini lebih ditekankan pada masalah muamalah, sistim kemasyarakatan, kenegaran, hubungan sosial, hubungan antaragama (toleransi), ta’awun, ukhuwah, dan sebagainya.Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasanya panjang-panjang dan diawali ungkapan “Ya ayyuha al-ladzina amanu”.
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah
Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat madani.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia.Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang.
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah: memiliki akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang penuh wibawa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut:
1.Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2.Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3.Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah  alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.
4.Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5.Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6.Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7.Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8.Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9.Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).
10.Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.
11.Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib).
12.Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian.Begitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya.Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut.Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebenciannya mulai surut.Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya.Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah.Kedengkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam.

KAIDAH-KAIDAH DA’WAH RASULULLAH
Dari prinsip dan langkah-langkah perjuangan  Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:

1) Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).

2) Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan dari segala penyakit jiwa lainnya.

3) Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.

4) Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.

5) Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.

6) Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.

7) Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.

8) Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.

9) Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.

10) Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.[5]




KEBERHASILAN DAN PENGARUH DA’WAH ISLAM

Sebelum kita melangkah untuk melihat masa-masa terakhir kehidupan Rasulullah saw, sepatutnya kita memberikan perhatian sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi inti kehidupan beliau dan yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul, sehingga Allah mengangkat beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun orang-orang di kemudian hari.
Dikatakan kepada Rasulullah saw: “Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat), di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (al-Muzzamil: 1-2)

“Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (al-Muddatstsir: 1-2)

Maka, beliau pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat ````` besar di bumi ini, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan.
Beliau memikul beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam dalam angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia dan syahwat. Ketika perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda jahiliyah dan kehidupan dunia, mulailah peperangan lain di medan yang lain pula, bahkan peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu, peperangan melawan musuh-musuh da’wah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan da’wah ini sampai ke akarnya sebelum berkembang dan kokoh akarnya.Peperangan di jazirah Arab hampir saja berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi umat yang baru ini serta menghadangnya di perbatasan bagian utara.
Ketika semua ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah berhenti, karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan. Sesaat pun syaithan tidak akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati manusia. Di sanalah, Muhammad saw bangkit menyerukan da’wah Allah, dan melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di berbagai medan. Beliau berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di hadapannya.Beliau berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mu’min beristirahat menikmati ketenangan dan ketentraman.Semua itu beliau lakukan dengan semangat yang tak pernah kendor dan kesabaran tinggi.Beliau berjuang dalam melakukan qiyamul lail dan beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Qur’an, dan bermunajat kepada-Nya sebagaimana yang diperintah-Nya.
Demikianlah, beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan yang tiada henti-hentinya lebih dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah melalaikan suatu urusan karena sibuk dengan urusan yang lain. Sehingga, da’wah meraih suatu keberhasilan yang gemilang, sulit dicerna oleh akal manusia.Jazirah Arab tunduk kepada da’wah Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan lagi di kawasan jazirah Arab, dan akal yang menyimpang telah lurus kembali.Sehingga, berhala-berhala ditinggalkan, bahkan dihancurkan.Udarapun dipenuhi oleh gema suara tauhid. Suara adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah padang pasir yang telah dihidupkan oleh iman yang baru. Para da’i bertolak ke arah utara dan selatan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menegakkan hukum-hukum Allah.
Berbagai bangsa dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu padu.Manusia pun keluar dari penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan kepada Allah. Di sana, tidak ada pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan dan hamba, penguasa dan rakyat, orang yang zhalim dan terzhalimi. Semuanya adalah hamba Allah, bersaudara dan saling mmencintai, dan melaksanakan hukum-hukum Allah.Allah telah menyingkirkan penyaki-penyakit jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang dari diri mereka. Di sana, tidaka ada kelebihan yang dimiliki oleh orang yang berkulit merah atas orang berkulit hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah anak keturunan Adam, dan adam tercipta dari tanah.
Berkat da’wah Islam, terwujudlah kesatuan Arab, keadilan sosial, kebahagiaan manusia dalam segala urusan dunia dan akhirat.Perjalanan hari dan wajah bumi pun berubah, demikian garis sejarah dan pola pikir.
Sebelum ada da’wah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan, sehingga perasaannya memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan norma-norma sosialnya jadi kacau, dipenuhi kezhaliman dan perbudakan, dirongrong oleh gelombang kemewahan dan kemiskinan, diliputi oleh kekufuran, kesesatan dan kegelapan, meskipun pada saat itu sudah terdapat agama-agama langit. Namun, agama itu telah jauh diselewengkan oleh manusia, sehingga menjadi lumpuh, tidak berdaya menguasai manusia dan berubah menjadi beku, tidak hidup dan tidak memiliki ruh.
Setelah da’wah Islam tampil dan memainkan perannya dalam kehidupan manusia, jiwa manusia menjadi bersih dari khayalan dan khurafat, perbudakan, kerusakan dan kebusukan, kekotoran dan kemerosotan.Masyarakat pun menjadi bersih dari kezhaliman dan kesewenang-wenangan, perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas, kediktatoran penguasa, dan pelecehan para dukun. Da’wah ini tampil membangun dunia di atas kesucian dan kebersihan, hal-hal yang bersifat positip dan membangun, kebebasan dan pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan, keadilan, kehormatan, serta kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan menjamin setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam kehidupan.
Berkat perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang penuh berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas jazirah tersebut.

F.Peperangan yang terjadi pada periode madinah
Dalam perjalanan dakwahnya , Nabi Muhammad saw banyak menemui rintangan. Rintangan itu muncul sebagai akibat adanya masyarakat Madinah yang tidak dapat menerima kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, mereka menjalin hubungan rahasia dengan kaum kafir Qurasiy di Mekkah. Mereka selalu melaporkan perkembangan umat Islam di Madinah dengan Maksud menekankan kekuasaan Nabi Muhammad saw. Hal ini merupakan awal terjadinya peperangan dengan kaum kafir quraisy.Peperangan yang kemudian terjadi adalahPerang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.
1.perang badar
            Terjadinya Perang Badar dipicu oleh  rasa iri  orang-orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan Nabi Muhammad saw, menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah. Peperangan ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke -2 H atau 8 Januari 623 M disalah satu sumber mata air  yaitu Badar.

Dalam Perang Badar kaum muslimin hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammadsaw, sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 1.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Sebelum perang dimulai , terjadi perang tanding antara kedua belah pihak. Pihak umat Islam diwakili Ubaidah bin Harits,Hamzah bin Abdul Muttalib dan Ali bin Abi Thalib.  Pasukan Quraisy diwakili Syaibah bin Rabi'ah dan Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Dalam perang ini pasukan kaum muslimin mengalami kemenangan dengan gemilang.Abu Jahal terbunuh dan 14 muslimin gugur sebagai syahid.

2.Perang uhud

        Setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar , Abu Sufyan menyiapkan pasukan dengan persenjataan lengkap. Bahkan mengundang pasukan Badui untuk bergabung. Terbentuklah pasukan kafir Quraisy dengan rincian  3.000 pasukan tempur yang didalamnya terdapat 700 pasukan bertameng dan 200pasukan berkuda. Pada tahun 3 H, dibawah komando Abu Sufyan,pasukan itu bergerak menuju Madinah. Pada hari  Kamis 21 Maret 625 M,mereka berada dihilir Lembah Uhud. Pasukan Islam berjumlah 1.000 orang,akan tetapi ditengah perjalanan, 300 orang membelot dibawah pimpinan Abdullahbin Ubay bin Salul. Kedua pasukan bertemu di BukitUhud , pada awal peperangan, tentara muslim memperoleh kemenangan . Akan tetapi , ketika perang hampir selesai pasukan Pemanah umat islam meninggalkan posisinya untuk mengambil harta rampasan. Akibatnya pasukan Islam mendapat serangan dari pasukan kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dari belakang. Akhirnya , pasukan Islam tidak mampu bertahan dan mengundurkan diri dari medan perang. Akibat perang ini ,70 orang pasukan Islam gugur, sedangkan 23 pasukan kafir tewas. Seusai perang ,Hindun istri Abu Sufyan mengoyak-koyak isi perut Hamzah , paman Nabi Muhammad saw, yang gugur dalam pertempuran itu. Ia melampiaskan dendam atas terbunuhnya ayahnya, Utbah bin rabi'ah, oleh Hamzah bin Abdul Muttalib dalam perang Badar.
3..perang khandak
            Perang yang terjadi berikutnya adalah Perang Khandak. Setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud , pasukan Islam sekarang lebih kuat . Pada tahun 327 M, orang-orang kafir Quraisy, Yahudi dan Suku Badui mampu membentuk pasukan yang berkekuatan 10.000 personil.Diantaranya 600 pasukan berkuda yang dipimpin Abu Sufyan. Untuk menghadapi musuh, Nabi Muhammad saw mengerahkan 3.000 pasukan tempur. Berdasarkan saran dari SalmanAl Farisi, kaum muslimin membuat sistim pertahanan berupa parit yang mengitari perbatasan Kota Madinah.Penggalian dilakukan oleh pasukan Islam sendiri .Abu Sofyan sebagai pemimpin pasukan Quraisy memutuskan mundur karena tidak sanggup lagi menghadapi perang.Peperangan dimenangkan oleh Kaum muslimin. Kemenangan ini membuat nama umat Islam dan Kota Madinah makin harum. Hali in menyebabkan para pembesar negara tetangga tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Madinah.
       Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji. Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab, bulan Zulkaidah diharamkan untuk mengadakan peperangan,kebencian telah membuat mereka mengabaikan tradisi itu.[6]
            Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah,Perundingan sangat alot . Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah . Diantaranya isinya sebagai berikut :
1.                  Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun.
2.                  Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi Muhammad saw atau kaum kafir quraisy.
3.                  Kaum muslimin wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. di Madinah tanpa alasan yang benar kepada walinya,sedangkan kaum kafir qurasiy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka.
4.                  Kunjungan rombongan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji ditangguhkan pada tahun berikutnya. Lama kunjungan paling lama adalah 3 hari dan tidak boleh membawa senjata.
            Setelah perjanjian Hudaibiyah situasi menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi Muhammad saw yang semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orang bertambah menjadi hampir 10.000 orang. Hal ini disebabkan orang-orang Qurasisy banyak bersimpati terhadap Nabi Muhammad saw. Sebelumnya,para sahabat tidak menyetujui isi perjanjian Hudaibiyah. Mereka menganggap perjanjian itu hanya merugikan umat Islam. Akan tetapi , Nabi Muhammad saw, menyikapi Perjanjian Hudaibiyah secara arif . Nabi Muhammad saw memanfaatkan situasi aman dan damai setelah Perjanjian Hudaibiyah.Beliau mengirimkan duta-dutanya ke negara tetangga untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ajakan itu diterima oleh beberapa penguasa negeri tetangga dan ditolak oleh beberapa  negeri tetangga lainnya, Sebagian menolak ajaran itu adalah raja Persia. Penolakan itu menyebabkan munculnya permusuhan dan peperangan yang besar antar kedua belah pihak di kemudian hari.

G.AHIR HAYAT  NABI MUHAMMAD SAW
Sesudah melaksanakan hajji wada’ (hajji perpisahan) Rosululloh kembali ke Madinah. Beliau mengatur kabilah-kabilah yang telah masuk islam sampai habis sisa masa hidupnya. Beliau mengirim pada Da’i ke berbagai daerah untuk mengajarkan agama Islam.Ia juga mengatur peradilan islam serta mengatur cara-cara pemungutan zakat.
            Salah satu mubaligh yang dikirim adalah Muaz bin Jabal ke negeri Yaman, beliau terkenal sebagai ulama yang pertama kali menggunakan ijtihad jika tidak ada dasar hukum di dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.
            Nabi Muhammad Saw menyiapkan pasukan untuk memerangi orang Romawi di Balqa (Yordania), yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Harisah yang baru berusia 18 tahun. Akan tetapi tidak jadi berangkat karena Rosul mendadak sakit.
            Rosululloh Saw, pada waktu itu juga menerima wahyu yang terakhir, yaitu: surat al-Maidah ayat 3.

Artinya:....... pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. ......

                Dua bulan setelah hajji wada’ kesehatan Rosululloh berangsur-angsur memburuk, badannya panas. Walaupun demikian, ia tetap mengimami sholat. Dalam khotbahnya yang terakhir beliau bersabda:”Akuu berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik terhadap orang Anshor. Sesungguhnya orang-orang Ansor adalah orang dekatku dimana aku berlindung kepada mereka. Mereka telah melalui apa yang menjadi beban mereka dan masih tersisa apa yang menjadi hak mereka. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang berbuat baik dan maafkan siapa saja diantara mereka yang berbuat kesalahan”.
            Tiga hari menjelang wafat, beliau tidak dapat mengimami sholat, dan menunjuk Abu Bakar As-Shidiq sebagai pengganti imam sholat.Sehari sebelum wafat beliau memerdekakan para budak lelakinya; beliau juga menyedekahkan uang sisa sebanyak 7 Dinar.Beliau memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
            Pada waktu dluha beliau memanggil putrinya (Fatimah); dan membisikan kepadanya bahwa beliau akan segera dipanggil menghadap Alloh Swt. Menndengar hal itu Fatimah menangis. Kemudian, beliau berbisik lagi bahwa anggota keluarga yang pertama akan menyusulnya adalah Fatimah; kemudian Fatimah tersenyum.
            Setelah itu Nabi memanggil cucunya (Hasan dan Husain); beliau juga memanggil istri-istrinya dan anggota keluarga yang lain. Beliau memberikan wasiat yang terakhir:”Ingatlah sholat dan Taubatlah”.Tidak berapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.Beliau wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul awwal 11 H. Atau 8 Juni 632 M.
            Rosululloh berdakwah mensyiarkan agama Islam selama 23 tahun.Ketika meninggal beliau hanya mewariskan 2 harta pusaka yang besar yaitu al-Quran dan al-Hadis.Beliau berjuang tak kenal lelah sehingga berhasil mendirikan negara Islam yang pertama di Madinah; serta mampu menyatukan suku-suku Arab di bawah naungan syariat Islam.[7]
           
            Berita wafatnya Nabi Muhammad tersebar luas ke seluruh penjuru Madinah. Suasana sedih, haru menyelimuti kota itu. Ketika Umar bin Khotob mendengar berita kematian Rosul, beliau berdiri dan termenung seakan tidak bisa menerima atas kematian Sang Rosul. Ia berkata:”Sesungguhnya beberapa orang munafiq menganggap bahwa Nabi Muhammad Saw telah wafat. Sesungguhnya beliau tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imron yang pergi dari kaumnya. Demi Alloh dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya akan kupotong”.[8]
            Setelah mendengar berita wafatnya Nabi, Abu Bakar As-Shidiq segera menemui Aisyah. Ia membuka kain kafan dan berkta:”Kalau kematian sudah menjadi ketetapan Engkau, berarti engkau benar-benar telah meninggal dunia”. Abu Bakar menerima atas kematian Sang Rosul; kemudian ia menemui Umar bin Khotob dan berkata:”Barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad sudah mati. Barang siapa menyembah Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Hidup dan tidak mati”.




































BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
 Dari beberapa pembahasan mengenai Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang diantaranya :

Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana.
Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad segera menyusun rencana pengembangan dakwah agar lebih efektif dan cepat. Agama Islam harus segera menyebar keberbagai penjuru dunia,, khususnya jazilah Arabia
Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak.



              
Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.

               Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah
.

2.SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan :

1.Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah
ini.













DAFTAR PUSTAKA
Al-Islam II “Muamalah dan Akhlaq”, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999.
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2007.
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 1999.
Nasution, Harun : Filsafat Pendidikan Islam 1982 Jakarta.
Sejarah Peradaban Islam, Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII
http://ikhsanu.blogspot.com/2012/01/perkembangan-islam-pada-masa-nabi_muhammad




[2] Nasution, Harun : Filsafat Pendidikan Islam 1982 Jakarta.

[3] Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII
[5] Prof. Dr. H. Samsul Nizar
[6] Dodikasuma.blogspot.com
[7] Al-Islam II “Muamalah dan Akhlaq
[8] Nasution, Harun

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel